Virgo PoV
Sudah seminggu semenjak kejadian aku tanpa sengaja menabrak seorang gadis di toko buku. Entah kenapa, wajah manis gadis tersebut selalu memenuhi fikiranku.
Aku hanya tau namanya, Bintang. Selebihnya jangan tanyakan.
Dan juga, seminggu ini aku disibukkan dengan tugas-tugas. Jadi, aku tak bisa mencari tau banyak tentang gadis itu.
Dan betapa kagetnya aku melihat gadis yang kutemui minggu lalu tersebut sedang duduk di bangku taman kampus sendirian. Refleks aku menyebut namanya, dan mendekat.
Entah kenapa, setiap melihat wajah manisnya aku selalu ingin tersenyum. Walaupun dia terlihat sedikit kikuk berbicara denganku.
Setelah kejadian di taman kampus tersebut. Aku lebih sering menghampirinya, seperti hari ini. Dari jauh aku melihat Bintang keluar dari kelas dengan beberapa buku di tangannya.
Aku sedikit heran terkadang, gadis ini jarang terlihat berjalan dengan seseorang- maksudku seperti teman. Dia selalu sendiri. Dan ini yang membuatku ingin selalu berada di sampingnya untuk menemaninya. Ya .. walaupun kami baru berkenalan, tapi aku merasa nyaman di dekat Bintang.
"Bintang," aku berseru seraya berlari ke arahnya.
Senyum tipis terukir di bibirnya. Walaupun begitu dia terlihat sangan manis.
"Udah selesai? Mau pulang?"
Bintang hanya mengangguk.
Memang Bintang tidak terlalu banyak bicara. jika aku bertanya dia hanya menjawab dengan gelengan atau anggukan. Seperti sekarang.
"Bareng aja, yuk! Aku juga mau pulang nih!" Aku meraih tangannya yang langsung di tepis pelan.
"Aku pulang sendiri aja,"
"Kenapa? Bareng aja lag" aku tetap keukeh mengajak.
"Aku harus ke perpustakaan kota. Jadi kamu duluan aja."
"Aku bisa anterin kamu kesana."
Bintang terlihat ragu, lalu akhirnya mengangguk pelan.Aku menarik tangannya ke arah parkiran. Jangan tanyakan bagaimana perasaanku sekarang, yang pasti aku merasa sangat nyaman dengan ini.
Apa aku jatuh cinta dengan gadis yang baru ku temui minggu lalu, yang benar saja?!!
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG (ON HOLD)
Teen FictionAku hanya seorang mahasiswi jurusan Sastra yang tak dikenal oleh siapapun- bahkan mungkin tak ada seorangpun yang menyadari kehadiranku- tentu saja selain para dosen. Hidupku biasa-biasa saja, tak ada istimewanya. Keseharianku sama seperti manusia p...