Sepanjang malam Ali tak bisa tidur, hanya bergerak ke kanan dan ke kiri tanpa bisa memejamkan matanya secara penuh, dan mungkin itu alasan yang memaksa Boy yang harus tidur di sofa.
"Asli bang, baru kali ini gue tidur sama cowok itu rusuh. Udah lah gue tidur di sofa aja kalau gitu." Boy sudah siap beranjak dari tempat tidurnya.
"Sorry sorry Boy, lo tidur aja gue nggak akan ganggu lo." Tahan Ali.
"Gimana nggak ganggu dari tadi lo nggak bisa diem gitu, muter sana muter sini cacingan lo ya bang?"
"Iya iya gue diem."
Bukan maksud Ali mengganggu istirahat Boy. Tapi Ali memamg tak bisa tidur memikirkan semua perkataan oma Prilly yang penuh dengan teka teki itu. Bagi Ali keluarga ini sedikit membingungkan untuknya.
Ali memberanikan diri keluar dari kamarnya. Rumah ini semakin malam semakin menakutkan, semua lampu di padamkan, tak ada penerangan sedikitpun kecuali cahaya bulan purnama yang masuk dari celah-celah jendela.
Rasa haus melanda tenggorokan Ali, melangkah perlahan Ali mencari letak dapur di rumah yang cukup luas ini. Tak ada satu pun orang yang masih tersadar dini hari gini. Bulu kuduk Ali meremang. Cepat-cepat Ali mengambil gelas dan menuangkan Air di dalamnya.
"Sedang apa kamu di sini?" Suara perempuan mengagetkan Ali. Hampir saja gelas yang di pegangnya jatuh.
"Oma. Maaf oma Ali haus."
"Sudah saya bilang jangan pergi sendirian kan, cepat kembali ke kamar mu sekarang juga." Ali menghabiskan air yang masih tersisa di dalam gelas. Menaruh gelas yang sudah habis itu di westafel dan berlari ke dalam kamar Boy. Dan benar saja Ali tak bisa tidur semalaman.
***
Prilly baru saja selesai mandi, sudah memakai pakaian santainya, kaos yang pas di badannya dan celana hotpans. Prilly menemui oma yang sedang duduk santai di kursi goyangnya.
"Pagi oma." Sapa Prilly.
"Pagi." Jawab oma dingin. Di perhatikan cucunya ini dari atas sampai bawah, memicingkan matanya. "Apa kau tak punya pakaian lain Prilly?, kenapa pakaian kurang bahan seperti ini kau pakai, apa kau mau di perkosa laki-laki yang melihat mu?" Ucapan oma langsung saja menembus ulu hati Prilly. Prilly langsung saja pergi ke kemarnya dan mengganti pakaiannya sekarang juga.
"Pagi oma." Ali baru saja keluar kamar dan melihat oma juga duduk santai di kursi goyang.
"Duduk, ada yang ingin oma tanyakan pada mu." Ali duduk di bangku yang berbentuk batang pohon di dekat oma.
"Kau dari mana, dan kenapa dia bisa ikut dengan mu?" Pertanyaan tiba-tiba yang oma lontarkan justru membuat Ali semakin bingung.
"Maksud oma gimana Ali nggak ngerti oma."
"Dia cukup bahaya, kalau kamu tidak hati-hati kamu akan celaka. Jangan pernah biarkan dirimu sendiri dimana pun itu."
Ali tidak dapat pencerahan dari setiap pernyataan oma, yang ada justru kebingungan yang Ali rasakan. Ali berfikir dalam diam, mencerna setiap ucapan oma. Saat ingin bertanya lagi oma justru meninggalkannya sendiri.
"Li" Ali terlonjak saat Prilly datang dan menepuk bahunya pelan tapu cukup mengagetkan dirinya yang sedang melamun.
"Aku masih nggak ngerti maksud oma kamu apa Prill."
"Dia lagi ada di sini dan terus merhatiin lo, hati-hati lah jangan bicarakan dia sekarang."
"Ini ada apa sih sebenernya. Kenapa tingkah semua orang yang ada di rumag ini nggak bisa di nalar sama logika. Lo mau bikin gue gila juga kaya lo, haa?"
Ali mulai jengah, jika memang ini menyangkut keselamatannya kenapa dia tidak mengerti sama sekali apa yang terjadi padanya. Kenapa tak ada yang menjelaskan apa pun padanya.
"Kalau pun gue harus mati, gue rela mati asal gue tau apa yang sebenernta terjadi. Kenapa lo sama oma malah menyembunyikannya dari gue."
"Kau dengar itu nona, dia lebih milih mati. Jadi biar dia ikut sama gue. Mau sekarang atau nanti juga sama aja, dia tetap akan ikut gue." Hantu perempuan itu tersenyum menang mendengar ucapan yang di lontarkan Ali baru saja.
Prilly hanya menatapnya sinis. Prilly tak ingin tersulut emosi dengan apa yang di ucapkan perempuan itu baru saja. Yang ada masalah baru akan muncul.
Ali menyadari tatapan Prilly yang selalu menghadap ke arah kanannya. Ali mengikuti arah pandangnya itu. Hanya ada lemari besar yang berdiri angkuh disana. Tapi Ali tahu ada sesuatu di sana. Ali melangkah kearah itu dan berhadapan langsung dengan lemari.
"Gue tau lo ada di sini. Siapa pun lo, gimana pun bentuk lo, gue cuma mau tau apa tujuan lo ganggu gue, dan apa mau lo sampai lo mau nyelakain gue. Tunjukin diri lo kalau emang lo nggak punya niat jahat sama gue." Ali menantang perempuan itu. Walaupun seperti bicara dalam angan tapi Ali tetap melakukan itu.
"Prilly, bawa Ali ke ruangan oma, dan persiapkan diri mu sendiri." Tiba-tiba oma muncul dari dalam ruangannya.
"Iya oma. Lo Li, lebih baik sekarang lo sama Boy, lebih aman lo nggak sendiri." Prilly meninggalkan Alu dan berlari ke kamarnya.
Prilly membuka lemari dan mencari baju-bajunya yang sudah lama tersimpan dan jarang sekali di pakai olehnya. Prilly kenakan pakaian itu lengkap dengan atributnya yang tak ketinggalan.
Saat Prilly sedang bersiap, tiba-tiba Vigi muncul di belakang dirinya. Prilly melihatnya saat dia berbalik badan, karena bayangin Vigo tak terlihat di cermin.
"Vigo, lo mau bikin gue jantungan ya?" Prilly memegangi dadanya yang kaget.
"Lo ngapain pakai-pakai beginian?, jangan bilang kalau lo mau.." Vigo melihat dari atas sampai bawah apa yang di gunakannya.
"Iya Go."
"Lo gila ya?, lo inget beberapa tahun lalu lo juga ngelakuin ini dan lo hampir mati. Sekarang lo mau ngelakuin ini lagi cuma buat orang baru yang baru aja lo kenal Prill."
"Vigo, gue nggak bisa biarin Ali, kalau sampai dia kenapa-kenapa gue bisa nyesel Vigo. Lo ngerti kan?"
"Jangan bilang lo mulai suka sama orang baru itu?" Prilly hanya mengangguk menjawab pertanyaan Vigo.
"Ya Tuhan. Semoga aja lo baik-baik aja Prill. Gue nggak tau harus cegah lo kaya apa."
"Lo nggak perlu cegah gue. Lo cukup doain gue aja."
Prilly berlalu meninggalkan Vigo di kamarnya. Manghampiri Ali yang ada di kamar Boy. Membawa Ali keruangan omanya. Ali sempat bingung kenapa Prilly harus menggunakan jubah hitam seperti ini. Ali makin merasa aneh dengan orang-orang disini.
Prilly membuka pintu kamar oma, tak ada siapa pun di dalam sana. Tapi mereka tetap semakin masuk ke dalam kamar itu. Kamar ini beda dari kamar-kamar yang lain. Barang-barang kuno masih ada menghiasi kamar ini. Dan itu justru membuat Ali bergidik.
"Oma di dalam Prill." Terdengar suara tapi tak ada orangnya.
***
Haii semua..
Makasih ya buat semangatnya. Makasih buat yang ga mau cerita ini berhenti gitu aja. Makasih banget temen-temen masih berminat membaca. Yang masih mau bawelin aku.
Masih sedih kalau ada yang coment "next" atau "lanjut kak" ya ampun rasanya pengen banting ini hp. Nulis cerita sampe glongsoran sama akrobat segala cuma di coment kaya gitu, sedih rasanya. Kan aku malah curhat.
Pokonya terima kasih buat voment nya ya kawan. Yang masih kepo tunggu kelanjutannya ya.
Love ❤❤
EF
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Alone
Fiksi Penggemarterpaksa harus tinggal di rumah mewah menjadi pengasuh anak pemilik rumah bukan hal yang mudah. apa lagi anak nya ini punya ke istimewaan. keistimewaan apa yang ada pada anak itu ??