Sebelas

1.1K 48 2
                                    

NATHAN sedikit terkejut melihat Kiera turun dari boncengan motor seorang laki-laki yang tak dikenalnya. Ia sempat melihat Kiera tersenyum pada laki-laki itu. Senyum yang sama yang biasa Kiera berikan untuknya. Nathan berusaha mengenyahkan pikiran itu.

Kiera menghentikan langkahnya, mata hitamnya melebar ketika melihat sosok Nathan. Nathan tersenyum dan melambaikan tangannya. Ia sangat ingin memeluk Kiera dan mengatakan "aku sudah kembali". Namun ditahannya keinginan itu karena laki-laki yang mengantar Kiera pulang masih berada di depan rumah Kiera, berdiri di samping motornya dan mengawasi Nathan.

"Nathan?"

Nathan kembali tersenyum mendengar namanya dipanggil. "Aku kembali.", katanya sambil berjalan mendekati Kiera.

Nathan terkesima ketika Kiera justru melangkah mundur ketika Nathan hendak mendekatinya. "Kembali? Bagiku kamu itu udah mati. Kamu pergi tanpa bilang apa-apa sama aku dan kamu tiba-tiba datang lagi dan bilang aku kembali?"

Nathan menatap mata hitam Kiera yang berusaha menahan tangis. Mendengar kata-kata Kiera barusan membuat hati Nathan terasa perih. Tiga bulan ternyata telah membuat Kiera berubah.

"Pergi kamu dari sini! Sama seperti tiga bulan yang lalu, pergi aja seperti itu! Aku nggak mau ketemu kamu lagi!", seru Kiera yang langsung berlari memasuki rumahnya.

Nathan memandang kepergian Kiera dengan perasaan sedih dan bersalah. Harusnya ia menceritakan yang sebenarnya alasan ia pergi waktu itu. Harusnya ia pamit dulu sebelum pergi.

***

Keesokan harinya ketika Kiera akan pergi ke sekolah, Nathan menunggunya di depan rumahnya. Mama dan papa Kiera sudah berada di depan pintu hendak menyuruh Nathan masuk, namun langsung dihadang Kiera.

"Jangan suruh dia masuk atau aku yang keluar dari rumah.", kata Kiera yang sudah berlinang air mata.

Papa dan mama hanya saling pandang. Sebenarnya mereka ingin tahu alasannya, tapi Kiera saat ini lebih ingin menutup dirinya. Mama lalu membelai rambut Kiera dengan sayang.

"Ya sudah, kalau kamu nggak mau ketemu Nathan. Terus sekarang bagaimana? Kamu nggak jadi berangkat sekolah?", tanya mama lembut.

"Kalau boleh hari ini aku nggak masuk aja, mam. Boleh ya? Habis Nathan nggak mau pergi, aku nggak mau ketemu Nathan dulu.", rengek Kiera sambil menatap mama dan papa bergantian dengan muka memelas.

Papa menatap Kiera dan mengangguk. "Asal kamu nggak boleh bolos lebih dari tiga hari." Papa memperingatkan yang dibalas dengan pelukan dari Kiera.

Ia sangat bersyukur memiliki kedua orang tua yang sangat menyayanginya dan selalu memahami dirinya. "Kak Dira dari kemarin nggak pulang ya?", tanya Kiera sebelum papa dan mama pergi berangkat kerja.

"Dira sibuk sama urusan pensi, jadi dia nginap di rumah temannya.", jawab mama. "Mama sama papa berangkat dulu, ya Key?", pamit mamanya.

Kiera langsung mencium tangan papa dan mamanya. Ia melirik lewat jendela dan melihat Nathan masih berada di depan pagar rumahnya. Kiera menghembuskan napas dengan keras, lalu kembali ke kamarnya.

***

Setelah dua hari terpaksa membolos karena Nathan masih sering muncul di depan pagar rumahnya, Kiera akhirnya bisa kembali bersekolah. Tadi pagi Nathan sudah tidak menunggunya lagi, ia jadi bebas untuk kemana-kemana.

Sambil bersenandung ria, Kiera memasuki kelasnya yang masih sepi. Dua hari tidak masuk membuatnya rindu dengan bangkunya. Ia menghampiri bangkunya dan mendapati mejanya penuh dengan bunga krisan yang sebagian besar sudah kering dan sebuah kotak berwarna biru. Kiera mengambil kotak itu dan mendapati tiga lembar sticky notes yang tertempel di meja.

The Symphony of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang