The Pure Vampire

200 6 0
                                    

Lama ya? Gomen... Aku sibuk dengan adanya ujian MID. Ditambah lagi harus pergi ke acara Annivarsary nya P.T ayah aku dan ikut pada hari sabtu, jadi ujiannya di tunda. Capek dehhh pokoknya....

Gomen Minna ^_^
.
.
.
.
.
♣️Picture: Chloe Judith.

Aku tidak tahu kenapa dari malam sampai pagi begini aku tidak bisa tidur dan yang terpenting aku sangat haus sekali, aku ingin darah manusia sekarang juga. Tapi nanti aku bakalan terbakar oleh sinar matahari. Jadi aku duduk di kamar sambil membaca buku tentang fiksi dan saat aku melihat keluar jendela ada seorang gadis berambut merah sedang memetik bunga rose. Beberapa langkah lagi gadis itu akan melihat kastil ini. Aku sangat heran, kenapa manusia jauh-jauh pergi kesini hanya untuk memetik beberapa bunga, padahalkan di kota sudah ada toko bunga. Tanpa aku sadari gadis itu sedang melihatku, lalu tersenyum tipis pada ku. Yang benar saja! Aku ini Vampire! Tapi gadis itu tidak kelihatan takut. Setelah dia pergi, aku menyadari bahwa dia mempunyai kulit pucat sama seperti Vampire, memakai gaun hijau, matanya biru laut. Gadis itu sungguh manis dan cantik. Tapi apa peduliku? Baiklah! Kembali membaca buku.

Tok.. Tok... Tok...
Sura ketukan pintu. Siapa yang pagi masih bangun?

"Jean. Tolong buka pintunya."
"Sebentar!"

CREAK

Aku membuka pintu dan yang berada di depanku saat ini adalah Lucy.
"Lucy, kau tidak tidur?"
"Aku tidak mau. Ngomong-ngomong kau masih ingatka batu Emerald yang kusimpan kemarin?"
"Ya, aku ingat kenapa? Hilang?"
Lucy mengglengkan kepala.
"Tidak. Bisakah kau membuatkannya menjadi kalung Jean?"
"Tapi itukan sulit Lucy."
Lucy memasang muka memelas.
"Ayolah Jean. Lagian kamu tidak bisa tidurkan?"
"Hmmmp... baiklah"
Lalu kami turun ke bawah tanah, tempat penyimpanan barang-barang kuno dan juga sepasang alat-alat yang aneh. Mungkin itu dapat membantuku untuk membuat batu Emerald menjadi kalung. Yahhh, walaupun itu sulit.

"Lucy! Ini sudah jadi"
"Wahhh, Jean kau memang berbakat ya!"
"Sudah lah. Ayo kembali keatas."
"Baiklah."

DUBRAK

Aku menabrak sesuatu.
"Jean? Sedang apa kau disin?" Rupanya Peter.
"Ummm, tidak ada."
"Bye bye Jean. Aku kekamar." Lucy pergi dan lari menuju kamarnya yang berada di lantai empat.
"Tumben tidak tidur."
"Aku tidak bisa. Kau juga Peter, kenapa tidak tidur?"
"Aku sudah sering bangun pagi, lalu pergi menuju perpustakaan."
"Ouhhh." aku menganggukkan kepalaku.
"Mau ikut baca?"
"Oh, oke!"

Peter dan aku pergi menuju perpustakaan. Tempatnya memang sangat besar dan luas, biasanya setiap malam saat aku sedang ingin baca buku, perpustakaan selalu berantakan, buku-buku berserakan dimana-mana. Sudah pasti Peter yang yang melakukannya.

"Peter! Kau membaca buku tidak pernah kau kembalikan ke tempatnya! Ini sangat tidak rapi Peter!"
"Cerewet!" Peter mencubit pipiku. "Awww, itu sakit!"
"Hehehe"

Kami sudah membaca buku selama kurang lebih dua jam.

"Hei, Peter! Peter!" Aku menepuk pipi Peter.
"Peter bangun"
Lalu Peter terbagun.
"Hmmm... kau berisik sekali Jean"
"Ini perpustakaan bukan tempat untuk tidur."
"Aku ngantuk Jean!"
"Haaaah." aku menghela nafas lalu keluar perpustakaan. Dan aku bertemu Marco.
"Jean? Kau tidak tidur?"
"Tidak. Aku tidak bisa."
"Tumben. Biasanya kau paling tidak suka dibangunkan."
"Tidak usah dibahas."
"Oh iya, Jean nanti malam akan ada tamu. Persiapkan bajumu."
Hah tamu, tapi ini kan belum akhir bulan. Kok ada tamu?
"Tamu? Siapa?"
"Nanti kau juga tahu Jean"
Aku hanya terdiam dan melongo saja. Malam masih lama, jadi... nanti saja ku persiapkan.

"Jean!" Suara itu pasti Luke. Kenapa mereka suka sekali memanggil-manggil aku dan berteriak 'Jean Jean Jean' kenapa tidak 'Peter' atau 'Marco'?
"Hmmm, ya?"
"Coba lihat gambar ku Jean."
"Kenapa?"
"Bagus tidak?"
"Gambarmu itu jelek. Tidak usah dipamerkan. Untung di museum gambarmu tidak diawetkan." kataku cetus.
"Awww! Hei Luke! Apa masalahmu?!"
Kakiku diinjak oleh Luke dan Luke kelihatannya marah, hahaha... itu memang gambar yang sangat jelek.

Aku berjalan kembali kekamar ku.
Berjalan melalui lorong-lorong gelap, dengan corak, simbol, dan gambaran yang aneh. Lalu sampai lah aku di depan tangga menuju lantai 3.

PLAK

Aku membanting diri ke kasur dan kembali tidur panjang.

19:42 malam.

"Jean! Hei! Jika kau tidak bangun akan ku siram kau!"
"Hah! Bising, pergi sana!" Suara itu pasti Marco dan kelihatannya dia begitu tidak sabar ingin menyuruhku bangun.

SPLASH

Suara air yang dilemparkan oleh Marco membasahi tubuhku dan tempat tidurku.

SLAP

"APA MASALAH MU?!"
"Bukankah aku sudah bilang, jika kau tidak bangun akan ku 'siram'?"
"Tapi pertanyaanmu belum ku jawab!"
"Sudah cepat sana mandi dan ganti baju. Kau sudah mempersiapkan bajumu?"
"Hah? Baju? Emangnya ada apa?"
Marco kelihatannya sudah emosi, matanya berubah menjadi merah pekat seperti darah.
"TADI AKU SUDAH BILANG, AKAN ADA TAMU!"
"Oh iya aku lupa."
"Sudah cepat sana mandi, akan ku persiapkan baju mu!"
Aku langsung lari kekamar mandi, sedangkan Marco mengurus pakaian yang akan ku gunakan. Tamu itu membuatku jengkel, aku tidak bisa tidur karena tamu sialan itu, kuharap dia sudah pergi karena aku lama berganti pakaian.

"Jean. Sudah selesai belum?!"
Aku tidak menjawabnya.
"Jean jika kau tidak menjawab akan ku buka pin-"
Belum sempat Marco menyelesaikan kata-katanya aku membuka pintu kamar mandi dan langsung mengenai wajah Marco. Kulihat wajahnya berbekas merah.

"Awwww... aw....aw..."
Suara rintihan Marco.
"Maaf, kau tidak sabaran sihh Marco, itu adalah karma bagimu!"
Aku langsung berjalan keluar kamar mandi, lalu mengganti baju, Marco menungguku diluar.

CREAK

Aku membuka pintu. Baju yang ku pakai adalah Dress dengan lengan panjang berwarna hitam, dan sepatu Hills berwarna hitam bepita di belakang.

Aku mengikat rambutku agar terlihat lebih rapi.

"Jean, kau kelihatan cantik!" Hah, yang benar saja! Tadi marah-marah sekarang memuji ku.
"Ayo." tanganku digandeng oleh Marco dan aku tidak mendengar ada suara musik atau Vampire yang berkeliarang di kastil.




"Marco, bukankah katamu ada tamu?"
"Iya"
"Tapi... aku lihat... tidak ada sama sekali."
"Hanya ada satu."
"Satu? Kalau satu kenapa aku-"
Marco menutup mulutku.
"Shhhtt, diam Jean!"
Marco dan aku turun tangga melewati lorong sebentar lalu masuk ke ruang makan. Ruang makannya sangat lebar dan besar, ada sepasang lampu gantung yang besar menggantung di tengah-tengah meja makan. Saat Marco dan aku turun, aku kaget rupanya memang benar hanya ada satu tamu saja. Marco langsung berjalan dan berdiri disamping ibu.
Tanpa aku sadari tamu itu adalah gadis yang tersenyum padaku tadi pagi, bajunya tetap sama. Lalu gadis itu berdiri dan tersenyum kembali padaku. Aku hanya mematung dan terdiam saat tahu dialah tamu yang akan ku temui.
"Jean." suara ibu menyadarkan ku dari lamunanku.
"Perkenalkan gadis ini bernama Chloe Judith. Dia adalah Vampire murni"
Hah? Tunggu apa kata ibuku tadi?! Vampire MURNI?! Gadis ini adalah Vampire murni?!
"Salam kenal." Chloe menundukkan kepala kearahku. Tapi aku hanya mematung.
"Chloe akan tinggal bersama kita untuk beberapa minggu karena orang tuanya pergi sementara, ada urusan dengan keluarga Vampire yang lain."
"Ti...ti...tinggal? Bersama keluar...ga ki...ta?"
"Iya." ibu menjawab singkat.
Aku terdiam lagi, kami saling pandang memandang, entah apa yang kami berdua fikirkan, tapi aku pasti bakalan berbagi tempat tidur dengannya. Dan aku tidak suka ada Vampire lain yang memasuki kamarku. Kecuali keluarga ku sendiri. "Kenapa dia tidak tinggal dengan keluarga Vampire lain. Aku tidak akan mengurusnya. Mempunyai kedua adik yang susah diatur cukup melelahkan menjaganya dan sekarang ada penggangu lagi! Ma, Jean nggak mau sharing kamar sama dia!" Aku langsung pergi meninggalkan ruang makan. Kurasa tadi aku cukup emosional. Gadis yang bernama Chloe tersebut, mematung, pandangannya mengkelam, mata biru langitnya berubah menjadi biru pada malam hari. Kurasa dia kecewa atas apa yang aku ucapkan. Tapi apa peduliku, dia sungguh penggangu!




TBC~~~•

Vampire Story [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang