Can't Believe

1.4K 94 0
                                    

"Duport? Hey? Hallo kau masih hidup?" tanya Juven seraya memainkan matanya di depan wajah William.

William sedari tadi hanya bengong. Ia bukan stress karena tugas atau semacamnya. Ia stress dengan kegiatan yang akan ia lakukan di rumah nanti.

"Duport!" teriak Juven yang membuat kesadaran William kembali.

"Ya? Kenapa Sega?" tanya William seraya menatap William bingung. Juven yang ada di sana langsung menepuk dahinya. William benar-benar tidak fokus.

"Kau kenapa? Kau dengar tidak yang sedari tadi aku bicarakan? Aku sangsi kau tak mendengarnya. Kau tidak mendengarnya bukan!?" tuduh Juven yang membuat William menyengir dengan raut tanpa dosanya.

"Maaf?"

Juven mendengus kesal lalu ia membuang muka pura-pura marah atau memang marah?

"Jangan kekanakan seperti itu, Sega. Aku sedang memikirkkan cara untuk menghindar dari kegiatan daycare," ucap William yang membuat Juven menaikkan alisnya.

"Sejak kapan kau membuka jasa daycare?" tanya Juven.

"Semenjak aku jadi paman." lesu William seraya menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangan.

Ia mendengus kesal lantaran William mendengar ledekan dari Juven. "Oh penuaan dini."

"Aku masih muda," sergah William sambil berdiri dari posisi semula dan menatap Juven dengan datar. "Baru delapan belas tahun. Kau tahu itu?"

"Tapi sudah jadi paman. Itu sama saja penuaan dini untukku."

William menghela nafas, sikap Juven yang ingin menang ini terkadang mempersulit William untuk melakukan pendekatan.

"Yo Will! Aku ada kabar bagus untukmu!" seru Brandon ala seorang rapper.

Mendengar suara seruan Brandon yang begitu semangat William langsung menoleh ke arah Brandon dan tersenyum.

"Kali ini apa yang kau bawakan?" tanya William penasaran. Brandon menyengir lalu ia merangkul William.

"You know? Miss Ann akan segera menikah jadi dia sudah mengambil cuti dan kita akan mendapatkan guru baru. Aku berharap guru kali ini dari Spanyol. You know bro? All Spanish women are sexy," jawab Brandon seraya mendeskripsikan bentuk badan wanita Spanyol dengan gerakan tangan.

"Badan gitar Spanyol man!" seru Brandon bersemangat seraya bersiul dan William tersenyum.

"What the hell! What are you doing!?" tanya William seraya mengelus pipinya yang menjadi korban cubitan.

"Kau sudah ada Aretha! Ingat? Tidak usah memikirkan gadis lain. Kalau kau mau memikirkan gadis lain, biarkan aku memiliki Aretha!"

William menatap tajam Brandon sedangkan Brandon langsung mengangkat kedua tangannya layaknya tawanan yang berhasil ditangkap.

"Siapa Aretha?" Juven kembali bersuara setelah dua manusia yang sudah bersama semenjak masih menggunakan bedak bayi itu menghiraukannya.

"Oh kau belum mengenal Aretha? Oke kuberi tahu siapa dia. Dia adalah Cucu Tuan Putri White. Bangsawan atau lebih tepatnya dia keturunan bangsawan dari Jerman. Dia cucu dari politikus terpedas pada eranya. Dia anak dari pengamat politik dunia sekaligus direktur perusahaan. Dia juga memiliki mulut yang pedas. Hati-hati semburannya melebihi cabai terpedas. Dan dia-"

"Cut it Brandon. Kau berlebihan," cibir William.

"Aku mengatakan fakta. Dan dia adalah calon istri dari sahabat sepopokku ini. Sahabatku sepertinya sudah ingin menikah sampai-sampai dia sudah melamar duluan?"

She Is My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang