Reina mengeluarkan alat injeksi dan memasukkan cairan obat didalamnya. Pemuda setengah rubah menatap dalam diam ketikan alat itu menyuntik pergelangan tangannya. Ia meringis merasakan gelenyar aneh menyelubungi tubuhnya. Wanita itu tersenyum.
"Riku-chan," panggil Reina.
"Eh? Ya-?"
"Boleh ya kupanggil seperti itu. Kau menggemaskan sih." Rikuto mengangguk pasrah. Reina kembali tersenyum manis.
"Kau itu kuat tapi kenapa mau-mau saja diperbudak Akira? Kau tahu ancaman Akira yang dulu tak akan mempengaruhimu lagi sekarang? Kau tahu Akira sama sepertimu. Kau bisa saja mengancamnya balik bukan?" Ucap Reina.
Rikuto mengerjap menatap wanita cantik berjas dokter disampingnya. Si surai putih itu memainkan jarinya.
"Tapi- tapi kenapa kau tetap...tetap- Apa kau masokis? Kau senang diperbudak? Dimaki dan dihina? " sambung Reina.
Rikuto menghela napas kemudian tersenyum. Jari-jari kedua telapak tangannya saling melipat kemudian meremat.
"Jawabannya sangat mudah Reina-san bahkan aku tak memberitahukannya saja kau mungkin sudah tahu ketika kau melihat wajah ini."Reina menatap wajah bersemu merah bercampur senyum pasrah semi depresi dengan bumbu masokisme. Wanita itu berjengit ngeri
"Aku tahu dia orang baik. Meski dia sering memaki, menghina dan meneriakiku. Dan meski juga ia memanfaatkanku atau memang menganggap aku tak ada apa-apanya." Ia tersenyum sedih.
Reina menghela napas memijat dahi. "Kalian adalah pasangan Sado-Maso paling absurd yang pernah kutemui. Setelah kau makan istirahat mungkin kita-Aku dan Akira, akan pulang setelah kau tidur. Besok jangan lupa menginjeksi dirimu lagi. Pagi dan malam. Kau harus belajar mengatur tenagamu untuk sekarang kau bisa menggunakan kalungmu."
Rikuto mengangguk patuh dan memasang kalungnya kembali. Lima menit kemudian masakan Akira datang. Mereka makan dengan selingan berupa makian dan protes Akira, godaan Reina serta berkali-kali ucapan maaf Rikuto.
-**-
Akira menguap ngantuk. Reina sudah pulang dan ia memutuskan untuk tinggal. Entah kesambet jejadian apa yang membuat dirinya jadi ingin menjaga pemuda itu. Reina sukses menggodanya habis-habisan hari ini.
Pemuda surai kecokelatan itu menghela napas panjang. Obat milik kakak angkatnya itu sungguh mujarab. Aroma menusuk milik rubah itu mulai mereda untung saja.
Akira menatap makhluk setengah rubah yang kini sedang bergulung dengan ketiga ekornya, tertidur pulas sedikit mendengkur. Ini bukan sekali Akira melihat pemuda itu tertidur dan entah kenapa kali ini yang paling menggemaskan.
"Arghh! Astaga- aku normal. Masih lurus dan suka buah dada ya lord." Ucap akira mengacak-acak rambut kasar.
Duduk melipat kaki dan melipat tangan disamping Rikuto yang tidur futon. Pemuda itu menarik napas dan berusaha memejamkan matanya. Merilekskan diri berusaha membuang hasrat negatif jauh-jauh. Disaat ia hampir terlelap sebuah tangan menggengam tangan miliknya. Ia melirik setengah terpejam sebelum jatuh terlelap mengengam balik tangan tersebut.
-**-
Pukul setengah empat pagi dan langit masih belum menampakkan sang surya. Rikuto terbangun karena sesuatu yang menganggu pernapasannya. Bukan flu, sesuatu entah apa menimpanya dan membuat ia sulit bernapas.Rikuto mengerjapkan mata. Memfokuskan penglihatannya diruang yang memang cukup gelap itu untuk mengetahui siapa orang-atau makhluk-yang kini menimpanya.
Ia melotot dan hampir menjerit terkejut karena melihat wajah si majikan benar-benar tepat dihadapannya. Ia menutup mulut menahan jeritan.Kenapa Akira ada disini dan menimpa dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
my sweet wolf slave (DISCONTINUE)
RandomOc yaoi fanfiction Warning : yaoi,hubungan antar sesama pria, alur kacau dan ga jelas serta segala keburukan lainya Please comment and voted Summary : Rikuto seorang manusia setengah siluman. Lahir di kelurga dengan darah siluman membuat dirinya se...