Beginning?

1.9K 131 0
                                    

Leo tersenyum sambil menahan tawanya. Ia bisa melihat ekspresi William yang masih saja menatapnya tidak percaya.

"Apa perlu kucabut restuku hingga kau tak perlu cengo?" Goda Leo yang membuat William yang sempat diam kembali ke alam sadar dan menggeleng cepat.

"Tak akan kubiarkan restumu hilang begitu saja!"

Leo tersenyum ia mengambil kotak berudu berwarna biru yang William letakkan di atas meja kerjanya. Lalu ia buka kotak itu dan tersenyum sekilas dengan isi kotak itu.

"Aku terima ini sebagai hadiah pertunangan."

William menganguk sekilas dan matanya dapat melihat roh kesayangannya berada di belakang kursi Leo.

"Aretha?"

"Oh ya! Kau harus berhutang budi pada adikku ini."

"Apa yang dia lakukan?"

Leo yang melihat ekspresi William yang tiba-tiba berubah itu malah ingin menggoda calon menantunya itu.

"Apa ya? Banyak yang dia lakukan. Misalnya membuatku merestui hubungan kalian."

"Aretha? Membantuku untuk mendapatkan restumu?" Tanya William tidak percaya.

"Kau bocah sialan! Aku sudah membantumu harusnya kau berterima kasih," cibir Aretha sambil berkacak pinggang.

"Apa saja yang kau ceritakan? Aku sangsi kalau kau menceritakan yang aneh-aneh pada Leo. Secara kalian memiliki kepribadian yang sama," Tanya William mengintrograsi. Ia sekarang tidak berniat untuk membahas usaha Aretha untuk  membantunya dalam mendapatkan restu Leo.

"Semua," jawab Aretha gamang yang membuat William menatapnya dengan raut wajah agak panik.

"Se-mua?" Ulang William gugup.

"Iya. Seluruh aibmu kubongkarkan semua pada Leo. Ingat. SE-MU-A!" Tekan Aretha yang membuat bahu William terkulai lemas.

Aretha tersenyum senang dan Leo hanya bisa menahan tawanya. Segitu jeleknya kah aib seorang William Duport?

"Sial. Kau menceritakan semua secara mendetail?"

Aretha menganguk dan frustasi lah William sekarang. "William. Aku tahu kalau kau-"

"Ya kau benar! Dulu kecil aku pernah didandani menjadi anak perempuan. Celanaku pernah diturunkan oleh Viony. Aku pernah dicium oleh Brandon. Aku pernah disangka gay. Aku selalu kalah jika bermain dengan Viony. Aku buta nada sehingga si monster Rudolf melemparku dengan apel. Aku akui semua. Aku jauh dari kata suami idaman! Aku tidak bisa masak, tidak bisa bersih-bersih, tidak bisa mengurus anak kecil, dan aku tidak peka!" Crocos William yang membuat Leo dan Aretha menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

William mengerutkan keningnya melihat dua manusia yang satu hubungan darah itu berusaha menahan tawanya.

"Apa yang kalian tahan? Ketawa ya ketawa saja! Tak usah ditahan!" Sinis William yang membuat tawa dua kakak adik itu pecah.

"Sudah kubilang! Dia enak jadi bahan ledekkan!" Ujar Aretha di sela tawanya.

"Kau benar. Pancing dia saja sudah dapat tangkapan yang hebat. Oh hari tuaku nanti akan menyenangkan."

William cengo. Ia menatap Leo dengan tatapan penuh tuntutan. Menuntut penjelasan.

"Kau tahu William? Suasana tadi tidak mengenakan bagiku. Aku ingin mencairkan suasana dengan bilang aku tahu semua aibmu. Memang pada dasarnya aku sudah tahu, tapi rasanya akan lucu jika aku sengaja memancingmu untuk mengakui aibmu di depan Leo," jelas Aretha yang membuat bahu William semakin terkulai lemas.

She Is My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang