Ekstra Part

15.4K 1K 81
                                    

Prilly sudah kembali ke kehidupannya yang semula, tanpa gangguan mahluk-mahluk yang tak di inginkannya selain Vigo.

Sejak terungkapnya kasus pembunuhan itu, Reni tak lagi mengganggu Prilly dan Ali. Reni sudah kembali ke tempatnya berasal dulu.

Ali juga sudah tak lagi kerja di rumah Prilly. Ali sudah di terima kerja di perusahaan kontraktor, tapi Ali tetap melanjutkan kuliahnya yang sudah memasuki semester akhir ini.

"Hahhh.. cape nya hari ini ujian 3 pelajaran sekaligus, rasanya kepala gue udah ngebul ini." Prilly menghempaskan tubuhnya di tempat tidur, menghilangkan penat karena harus menghadapi huruf dan angka yang ada di dalam soalnya tadi.

"Harusnya lo seneng Prill, masih bisa sekolah, masih bisa ngerasain yang namanya ujian, di luar sana banyak anak-anak yang nggak bisa sekolah karena faktor biaya." Vigo masih setia menemani Prilly.

"Iya iya gue tahu kok. Lo udah sering bilang gitu ke gue." Ucapnya tanpa membuka matanya yang terpejam.

"Dasar bocah, susah ya emang ngomong sama lo."

"Eh Vigo biar kata bocah juga gue udah laku kali. Emangnya lo nggak laku-laku."

"Sembarangan aja kalau ngomong, biar kata hantu gue ini nggak jones juga kali. Banyak kok hantu di luaran sana yang kecantol sama gue."

"Idih kata siapa banyak yang mau sama lo, buktinya maura sampai sekarang nggak juga lo dapetin. Emang dasarnya aja lo hantu jones."

"Ah males gue sama lo."

Vigo membelakangi Prilly. Menatap mentari yang makin lama makin menghilang dari pandangan matanya. Vigo termenung menatap keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini. Setiap hari Vigo tak pernah tertinggal saat-saat matahari yang mulai tenggelam seperti ini.

"Vigo, masa gitu aja ngambek sih. Gue kan cuma becanda doank sama lo. Maafin gue ya, ayo donk Go." Prilly hanya mampu melihat bayangan Vigo tanpa bisa menyentuhnya.

"Prill, gimana hubungan lo sama Ali?" Tanya Vigo sambil duduk sejajar dengan Prilly di tempat tidurnya.

"Baik kok. Kenapa lo tiba-tiba nanyain Ali?" Tanyanya bingung.

"Lo bahagiakan sama dia. Dia bisa kan jagain lo."

"Vigo lo kenapa sih aneh banget dari tadi."

"Udah deh jawab aja bawel amat sih."

"Kok lo malah ngeselin banget sih." Prilly tiduran dan membelakangi Vigo yang masih duduk di tepi ranjangnya. Tak ada yang bersuara di antara mereka. Hanya keheningan yang terjadi untuk beberapa saat.

"Lo inget kan Prill dulu gue pernah janji, gue akan pergi setelah lo ketemu sama orang yang bisa jagain lo. Dan sekarang gue yakin, Ali itu orang yang tepat buat lo. Ali bisa jagain lo, dan gue lihat juga Ali sayang banget sama lo. Jadi sekarang gue mau pamit, gue harus pergi, karena gue yakin Ali bisa jagain lo dan lo juga bisa jaga diri."

Vigo menatap punggung sahabat manusianya yang selama ini menemaninya. Mendengar setiap keluh kesahnya. Menjadi musuh sekaligus temannya. Walaupun mereka tak saling sentuh tapi mereka bisa saling memahami satu sama lain.

"Gue pamit ya Prill."

"Gue inget dulu lo pernah bilang gitu. Tapi apa lo tega ninggalin gue, kan lo yang selama ini nemenin gue Vigo. Kok sekarang lo malah jahat mau pergi dari hidup gue." Prilly terduduk dengan air mata yang sudah berlinang di kedua sudut matanya itu. Prilly tak akan pernah rela di tinggal sahabat hantunya itu.

"Waktu gue selesai Prill. Gue juga mau pulang ke asal. Gue udah nggak bisa lagi ada disini. Makasih selama ini lo udah jadi sahabat gue yang paling baik. Jaga diri lo baik-baik yaa. Salam buat Ali." Vigo berlalu dari hadapan Prilly. Melangkah ke arah jendela dan menghilang begitu saja.

"Vigooooo....!!!!"

Suara derap langkah kaki menyambangi kamar Prilly. Pintu kamar Prilly di buka paksa oleh mama, papa, dan juga Ali. Mereka mendengar teriakan Prilly yang membuat mereka terkejut.

"Sayang ada apa?" Mama memeluk Prilly yang sedang terisak menangis. Prilly tak mampu menjawabnya, hanya air mata yang luluh begitu saja tampa ampun.

"Tante Prilly kenapa?" Tanya Ali yang juga terlihat bingung.

"Tante juga nggak tahu Li. Sayang kamu kenapa nak?" Mama Prilly masih terus berusaha menenangkan Prilly.

"Tante boleh Ali yang coba ngomong sama Prilly?"

"Boleh." Mama dan papa melangkah mundur. Membiarkan Ali dan Prilly berdua di dalam kamar bukan untuk main gajah-gajahan ataupun singa-singaan karena mereka belum waktunya main itu. Tapi untuk mencari tahu kenapa Prilly seperti itu.

"Sayang kamu kenapa?" Ali mendekat, tapi Prilly langsung saja memeluknya dengan air mata yang belum juga berhenti mengalir.

"Vigo Li, Vigo pergi ninggalin aku, dia bilang dia nggak akan balik lagi kesini." Prilly makin menelusupkan wajahnya dke dada bidang Ali.

"Sudah lah sayang, mungkin memang sudah waktunya Vigo untuk pergi." Ali penasaran, tapi Ali tak ingin bertanya lebih lanjut, karena itu akan membuatnya semakin lama menangis.

"Hikss..hikss"

"Udah jangan nangis lagi. Sekarang kan ada aku, aku yang akan jadi temen kamu, walaupun aku nggak bisa gantiin Vigo di hati kamu. Jangan nangis lagi ya."

Persahabatan antar dua mahluk yang berbeda ini memang cukup aneh. Tapi persahabatan mereka di dasari dengan ketulusan hati yang ikhlas. Sampai pada masanya perbedaan itu yang mengharuskan mereka untuk berpisah selamanya. Bukan atas dasar kemauan mereka, tapi takdir yang mengharuskan itu semua terjadi.

"Sekarang gue udah bisa tenang ninggalin lo. Gue yakin Ali orang yang tepat dan dia yang bisa jagain lo setelah gue nggak ada Prill. Gue sayang lo adik kecil. Terus tersenyum dan ceria seperti biasanya ya. Semoga suatu saat nanti Tuhan mempertemukan kita kembali di dunianya yang kekal."

Vigo menatap Prilly dari kejauhan. Seulas senyum terukir di dua sudut bibirnya. Ketulusannya menyayangi Prilly membuatnya sadar pentingnya arti sebuah keluarga, dan itu di dapatnya dari manusia yang cukup menyebalkan baginya.

Ali masih terus menenangkan Prilly. Mencoba membuatnya kembali tersenyum lagi. Janji Ali di hati akan membuat Prilly terus tersenyum bersamanya.

"Kamu jelek ya kalau lagi nangis gitu. Lihat maskaranya luntur semua, kalau mau nangis tuh make up di hapus dulu donk." Ali menunjuk mata Prilly yang hitam menyeramkan akibat maskara yang di gunakannya.

"Ah Ali mah." Prilly menutup wajahnya malu.

--END--

Akhirnya Home Alone selesai juga. Maaf ya chapternya cuma sedikit dan ga banget. Semoga aja kalian tetap terhibur ya. Makasih buat semua yang udah vote dan coment di cerita aku ini.

Abis baca ini langsung cuss ke story baru aku yaa "REMEMBER ME?" yang udah aku publish bareng sama HA.

Di tunggu ke hadirannya di sana sayang..

Love

EF

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Home AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang