Candala

805 78 23
                                    

Catatan Penulis: Ini adalah entri untuk babak penyisihan Turnamen NPC. Candala berarti merasa rendah diri, dan menurutku itu adalah judul yang sesuai untuk menggambarkan tantangan kali ini.

***

C+1 jam.

Aku harus menuliskan ini. Aku tidak tahu lagi cara yang lebih mudah untuk menyampaikan semuanya. Jika kau tidak mau membacanya, tidak masalah. Yang penting jangan hancurkan tulisan ini. Aku memohon padamu dengan segenap nyawaku—jagalah. Jagalah semuanya. Jangan sampai ada yang hancur, terlalap api, basah—terlipat pun jangan. Pokoknya, segala yang tertulis di sini harus keluar utuh-utuh, dan harus selalu utuh. Aku percayakan hal itu padamu.

Jika kau membaca ini, mungkin kau akan mulai berpikir, kenapa tidak aku buat saja video atau rekaman suara? Tentu, mereka memang lebih mudah untuk dibuat, dan jauh lebih simpel, dan mudah dipahami ... dan aku setuju denganmu. Tapi listrik sedang mati, sehingga aku tidak bisa menggunakan webcam-ku, dan alat perekam suaraku hancur waktu terakhir kali aku berusaha melakukan penjarahan untuk suplai. Aku tinggal punya pena dan kertas. Aku tidak punya banyak pilihan.

Sudah satu jam sejak aku teinfeksi CDP. Hanya untuk jaga-jaga jika orang yang menemukan ini belum tahu apa itu CDP, itu adalah singkatan yang kami gunakan untuk menyebut penyakit yang kalian kenal dengan nama the Meltdown, Pelelehan. Kepanjangannya Corpal Deliquescence Pathogen, Patogen Pencairan Tubuh. Sebenarnya, kami biasanya memberi tanda pada ujung namanya di lab untuk membedakan mana yang merupakan hasil kerja sejauh apa misalnya CDP-I dan CDP-S—tapi itu beda cerita.

Sekitar satu jam yang lalu, aku disentuh oleh seseorang yang CDP-positive, positif terinfeksi CDP, atau biasa kami sebut C-plus. Entah istilah apa yang kalian gunakan. Aku tahu, kalian pada titik ini mungkin berpikir bahwa aku sudah pasti mati. Itu mungkin benar. Mungkin saat kalian membaca ini, aku memang sudah mati. Atau mungkin menjadi C-plus. Secara teknis, aku memang sudah C-plus, jadi mungkin istilah yang lebih tepat adalah C-plus Manifes, tapi ... ah, sudahlah.

Aku menulis ini cuma untuk mencatat apa saja yang kurasakan selama menjadi C-plus. Aku baru bisa mencatat setelah satu jam terinfeksi karena perjalanan kembali ke sini makan setengah jam sendiri, belum lagi aku harus mengobrak-abrik kamar-kamar di gedung ini untuk menemukan pensil ini. Selama satu jam ini pandanganku agak buram. Kertas ini putih bersih saat aku pertama menemukannya, dan sekarang tampak agak keabu-abuan. Aku sulit fokus. Tangan kananku gemetar ... untung tangan kiriku tidak. Paling tidak aku masih bisa menulis dengan lancar.

Aku juga merasa mual. Sedari tadi aku menahan muntah. Bukannya karena apa, tapi aku kenal persis rasa yang tadi sempat memanjat naik kerongkonganku. Itu bukan rasa bekas pelapukan makanan dari lambung. Itu rasa darah.

Usaha pertama meneliti C-plus gagal karena listrik mati sebelum kami bisa mendapatkan video sinar-X yang menunjukkan semua laju serangan CDP di seluruh tubuh, tetapi aku ingat tahapannya. Pendarahan dalam cuma permulaan.

Aku boleh saja ahli biologi. Tapi apakah bodoh jika aku tetap tidak mau memuntahkan darahku itu cuma supaya aku merasa bahwa aku tidak sedang meleleh?


C+2 jam.

Lucu. Pandanganku semakin buram, tetapi ingatanku malah menjadi sangat tajam. Seingatku CDP menyerang sel glia—penyokong saraf—sebelum akhirnya menginfeksi sel neuron, sel saraf itu sendiri. Aku tahu glia memang membantu mengatur arus informasi di otak, tapi ... wow. Aku memang tidak bisa mengingat hal-hal lama seperti saat aku lahir dan semacamnya. Maksudku, otak itu plastis dan—ah, aku nyaris lupa bahwa kau belum tentu seorang ahli biologi. Maaf. Sebut saja, otakmu sekarang dan otakmu dulu itu sudah sangat berbeda. Otakku juga. Tapi hal-hal yang emosional akan dianggap penting oleh otak, jadi akan menempel lebih lama.

DeliquescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang