Bagian 8

5K 414 12
                                    

"Kalian sudah menetapkan tanggal?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian sudah menetapkan tanggal?"

Pertanyaan dari nyonya Mi Kyung menginterupsi makan malam sempurna mereka. Semua orang sudah tau kemana arah pembicaraannya. Mereka diam sebentar kemudian beralih menatap Chanyeol dan Kyungsoo yang duduk di sisi kanan meja, menikmati makan malamnya.

"Ah ibu, memangnya kita harus terburu-buru?"

Kyungsoo mendelik sembari menatap Chanyeol yang sedang mengusap bibirnya dengan sarbet. Pria tinggi itu menunjukkan senyuman yang tampak sangat dibuat-buat, seolah Kyungsoo tidak tahu dimana masalahnya.

"Aku masih perlu mendiskusikan ini dengan Chanyeol. Dia sangat sibuk, ibu tahu sendiri kan?"

"Ibu sangat ingin punya cucu, kenapa kau tidak peka, Soo?"

Ucap seseorang yang duduk tepat di depan Kyungsoo, sembari melahap makanannya. Itu Seung Soo, saudara laki-laki paling tua di keluarganya. Dia punya satu saudara laki-laki lain yang lebih muda, tapi sekarang dia sedang belajar di Amerika.

"Chanyeol, bagaimana kalau bulan depan saja?"

"Uhuk-"

Chanyeol tersedak mendengar pertanyaan random dari nyonya Mi Kyung. Bagaimana bisa bulan depan? dia sendiri saja tidak yakin kapan Baekhyun berencana menandatangani surat gugatan cerai yang dia kirim. Segalanya tidak semudah yang dia pikirkan. Terutama Baekhyun, pria itu membuatnya kesulitan untuk menikahi Kyungsoo secepatnya.

"Kau tidak apa-apa? makan pelan-pelan saja,"

Kyungsoo menyodorkan segelas air yang ada di depannya, sembari menepuk pelan punggung Chanyeol. Dia tahu betul apa yang Chanyeol pikirkan sekarang ini. Orang tua nya terus mendesak pernikahan mereka, sementara Baekhyun bahkan belum memberikan jawaban apapun. Pria itu selalu saja mematikan ponselnya saat mereka berusaha menelepon.

"Memangnya kau tidak ingin segera mendapatkan pengganti dari almarhum suamimu? Kyungsoo sudah cukup, malah aku pikir anakku lebih baik, ya kan sayang?"

Nyonya Mi Kyung meneruskan ocehannya sembari menatap suaminya, seolah-olah memberi isyarat "Bantu aku, desak mereka!"

Suasana makan malam di kediaman tuan Do tidak berlalu begitu saja, ada banyak pembicaraan berat mengenai bisnis, entah itu kabar baik atau buruk, tentang kinerja Kyungsoo yang semakin bagus, dan Seung Soo yang sering membuat masalah bagi hotel. Seharusnya waktu makan malam seperti ini mereka melupakan semua masalah pekerjaan, seolah hidup hanya tentang bekerja dan menghasilkan uang. Sangat berbeda dengan suasana yang biasanya Chanyeol dapat saat masih tinggal di rumah orang tua Baekhyun dulu.

Dari apa yang Chanyeol tangkap,  Seung Soo itu seperti hewan liar yang tidak bisa diam di ruangannya. Dia selalu berusaha kabur di tengah-tengah jam kerja atau janji meeting dengan alasan pekerjaan itu tidak sesuai dengan gaya nya. Katanya dia hanya ingin hidup dari hobi ekstrimnya, balapan motor. Berbeda dengan Kyungsoo yang penurut. Tidak heran Kyungsoo selalu menjadi senjata andalan tuan Do, sementara nyonya Mi Kyung, dia selalu memanjakan saudara laki-laki Kyungsoo yang ada di Amerika itu, mungkin karena dia anak paling akhir di keluarganya.

• • •

"Baek, ini,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baek, ini,"

Suara gadis dengan rambut berwarna hitam legam membuyarkan lamunannya. Gadis itu mengenakan kaus putih dengan rok selutut berwarna biru cerah. Dia meletakkan sebuah amplop cokelat di atas meja, tepat di depan Baekhyun yang sedang duduk menonton siaran TV.

"Oh, Chanyeol sudah mengirimnya,"

Baekhyun membuang nafasnya dengan berat, menatap kosong ke arah amplop, lalu dengan perlahan membukanya. Tangannya bergerak lamban, berharap isinya sesuatu yang lain, yang berbeda dari apa yang dia pikirkan. Tapi itu tidak terjadi, surat gugatan cerai sudah datang bahkan sebelum dia memberi jawaban. Ternyata menghindarinya saja tidak cukup. Siap atau tidak, Chanyeol menginginkannya.

"Hey, Tae?"

"Ada apa? kau butuh sesuatu?"

Gadis itu segera datang saat Baekhyun memanggilnya.

"Aku baru saja dicampakkan."

• • •

"Sampai kapan kau ingin terus berbohong tentang Baekhyun pada orang tuaku, Chanyeol?"

Kyungsoo meninggikan suaranya. Masalah pernikahannya semakin rumit karena kebohongan Chanyeol. Kenapa Chanyeol tidak berterus terang saja kalau suaminya belum meninggal? kenapa tidak bilang saja kalau mereka akan bercerai?

"Kyungsoo, coba kau pikir bagaimana reaksi orang tua mu jika tau yang sebenarnya? Kalau Baekhyun adalah suami sah ku, dan sementara dia di desa, aku malah berselingkuh denganmu. Menurutmu bagaimana?"

Kyungsoo tidak menjawab. Dia berdiri di tempatnya tanpa mengatakan apapun, sementara Chanyeol duduk di sofa sembari memijat pelipisnya.

"Memangnya kenapa kalau selingkuh?"

Kyungsoo mengepalkan tangannya, dia menatap Chanyeol seolah apa yang sudah mereka lakukan bukanlah kesalahan. Memangnya kenapa kalau selingkuh? mereka saling mencintai, kan? katakan saja hati Chanyeol sudah berubah, apa alasan itu saja tidak cukup? Kyungsoo merasa Chanyeol justru sengaja mengulur waktu perpisahannya dengan Baekhyun.

"Kyungsoo, aku mengerti, tapi kita butuh waktu. Perceraian tidak sesederhana putus,"

pria tinggi itu mendekati Kyungsoo, berdiri di depannya sembari memegang pundak pria yang lebih pendek.

"Dia berkhianat dan meninggalkan suaminya untuk mendekatimu, sekarang saat dia sudah menjadi milikmu, lalu kau berpikir dia setia? kurang lebih seperti itu apa yang akan orang tua mu pikirkan. Pada akhirnya aku akan memberikan kesan yang salah, kau bisa mengerti kan, Kyungsoo?"

Tatapan Chanyeol tidak menentu arah, pikirannya mendadak kacau. Apa yang dia lakukan ini sudah benar? berapa kalipun dia mencoba meyakinkan dirinya ini keputusan yang benar, selalu saja ada sedikit celah yang mengatakan kalau dia akan menyesalinya. Lalu saat dia berpikir keputusannya salah, logikanya seolah memberontak, mencoba mengatakan kalau yang dia lakukan ini tidak sepenuhnya salah. Dia seorang pria, bukankah sudah seharusnya dia menginginkan apa yang seharusnya menjadi miliknya? kalau Baekhyun tidak siap memangnya kenapa? dia saja yang terlalu bodoh untuk berpikir kalau Chanyeol bisa saja berubah. Hidup selalu berubah dan waktu tidak pernah menunggu siapapun, setiap orang ingin mengejar apa yang dianggapnya lebih pantas. Dan Baekhyun tidak lagi pantas untuknya.

Angin berhembus ke dalam apartemen melewati jendela yang dibiarkan terbuka, menyapa kulit kedua pria itu. Mereka kacau, sibuk bergelut dengan pikirannya. Satu orang yang mereka pikirkan, Baekhyun. Seolah semuanya adalah kesalahan Baekhyun. Andai Chanyeol tidak bertemu dengan Baekhyun lebih dulu, semuanya pasti baik-baik saja.

The Promised We Said That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang