Part III

311 35 4
                                    

Hari ini Harry sudah lebih banyak berbicara dibandingkan dengan kemarin. Senang rasanya melihat harry yang seperti ini mengingat dia selalu bersikap dingin pada semua orang. Termasuk ayahku. Entah hanya perasaanku saja atau memang benar adanya harry bersikap menyebalkan hanya padaku? Walaupun terkadang sifat dinginnya muncul sih.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Tidak. Hanya teringat teman-temanku, Ayah" dustaku. Bisa habis aku kalau sampai ayah tau aku sedang memikirkan harry. Bukan karena harry seorang bodyguard jadi ayahku tidak merestuinya, bukan itu. Hanya saja dia akan meledekku selama sisa umur hidupnya kalau anak satu-satunya ini berpacaran. Aku sudah pernah merasakannya ketika bersama Trey dulu.

"Kau merindukan mereka?"

"Sedikit,"

"Apa kau ingin menemui mereka?"

"Tidak. Aku lelah jika harus pergi lagi,"

"Baiklah kalau begitu. Besok kau akan mulai kuliah lagi,"

"Serius? Secepat itu? Aku masih lelah ayah,"

"Kau sudah banyak sekali ketinggalan pelajaran. Kalau kau terus bermalas-malasan seperti ini kapan kau akan jadi dokternya?"

Menghela napas, "Baiklah, Ayah. Aku kuliah besok,"

                         ***
Berjalan menelusuri koridor kampus menuju kelas yang sebenarnya juga aku tak tahu dimana letaknya, seseorang tiba-tiba menabrakku.

"Maafkan aku..." katanya sambil membantuku berdiri. Penampilannya seperti anak punk dengan rambut berwarna ungu terang, pakaian minim dan tindik di bibirnya.

"Tak apa. Bukan salahmu,"

"Ini jelas salahku. Aku menabrakmu,"

"Sudah sudah. Bagaimana kalau kau membantuku sebagai permintaan maafmu?" Berhubung aku benar-benar sedang membutuhkan bantuan.

"Ide bagus. Apa yang bisa kubantu?"

"Tolong tunjukkan kelasku. Aku mahasiswa baru,"

"Tentu. Pantas saja aku baru melihatmu. Ternyata kau baru. Jurusan apa?"

"Kedokteran,"

"Ayo, ikut aku. Biar kutunjukkan dimana kelasmu. Omong-omong siapa namamu?"

"Namaku catalina,"

"Dan aku gwen. Senang berkenalan denganmu. Kau tidak terlihat seperti orang italia?" Sepertinya dia tidak seperti kelihatannya. Nyatanya dia sangat ramah dan mudah bergaul. Tidak seperti anak punk kebanyakan.

"Memang bukan, aku dari california. Sepertinya kapan-kapan kita bisa minum kopi bersama?"

"Oh tentu saja. Bagaimana kalau nanti sepulang kuliah? Kau sampai jam berapa hari ini?"

"Jam 12,"

"Bagus. Kutunggu kau di parkiran. Jangan membuatku menunggu, catalina!"katanya berteriak karena memang dia sudah berjalan menjauh menuju kelasnya setelah mengantarkanku kekelas.

                         ***

"Jadi, kenapa kau pindah kesini?"

"Ayahku,"

"Kenapa dengan ayahmu?"

"Pekerjaannya yang mengharuskan kami pindah," tak mungkin kan aku mengatakan kalau kami pindah karena ayahku seorang buronan?

"Oh, bagaimana dengan ibumu?"

"Ibuku meninggal ketika melahirkanku,"

"Maafkan aku. Aku turut sedih akan itu,"

getting warmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang