"Mimpi itu datang lagi. Di setiap malamku. Itu sedikit mengagetkan ku. Apa kau juga?" Kataku yang tengah membuka kulkas dan mengambil daging kalkun kaleng ku. Lalu memasukkannya ke dalam microwave dan meng klik tombol berangka 5.
Aku tau aku selalu berkata pada Velle tentang ini hampir setiap hari, ketika aku tiba-tiba teringat mimpi itu.
"Mungkin kau terlalu memikirkannya. Pria itu,ranjang itu dan semua yang kalian lakukan. Oh itu manis sekali. Seandainya itu mimpiku."Katanya penuh harap dan sangat ambisius. Dan sayangnya aku tau dia mengejekku."Oh ayolah." Kataku sedikit meringis. "Bukan itu poin pentingnya." Lalu aku memutar tubuh ku menghadap Velle yang tengah sibuk menyusun sloky-bekas pesta kami tadi malam, menyambut liburan musim panas-ke lemari. "Lalu apa? Apa lagi mimpi mu selain itu,he?" Ketusnya.
"Selalu pria yang sama, ranjang itu dan pondok itu atau bahkan apa yang kalian lakukan, semuanya sama. Itu aneh...hei! Kau yang bilang padaku kau menyukai mimpi manis itu. Oh sudahlah Anna. Aku bisa gila mengurusi mimpimu itu." Omelnya yang jelas-jelas ditujukan padaku. Aku mengerti mengapa dia berkata begitu. Aku yang salah. Tidak. Mimpi itu yang salah.
"Maksudku pesta itu dan juga Lilly! Aku tidak terlalu memikirkan hal itu, kok. Lagipula dia hanya memelukku." "Uh-huh? Aku tidak yakin itu bagus. Kenapa tidak tidur saja dengannya. Kau bilang dia tampan dan mempesona. Dan menggairahkan." Aku tertawa mendengarnya.
"Ayolah, Velleria."
"Itu mengasyikan. Percayalah." Aku tahu maksud Velle. Tapi sungguh, itu menjijikkan. Aku tidak seperti Velle. Yeah, aku jauh berbeda dengannya. Maksudku aku bahkan tidak pernah tidur dengan pria manapun. Sekali lagi, itu menjijikkan. Aku memutar bola mataku.
"Apa? Kau...mulai lagi." Kataku memukul bahunya.
"Oke-oke. Maafkan aku." Ia tertawa.Aku meneguk segelas air putih sampai habis.
"Aku memutuskan untuk mengunjungi kedua orangtua ku. Aku sudah mengatakannya pada mereka." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Setidaknya itu benar.
Velle mengangkat kedua alisnya dan membuka mulutnya lebar-lebar. "Oh tidak. Apa kau marah padaku?" Tanya Velle. Masih dengan ekspresi yang sama. Aku terkekeh melihat itu.
"Tidak,tidak. Aku tidak begitu. Aku hanya merasa harus. Aku merindukan mereka. Sangat." Aku mencoba membuatnya agar tidak merasa bersalah. Lihat, betapa baiknya aku.
"Maksudmu kau ingin meninggalkan ku sendiri di apartemen bodoh ini?" Ujar Velle. Lebih terdengar seperti marah.Aku berjalan ke sofa di depan tv. Mengambil remot tv dan menyalakannya. Mencari berita seputar musim panas. Tidak ketemu. Hanya gosip yang tidak terlalu penting. Seputar Kardarshian's family. Well, sepertinya mereka lebih penting daripada musim panas. Tidak untukku. Aku tidak terlalu suka gosip.
Aku dan Velle menyewa apartemen di kawasan hutan hujan Olympic National Park di Forks. Jadi musim panas disini tidak terlalu berbeda seperti biasa. Maksudku tetap saja hujan turun dan dingin. Hanya saja tidak sesering musim-musim lainnya.
"Tentu saja tidak. Bodohnya aku yang meninggalkan mu sendiri. Aku tau kau sangat bodoh dan ceroboh dalam segala hal. Aku menyuruh Edward menemanimu selama aku pergi. Bukankah itu keren?" Jelas ku. Velle menerima hinaanku lalu ia berbalik menghadapku. Velle terkejut setengah mati dan hampir tersedak.
"A-apa? Heh,oh Ayolah. Aku serius." Tuntutnya. Aku memutar mataku.
"Apa?" Tanyaku sedikit kesal. Aku berbalik menghadapnya. Sekarang dia tak percaya padaku. "Edward teman baikku,tentu saja dia bersedia menjagamu untukku." Velle menyipitkan matanya . Aku tahu kenapa.
"Untuk teman baiknya. Dia tulus untuk itu ." Tak ada hubungan apapun antara aku dan Edward. Lagi pula ia akan senang hati melakukannya. Velle tersenyum memamerkan selung pipit di pipi kirinya.
Velle berbalik ke dapur sebelum aku kembali ke tv ku.