I Want You To Be Mine: Why Should It Be Him?

195 22 0
                                    

Part 9

*AuthorPOV*

Tak. Tak. Tak. Lagi-lagi terdengar suara lemparan kerikil ke arah jendelanya. Karna tahu siapa yang melakukan hal tersebut, Yoo Rim langsung beranjak dari tempat tidur dan membuka jendela kamarnya kembali.

"Ya Xi Luhan! Bukankah kau sudah pu..??" saat Yoo Rim sedang mengomel, tiba-tiba omelannya terhenti.

"Xi Luhan? Naya Yoo Rim-aa.. Park Chanyeol. Neo chingu. Yang biasanya kamu panggil Yeolli." seru seseorang yang ternyata adalah Chanyeol.

"O-oh! Kamu Yeolli-a. Kenapa kamu harus melempar batu segala sih? Lewat pintu kan bisa.."

"Hehehe.. mian."

"Ya sudah. Cepatlah ke pintu. Aku akan ke bawah" teriak Yoo Rim memberi perintah pada Chanyeol.

Chanyeolpun langsung bergegas masuk melewati pagar dan berdiri tepat di depan pintu.

"Masuklah." ucap Yoo Rim menyuruh Chanyeol masuk.

Tanpa basa-basi, Chanyeol masuk tanpa bilang permisi. Itu memang kebiasaannya dari dulu. Karna waktu kecil, Chanyeol selalu main kerumah Yoo Rim.

Cklek.

Belum mereka jauh dari pintu, tiba-tiba ada yang membuka pintu rumah.

"Eomma!. Sini aku bantu bawa. Sepertinya berat." ucap Yoo Rim kepada eommanya yang sudah tiba dirumah dengan membawa kantong belanja yang banyak. Biasalah ibu-ibu... selalu belanja bulanan.

"Eomonim. Saya bantu bawain juga yaa.." ucap Chanyeol yang tiba-tiba sudah ada disamping Yoo Rim. Sontak eommanya Yoo Rim kaget.

"Chanyeol!" ucap eommanya Yoo Rim terkejut karna melihat sosok Chanyeol yang tiba-tiba saja muncul dalam mata beliau.

"Hehehe. Ne. Ini saya eomonim. Cheoseonghamnida tidak memberitahu eomonim kalau saya pindah kesini beberapa hari yang lalu. " jelas Chanyeol kepada eommanya Yoo Rim.

"Ah.. gwaenchanha Chanyeol.. Ayo ke meja makan. Kebetulan saya mau masak. Uri adeul belum makan soalnya."
"Ne eomonim."

Mereka bertigapun berkumpul di meja makan. Tapi kemudian, eomma Yoo Rim meninggalkan Chanyeol dan Yoo Rim berdua karna beliau ingin memasak.

"Ya! Ada apa kau kesini? " tanya Yoo Rim berbisik pada sahabatnya itu.

"Masak njenguk sahabat sendiri nggak boleh?" balas Chanyeol menjawab pertanyaan Yoo Rim.

"Ya.. nggak apa-apa sih.."

"Ini." ucap Chanyeol sambil memberikan sebuah minuman yang ada di dalam gelas kertas.

"Apa ini?"

"Teh madu hangat."

"Ini dia. Makanan ala eomma Yoo Rim." ucap eommanya Yoo Rim yang tiba-tiba datang sambil membawa masakannya.

"Wah.. sepertinya terlihat enak. Ayo kita makan!" seru Yoo Rim yang langsung mengambil makanan banyak sekali.

"Itu apa Chanyeol?" tanya eomma Yoo Rim lembut kepada sahabat anaknya tersebut.

"Oh ini. Ini teh madu hangat eomonim." jelas Chanyeol singkat.

"Kau sama dengan Luhan."

"Luhan?"

"Ne. Baru saja dia juga kesini dan memberikan hal yang sama pada uri adeul."

"Mweo?! Jinjja eomonim?"

"Ne. Dia juga melakukan hal yang lucu"

"Apa eomonim?"

"Dia melempar batu kerikil ke jendela uri adeul untuk memanggil uri adeulku ini. Dan tingkahnya tadi, ketangkap basah olehku."

Belum Chanyeol bertanya lagi, Yoo Rim tiba-tiba menyela. "Eomma. Nambah." pinta Yoo Rim sambil memberikan piringnya yang kosong. Eommanya pun pergi ke dapur untuk mengambilkan anaknya nasi lagi.

"Ya! Yoo Rim-aa.."

"Mweo?"

"Benarkah alasanmu tadi salah memanggilku karna Luhan melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan tadi?"

"Ne. Hal yang kalian lakukan benar-benar sama. Bahkan kalian memberiku sesuatu yang sama."

Setelah itu, Chanyeol tak lagi bicara dan dia hanya diam.

>>>SKIP

"Saya pulang eomonim, Yoo Rim."

"Ne. Hati-hati Chanyeol." jawab Yoo Rim eomma lembut.

"Ne. Hati-hati Yeolli-aa.." ucap Yoo Rim kemudian.

"Ah matta!. Yoo Rim-aa!. Seminggu lagi bakal ada wisata."

"Jinjjayo? Gomawo sudah memberitahu." jawab Yoo Rim lembut.

"Mm. Aku pergi. " ucap Chanyeol yang kemudian dia juga melambaikan tangannya.

*****

*ChanyeolPOV*

Dirumah Chanyeol.

"Oh uri adeul.. kamu sudah pulang?" seru eommaku dari dalam rumah.

"Ne eomma." balasku lembut kepada eomma.

"Appamu tadi mencarimu. Ayo kita ke ruang keluarga" jelas eommaku yang sedang menghampiriku.

Kamipun pergi ke ruang keluarga. Disana sudah terlihat appa yang sedang menonton tv.

"Appa. Chanyeol pulang." seruku yang sengaja mengejutkan appa.

"Ya ampun uri adeul.. nggak usah gitu juga." balas appaku yang habis terkejut. "Kebiasaan jail kamu belum hilang juga ya?"

"Dia kayak gini gara-gara appa dulu orangnya jahil." goda eommaku pada appa.

Kami bertigapun tertawa bebarengan mendengar ucapan eomma sekaligus istri dalam keluargaku ini.

"Oh iya. Ada apa appa mencariku?"

"Sini. Sini. Eomma juga."

Aku dan eomma, langsung duduk di appa.

"Bagaimana? Apa kamu sudah ketemu cewek yang kamu taksir dari kecil itu? Bagaimana dia sekarang?" goda appa padaku.

"Ah matta!. Bagaimana dia sekarang? Apa dia bertambah cantik. Calon menantu eomma." sambung eomma yang ikut menggodaku.

"Appa! Eomma!." teriakku karna malu akan godaan dari mereka. "Ne. Aku benar-benar senang bertemu dengannya. Dan dia lebih cantik daripada yang kubayangkan. Tapi sepertinya dia tidak menyukaiku dan hanya menganggapku sahabat. Sepertinya dia menyukai namja lain?" ucapku panjang lebar dan sekarang hatiku terasa tercabik-cabik karna ucapanku barusan.

"Jinjjayo?" seru eomma padaku yang mungkin terkejut akan perkataanku. Sedangkan appa hanya diam saja.

"Kalau begitu uri adeul harus terus berjuang. Dapatkan hatinya." jelas appaku tegas yang berusaha menyemangatiku.

"Ne appa. Aku akan berusaha" seruku yang mulai bersemangat kembali.

"Tapi ingat. Jangan pernah memaksakan perasaannya." ucap appa mengingatkanku kembali.

"Ne appa. Chanyeol mengerti. Gomawo appa, eomma. Saranghae" seruku dan langsung memeluk kedua orang tuaku. Aku benar-benar berterimakasih pada mereka.

--Part9End--

Wah! Disini POVnya Chanyeol oppa aku banyakin. Karna dari kemarin Chanyeol oppa cuman kebagian sedikit POV. Hehehe mian.

Yang penting sekarang Chanyeol oppa sudah banyak berakting kan.. walaupun lewat tulisan?

Buat yang udah vote atau yang udah ngeread atau yang memberikan coment.. jinjja gomawoyo chingudeul. Anyeong^^

I Want You To Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang