Chapter 3

1.8K 165 88
                                    

Ta-da.

Selamat datang kembali di neraka.

Rencanaku kembali gagal. Aku berulang kali menghela napas, memijat dahi dengan perlahan, duduk dengan damai didalam mobil yang tengah menuju ke perusahaan ayah.

Orang yang tadi kutemui benar-benar orang suruhan ayahku. Aku tahu ayah ada orang yang cukup berkuasa, tapi apa bisa, menyuruh seluruh pengawalnya turun kelapangan untuk menangkapku yang ingin kabur. Entah apa yang dia pikirkan, seberbahaya apakah aku hingga tak boleh memiliki kehidupan seperti yang kumau.

Memang, aku adalah putra satu-satunya keluarga ini, tapi sepupu-sepupuku diperlakukan biasa saja, para paman dan bibiku juga kebanyakan memiliki satu orang anak. Orangtuaku saja yang terlalu overprotektif denganku. Dan aku benci hal itu.

Mobil yang membawaku ke perusahaan ayah telah sampai. Aku keluar dengan lunglai, kakiku lemas, tak ingin bertemu ayah setelah kejadian ini. Tapi apalah daya, aku tidak bisa berbuat apapun sama sekali. Untung saja ibuku tidak berada disini---negara ini---atau aku akan dikenai begitu banyak hukuman untuk dilakukan.

Kakiku melangkah turun, kemudian masuk berjalan menuju ruangan ayahku. Semua orang didalam sini tahu siapa aku, tahu apa penyakitku, tahu apapun yang telah kulakukan saat dipanggil kesini. Aku masih mengenakan pakaian sebelumnya, kubuka jaket kulitku agar kaosku bisa terkena angin, yang terkena keringat akibat seharian berada diluar ruangan.

Mataku menjelajah keseluruh ruangan, bersih, aku tak perlu menyuruh OB untuk membersihkannya lagi. Aku mengangguk pada orang yang menyapaku, kemudian menghilang dibelakangku. Lalu aku menaiki sebuah lift langsung keruangan ayahku.

Drrt. Notifikasi masuk ke ponselku.

Varley
Apa kau ikut pertemuan kali ini?

Albert
Untuk acara apa memang?

Varley
Entahlah, Ferla yang menyuruh kita berkumpul. Jadi, apa kau ikut?

Albert
Baiklah.

Varley
Akan kusuruh Dafit menjemputmu.

Albert
Bilang padanya untuk menjemputku ke kantor.

Varley
Jangan bilang kau habis kabur dari rumah?

Albert
Iya, aku melakukannya, dan gagal.

Varley
Kita harus mengadakan pesta!

Kusisipkan kembali ponselku ke kantung celana. Lift berhenti, pintunya terbuka dan menampakan ruangan kerja ayahku. Aku melangkah keluar, kemudian menuju sofa dan mendudukinya.

"Apa kau ingin merayakan keseratus kalinya mencoba kabur dariku?"

"Tidak," aku melongos malas. "Untuk apa merayakannya?"

Ayahku mengulum senyum, dia menahan tawanya. "Gagal semua, yah? Kasihan sekali. Lebih baik kau menyerah, Ibumu tidak akan suka melihatmu seperti ini."

"Jangan mengingatkanku. Aku bahkan lupa bagaimana wujudnya."

"Tetap saja dia adalah Ibumu."

FREETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang