chapter 13

294 22 3
                                    

Akira berulang kali memutar tuas. Matanya tak berhenti menatap kucing yang menari bersama rubah. Dentingan musik pelan mengiringi tarian kaku mereka. Dentingan nya berakhir, dan Akira akan mengulang memutar tuas kotak dan kejadian yang sama akan terulang kembali.

Pria bersurai cokelat kepirangan menghela napas. Ia bukan tak banyak kerjaan, jangan tanya betapa berapa tumpuk tugas OSIS yang harus ia kerjakan. Entah harus membuat laporan, membuat persetujuan atau mendisiplinkan siswa berkelakuan buruk. Menjadi sorotan publik itu memang harus repot, meski dirinya akan berakhir tergeletak tak berdaya karena overdosis mengerjakan tugas.

Akira menghentikan kegiatan tak bergunanya. Menatap kotak dengan saksama. Tiba-tiba terlintas perkataan sang kakak terngiang ditelinga. Akira mengumpat, meremas kertas yang didapatnya bersama kotak hadiah.

Wajahnya memerah, telinga kucing dan ekor keluar dari tubuh manusianya. Ekornya mengibas-ngibas seperti kucing kesenangan. Akira menatap wajahnya dikaca.

"Sial- rubah itu benar-benar cari masalah...."

-***-

Akira benar-benar tak bisa tenang dalam duduknya. Berulang kali menengok jendela dan pintu masuk kelas mencari sosok rambut brunete, budaknya. Budak yang berhasil membuatnya susah tidur tadi malam dan membuat dirinya berakhir memiliki kantung mata.

Para penggemarnya yang berniat baik terselubung itu ribut menanyakan perihal wajah berantakannya, padahal cuma karena kantung mata. Sialan, ini semua gara-gara budak brengsek-coretmaniscoret- itu.

Sampai bel masuk berbunyi, pemuda setengah siluman itu,tak menampilkan batang hidungnya sama sekali. Apa mungkin dia terlambat ?

Akira bersumpah pada dirinya, kenapa ia harus mencari pria dan untuk apa ?

Benar juga, apa faedahnya mencari manusia tak berguna yang sudah menghancurkan kesempatan tidurnya tadi malam.

Tapi

Rikuto budaknya. Tentu saja ia boleh mencarinya. Budak harus menurut pada majikan ,bukan ? Karena Rikuto sudah berbuat salah-karena membuatnya tak bisa tidur tadi malam-maka Akira sebagai majikan tidak salah bukan kalau menghukumnya ?

Akira menyeringai. Beberapa gadis stalker dari kejauhan menjerit gembira melihat raut ganteng idola. Akira mendecih.

"Benar-benar mengganggu."

-**-
Bel usai pelajaran berakhir berdering. Murid-murid merapikan buku-bukunya dan mulai menghambur keluar kelas.Pria bersurai cokelat bangkit berdiri dari posisi duduknya dengan wajah yang terdefenisikan membunuh.
Akira si pemilik surai cokelat berjalan tergesa keluar  menengeng tas.

Selama perjalanan sapaan fans ia hiraukan, ajakan pernyataan cinta ia abaikan. Entah kenapa urusan dengan si budak lebih di prioritaskan. Dan entah kenapa juga ia benci dengan pernyataan tersebut terutama di bagian kaga prioritas.

Akira berjalan memasuki ruang guru. Berusaha memasang wajah ramah. Risiko tak tau apa-apa tentang makhluk yang jadi budaknya itu, membuat dirinya harus berurusan dengan guru hanya untuk mendapatkan alamat.

"Alamat rumah Rikuto ? Untuk apa ?"

"Eh...itu sensei...Saya mau memberikan catatan hari ini untuknya. Dia kan hari ini tidak masuk." Bohong Akira.

Si guru mangut-mangut kemudian menuliskan sesuatu di selembar kertas setelah itu menyerahkannya kepada Akira. Akira tersenyum dan mengucap terimakasih setelah itu cepat-cepat meninggalkan ruang guru.

Masih dengan mode jalan cepat dan tergesa. Mata menatap alamat yang ditulis dan satu tangan merogoh kantung celana mencari ponsel. Mendapatkannya, segera ia menelpon wanita itu.

my sweet wolf slave (DISCONTINUE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang