HA - #4

13.6K 1.1K 51
                                    

Prilly langsung berlari ke kamarnya saat tiba di rumah. Tapi Prilly tak menemukan Vigo di sana. Prilly kembali keluar dan melihat ke arah pohon yang cukup besar di depan rumahnya. Tak juga ada Vigo di sana.

"Vigo lo dimana sih, nggak lucu ah masa gitu aja ngambek sih. Mana katanya lo mau ninggalin gue sampai gue nemuin orang yang pas buat jaga gue. Vigo lo bohongin gue ya." Prilly melihat ke rumah depan. Waktu itu Vigo pernah bilang ada perempuan cantik di sana. Tapi nihil Prilly juga tak menemukannya.

Prilly berjalan lesu ke depan mini bar. Meletakan kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai bantalannya.

"Prill, kamu kenapa lesu begitu?, nih di minum dulu biar segeran." Ali memberikan segelas orang jus dengan beberapa balok es di dalamnya. Nikmatnya.

Prilly hanya memutar-mutar gelas itu tanpa meminumnya.

"Vigo nggak ada Li." Ucapnya lesu. Prilly merasa kesepian jika Vigo pergi. Selama ini Vigo yang selalu menemaninya.

"Vigo siapa sih Prill, dari kemarin kamu manggilin Vigo terus. Di sini kan nggak ada siapa-siapa selain kita." Kadar ke kepoan Ali meningkat. Rasa penasarannya kemarin tak dapat lagi di bendungnya.

"Vigo temen gue, dia penghuni lama sini."

"Penghuni?, lama?. Maksudnya gimana ya?"

"Penghuni Li penghuni."

Seketika Ali lebih mendekat ke arah Prilly, memandang kanan dan kiri curiga. Tanpa sadar Ali memegang pundak Prilly yang masih saja menelungkup di atas meja.

"Ih apaan sih lo Li." Ucap Prilly risih.

"Jangan becanda donk kalau ngomong." Ali masih mengelilingi reuangan itu dengan mata indah berbulu mata lentik miliknya.

"Gue nggak becanda Li, lo liat kan gue nggak lagi senyum-senyum kaya orang gila."

"Duh lo bikin gue merinding aja Prill." Ali kembali mendekat ke arah Prilly.

"Lo jauh-jauh nggak dari gue, jangan sampai gue mandiin lo pake nih minuman." Prilly sudah bersiap mengangkat gelas yang ada di tangannya.

"Ya ampun jangan galak-galak begitu kenapa." Ali beralih duduk dua bangku di sebelah Prilly.

"Jangan duduk di situ oon, ada anak kecil lagi main di situ. Gue nggak tanggung ya kalau tar emak nya ngamuk gara-gara anaknya lo gangguin." Prilly menunjuk bangku kosong yang ingin Ali dudukin tadi.

"Ya Allah, kenapa kerja mesti begini amat sih." Ali mengacak rambutnya frustasi.

"Lo kenapa sih, gila ya?" Tanya Prilly polos.

"Udah ah gue mau ke kamar dulu mau tidur."

"Kalau lo tidur di sofa aja mau nggak, nemenin gue." Ali berucap lirih. Jujur saja Ali belum berani di tinggal sendiri, karena dari tadi Prilly bercerita yang tidak-tidak.

"Badan gue bisa sakit semua tidur di sofa."

"Pliss,, cuma sampai gue bisa membiasakan diri aja dengan ke anehan lo itu."

"Eh sembarangan aja lo bilang gue aneh. Oke gue temenin, tapi nanti malem bikinin gue spageti porsi jumbo ya."

"Iya beres deh kalau spageti doank mah."

Akhirnya Prilly memenuhi permintaan Ali untuk tidur di sofa menemaninya. Sedangkan Ali duduk di sebelahnya menonton acara tv, sebenarnya Ali sengaja menyalakan tv biar ramai, tak seperti di kuburan.

Prilly sudah merebahkan diri di sofa dan mulai terlelap. Lirih terdengar suara dengkuran dari bibir Prilly. Ali memperhatikan Prilly, melihat tiap inci bentuk wajahnya yang cantik, putih, dan terawat. Perempuan normal pasti iri lihat kecantikan Prilly yang natural tanpa bedak sedikit pun.

Home AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang