Sepuluh

1.2K 46 4
                                    

SEBUAH kotak besar berwarna biru muda berada di teras rumah Kiera saat ia baru pulang dari sesi curhat-nya bersama Dovan dan Franda. Kiera mendekati kotak itu dan mendapati sebuah sticky note biru tertempel di bagian atas kotak.

"Aku pernah lihat kamu nangis sekali waktu malam itu. Dan aku berpikiran dia bisa memelukmu kalau sedang sedih. Jangan nangis lagi, K. R."

Ricky pernah melihatnya nangis saat malam? Berarti laki-laki yang meminjamkan jaketnya malam itu di halte bus benar-benar Ricky. Saat itu ia memang tidak bisa dengan jelas melihat wajah laki-laki itu karena matanya kabur karena air mata dan ia tidak ingat ketika laki-laki itu memberi tahu namanya.

Kiera membawa masuk kotak itu ke ruang tamu dan membukanya. Matanya membelalak kaget ketika mendapati sebuah boneka beruang besar hampir seukuran dirinya berada di dalam kotak itu. Ia mengeluarkan boneka itu dari dalam kotak dengan susah payah lalu memeluknya. Boneka beruang itu berwarna biru muda, warna kesukaan Kiera.

"Lucunya.", gumam Kiera dengan suara teredam karena sedang berada dalam pelukan boneka beruang itu.

Kiera memang sangat suka dengan boneka. Boneka raksasanya selama ini adalah boneka jerapah setinggi 160 cm dan boneka buaya yang panjangnya sekitar satu meter. Sekarang ia memiliki boneka beruang terbesar yang seukuran dirinya!

Entah kenapa saat Kiera memeluk boneka beruang itu ia jadi membayangkan bagaimana rasanya jika ia memeluk si pemberi boneka. Kiera langsung tersentak, pikiran apa lagi itu?

***

"Tunggu, Key!", seru Gisya ketika melihat Kiera sudah di ujung jalan untuk menyeberang ke sekolahnya. Ia memegang gantungan tas Kiera untuk menahan temannya itu agar tidak menyeberang duluan.

Kiera kaget dan menoleh ke belakang. Gantungan tas Kiera yang dipegang Gisya terlepas dan menggelinding ke jalan. Gantungan tas berbentuk gitar versi mini itu adalah hadiah dari Nathan. Tanpa pikir panjang Kiera berlari ke tengah jalan untuk mengambil gantungan itu.

"Key, awas!", teriak Gisya.

Lampu penyeberangan yang tadinya berwarna hijau sudah berganti menjadi merah. Kiera merasa tubuhnya ditarik ke belakang dan ia mendapati Ricky berlari ke tengah jalan untuk mengambil gantungan itu.

Pengemudi sepeda motor terkejut melihat seorang siswa SMA tiba-tiba melompat dan jongkok di depannya. "Ricky!", pekik Kiera cukup keras. Pengemudi motor itu langsung mengerem, namun lengan Ricky tetap saja tersenggol oleh bagian depan motor itu.

Ricky berdiri dan menggumamkan permintaan maaf pada si pengemudi motor. Pengemudi motor sempat memaki pada Ricky lalu langsung kembali melanjutkan perjalanan. Ricky pun menghampiri Kiera yang berdiri di ujung jalan dengan cemas. Kiera langsung menghela napas lega melihat Ricky menghampirinya dan tampak baik-baik saja.

"Ini punyamu kan? Harga gantungan tas ini sudah sama dengan nyawa orang lho!", kata Ricky memperingatkan. Ia menyerahkan gantungan tas itu kepada Kiera.

Kiera menatap lengan Ricky yang lecet dan berdarah. "Itu... Sakit nggak?", tanya Kiera sambil menunjuk lengan Ricky yang lecet.

Ricky melihat lengan kirinya dan tersenyum. "Nggak apa-apa kok. Santai aja." Ricky menatap Kiera dan teman Kiera. "Kalian sendiri nggak kenapa-napa kan?"

Kiera dan Gisya saling tatap lalu sama-sama menggeleng.

Ricky bernapas lega melihat kedua gadis itu baik-baik saja. "Ya sudah, cepat nyeberang yuk! Lampunya udah ijo." Ricky menunjuk lampu penyeberangan yang sudah berubah warna menjadi hijau.

Kiera dan Gisya sempat terdiam sejenak, lalu mengikuti Ricky yang sudah menyeberang. Gisya menoleh takut-takut pada Kiera yang ada di sebelahnya. Saat ini mereka sudah berada di gerbang masuk sekolah. "Sorry ya, Key. Gara-gara gue lo jadi hampir-."

The Symphony of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang