HA - #9

11.4K 1K 80
                                    

Ali masih merasa kehilangan atas kepergian Farah sampai hari ini tepat 7 hari kepergian Farah. Prilly juga tak berhenti menghibur Ali terus.

"Udah donk Li, masa masih aja sedih katanya lo udah ikhlasin Farah."

"Iya ini juga udah nggak sedih kok." Ali berusaha tersenyum di hadapan Prilly.

Ali dan Prilly sedang menikmati udara sore di sekitar rumahnya. Hari juga sudah menjelang malam. Prilly mengajak Ali masuk ke dalam rumah, tapi sebelum itu Prilly merasa ada yang sedang memperhatikan mereka berdua. Prilly melirik dari ekor matanya, samar-samar terlihat perempuan yang tak senang melihatnya. Prilly mengacuhkan itu dan tetep melangkah masuk.

"Prill, makasih ya lo selalu ada buat nyemangatin gue. Nih sebagai hadiah nya gue buatin jus jeruk spesial buat lo." Saat Ali ingin membawa gelas itu keseimbangan Ali menghilang. Kepala Ali teratuk meja dengan kencang yang ada di hadapannya.

"Aliii.." Prilly berlari menghampiri Ali yang terhuyung dan gelas yang di tangannya hampir saja jatuh.

"Aduh" Ali mengusap dahinya yang merah dan mulai benjol.

"Ya ampun, bentar Li." Prilly berlari ke dapur mengambil air dingin untuk mengompres dahi Ali.

Prilly kembali dengam sabaskom air dingin dan handuk kecil yang sudah di basahi. Di tempelkannya handuk itu di dahi Ali.

"Aww." Ali mengaduh karena nyeri yang di rasakannya.

"Sakit banget ya Li?, tahan ya nanti juga kempes kok."

"Iya Prill makasih ya." Ali memperhatikan Prilly yang terus mengompres dahinya dengan perlahan.

Saat Prilly sedang mengompres, Prilly kembali melihat perempuan yang dari tadi memperhatikan mereka di teras. Pancaran matanya yang terlihat marah, seperti tak suka melihat dirinya. Prilly tetap fokus pada Ali tapi dengan fikiran yang kamana-mana.

"Udah Li, lo istirahat aja ya." Prilly memapah Ali masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat.

Saat Prilly keluar, Prilly kembali mencari sosok perempuan itu lagi. Dia mencari di setiap sudut rumahnya. Biasanya Vigo selalu membantunya, tapi kali ini Vigo entah pergi kemana.

"Lo siapa?, kenapa dari tadi ngikutin gue?" Tanya Prilly pada bayangan yang ada di hadapannya.

"Gue nggak suka." Jawabnya dengan nada mengejek.

"Nggak suka sama siapa, kenapa lo mau nyelakain Ali?"

"Gue nggak suka lo dekat-dekat sama dia, gue suka sama dia sejak dia tiba di sini. Gue akan bawa dia ikut sama gue jadi dia juga harus mati." Ucapnya.

"Jangan sembarangan lo kalau ngomong. Lo sama dia itu beda dunia, kematian bukan ada di tangan lo. Bukan lo yang nentuin kapan dia mati."

"Terserah lo mau ngomong apa, yang pasti dia harus ikut gue dan hidup sama gue." Seketika perempuan itu hilang dari hadapan Prilly. Prilly mencari-cari keberadaannya. Prilly juga mencarinya di kamar Ali, Prilly takut dia bertindak nekat.

"Apa yang harus gue lakuin ini. Kalau gue lengah sedikit bisa habis hidup Ali. Lebih baik gue ngadepin 10 preman dari pada harus berhadapan sama 1 mahluk yang kaya gini."

Prilly masih berfikir bagaimana caranya membantu Ali, apa yang harus di lakukan untuk menjaga Ali. Kenapa kali ini malah dia yang harus di repotkan menjaganya. Padahal itu semua pekerjaan Ali.

"Li bangun Li bangun" Prilly membangunkannya secara paksa, walaupun ada rasa tak enak membangunkannya seperti itu.

"Kenapa Prill?" Ali mengerjapkan matanya. Kepalanya juga masih terasa pusing, tapi tidak separah tadi.

"Kita harus pergi dulu dari sini."

"Mau kemana?" Tanya Ali bingung.

"Buang sial, biar dia nggak ngikutin lo terus."

"Dia siapa?"

"Pliss jangan banyak tanya. Boyy,, buruan kita ke rumah oma sekarang." Prilly sudah siap di depan mobil menunggu Boy keluar dari rumah.

"Kita mau ngapain sih kak ke rumah oma?" Tanya Boy saat dia sudah mengunci semua pintu rumahnya.

"Cari aman." Prilly sudah berjalan ke arah pintu kemudi, tapi Ali menahan tangan Ali.

"Udah malem biar gue yang bawa mobilnya."

"kan kepala lo masih sakit." Tolak Prilly.

"Gue udah mendingan kok, lagian lo juga belom punya SIM, lo tunjukin aja lewat mana aja jalannya."

Prilly mengangguk, Prilly dan Ali bertukar posisi, sedangkan Boy ada di bangku belakang. Prilly memberitahukan rute mana saja yang harus mereka lewati, hari juga makin malam, pukul 21.13 tertera pada jam yang ada di dasbord mobil. Mereka masih harus menempuh 1 jam lagi untuk sampai di rumah oma Prilly.

"Kita mau ngapain sih Prill ke rumah oma lo malem-malem begini?"

'Ccciiiiittttttt.......

Ali terpaksa menginjak pedal remnya, hampir saja dahi Prilly terantuk dasbord jika tidak mengenakan sabuk pengaman yang ada.

"Ada apa sih Li?"

"Ada apaan sih bang?" Boy sempat nyungsep di belakang.

"Sorry sorry barusan ada orang lari nyebarang ke sana nggak hati-hati." Ali menunjuk ke sebelah kiri yang rata-rata rumah penduduk yang sudah mulai sepi.

Prilly keluar dari mobil untuk melihat apa benar apa yang di katakan Ali baru saja. Tapi Prilly tak melihat apa pun disana.

"Lo." Prilly justru lihat perempuan yang ingin mencelakakan Ali tadi di rumah.

"Lebih baik kita cepet jalan lagi, sebelum makin malem." Ucap Prilly setelah kembali masuk ke dalam.

"Ada apa sih kak?" Tanya Boy penasaran.

"Udah cepet jalan Li." Prilly tak menghiraukan ucapan Boy.

1 jam berlalu mereka sampai di depan rumah kuno yang masih berdiri kokoh di masa kini. Penjaga rumah ini membuka pintu gerbang dan mempersilakan mobil Prilly masuk ke dalam. Prilly sudah di nanti omanya yang sedang duduk di kursi goyang.

"Oma." Prilly menyapa omanya. Dan ini baru pertama kalinya Ali datang ke rumah yang aneh baginya.

"Kamu tak datang sendiri Prilly. Hati-hati padanya, dia punya maksud tak baik pada kalian."

"Aku tahu itu oma. Oma ini Ali, dia yang di minta mama menjaga ku selama mama tugas di luar negeri."

"Oma tahu itu Prilly."

Oma berdiri dan memandangi Ali yang juga berdiri di hadapannya. Menatapnya dari atas sampai bawah. Memicingkan matanya.

"Berhati-hatilah, jangan biarkan dirinya sendiri dimana pun kau berada." Pesan oma tanpa Ali mengerti maksudnya. Bagi Ali Prilly sudah aneh, ternyata oma Prilly jauh lebih aneh baginya.

"Istirahat lah dulu, besok akan aku beri tahu sesuatu." Oma meninggalkan mereka dengan penuh tanda tanya di kepala Ali.

"Prill, lo harus jelasin sama gue ada apa ini semua."

"Besok gue jelasin, sekarang lo sama Boy tidur di sana." Prilly menunjuk kamar yang dari tadi sudah di masuki Boy.

"Lo nggak usah bingung bang, nanti juga lo tau ada apa."

***

Nah loh ini apa coba, makin aneh aja ini cerita. Di stop aja lah yaa. Bingung saya abis makin ga jelas gini. :(

Home AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang