When You Are A Shortie

12K 915 4
                                    

Beberapa jam yang lalu, Prilly baru saja menginjakkan kakinya pada supermarket terdekat. Setelah meninjau apartemen sahabat belagunya itu, dilihat-lihat Aliando hanya memakan mie instan saja setelah lembur, tentunya Prilly khawatir akan kesehatan lambung pemuda jambulan tersebut.

Tak apa jika harus memakai uangnya lebih dulu, lagipula Aliando akan membayarnya dua kali lipat. Keberuntungan selalu memihak padanya.

"Belagak kegantengan sampai tidak memikirkan kesehatan sendiri." Prilly mendumel kesal.

Ia jadi ingat, dulu waktu Prilly masih SMA, ia juga yang selalu memasak untuk Aliando. Prilly juga ingat saat Aliando adu tojos dengan anak berandal sekolah lain karna menggodanya dulu.

"Jadi kangen teman-teman," ucapnya ringan sambil bermain-main dengan trolly, kepalanya mengangguk-angguk mengikuti irama musik beat yang diputar dalam supermarket. Prilly pindah ke bagian snack.

Keripik kentang, snack gandum, nutella, pocky. Surga dunia terbentang luas didalam sini, astaga perut gadis itu sudah mulai keroncongan.

Prilly mendongak keatas dimana dus besar berisi lusinan keripik kentang berada. Prilly suka kripik. Kedua tangannya terjulur untuk menggapai  dus yang besarnya lebih dari berat badannya kini.

"Besok aku janji akan olahraga teratur, diet, makan buah, untuk menguruskan badan, tambahin tingginya," Prilly berucap yakin seakan dirinya mengikuti lomba panjat tebing, "Semangat, Prilly!" hey, menyemangati diri sendiri itu agak memalukan. Haha.

Nyatanya, menjadi pendek itu suatu hal yang menyebalkan. Dus berwarna coklat kayu itu bahkan belum bisa ia capai sedikitpun.

"Lelah menjadi pendek," mengoceh pada dirinya, mengapa pertumbuhan tinggi badannya sangat tidak semampai.

"Takdir,"

Suara itu bukan miliknya, bukan. Kenapa suara yang sangat tenang dalam nan berat itu hinggap di kupingnya? Hembusan nafas yang menerpa leher Prilly pun terasa. Rasanya geli membuatnya bergidik. Iris brownis miliknya melirik, pemuda jangkung itu mengkerutkan keningnya saat melihay trolly yang dibawa Prilly penuh dengan beragam bahan makanan, buah segar dan snack. Dan sekarang gadis berambut golden brown itu ingin membeli satu dus kripik kentang?

Sebesar apa perutnya, astaga.

"Ini semua buat siapa?"

"Buat kamu 'lah. Aku tidak akan kuat memakan sebegini hebohnya."

Aliando menahan tawa. Prilly masih sibuk dengan dus besar yang terlampau tinggi. "Mau dibantuin?" Pemuda tampan pewaris tunggal itu menawarkan bantuan.

"Oh?" Prilly menyunggingkan senyum manisnya, "Tidak usah, lihat, aku bisa mencapai dus itu sepuluh menit yang lalu jika tinggiku sebesar kamu, Ali!" senyumnya perlahan pudar seiring ucapan sarkastik terdengar.

Aliando mengelus dada sabar, "Chill, babe."

"I'm not your babe, dumbass." Prilly mengibas tangan tak terima.

Aliando mendekatkan dirinya pada Prilly, sontak membuat sang empu menjaga jarak, mundur teratur dengan posisi siap siaga jika terjadi apa-apa dan–

BAM!

Prilly akan memukul batang hidung mancung milik pengusaha muda itu.

"Kamu mau dibantuin gak?" ucapan datar itu membuatnya mengendurkan pertahanan, kepalan yang sudah hampir ia luncurkan menguap begitu saja.

Aliando berjongkok didepan Prilly, menunjukkan punggung kekarnya atas hasil workout di pusat olahraga.

"Kamu mau pamer otot? Iya, aku tahu kamu udah punya perut kotak-kotak yang bikin aku kelenger. Aku 'mah apaan cuma sebuntel debu." Prilly menekuk bibirnya, hampir saja menangis sebelum Aliando dengan cepat berkata.

"Naik kepundak, nanti kamu yang ambil dusnya!"

Hening sejenak.

"...oh,"

Prilly menaiki pundak Aliando, agak sedikit ngeri saat sobatnya itu mulai berdiri, Prilly saja takut melihat kebawah dan membayangkan dirinya jatuh. Mengerikan.

Setetes air mata mengucur perlahan di pipi Prilly, "Aku tinggi, Mah." bisiknya perlahan.

Ia mengambil dus kripik itu dengan cepat lalu menepuk pucuk kepala Aliando, "Udak diambil kok"

Aliando mendongakkan kepalanya keatas, menatap wajah bundar milik Prilly, "Udah?"

Prilly mengangguk membenarkan "aku berat kan? Turunin dong, Ali."

Aliando tertawa mengejek, "Banget, aku aja yang setiap hari ke gym udah mulai pegel."

Prilly menjitak kepala Aliando kencang, "Jahat!" ucapnya tak menyangka.

Sambil menurunkan Prilly, "Aduh! Astaga, tidak—kamu enteng kok, serius. Tak usah memikirkan berat badan. Kamu cantik apa adanya." Aliando tersenyum tulus sambil mengusap sayang puncak kepala Prilly.

Ugh, tolong jodohkan Prilly dengan pemuda manis seperti Aliando, Ya Tuhan!

***

Maaf ya lama updatenya!!! aku lagi sibuk banget sama ulangan nih, anak sekolahan ceritanya. Nilaiku jelek banget parah *curhat. Apalagi MTK astagfir, mati aja dah.

Thanks for the vomment anyways, i love you so much more than anythin!

With Love, Skyxx
Saturday, 17th October

Perfekt VardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang