Bagian 9

4.6K 350 4
                                    

"Bagaimana kalau kita berikan kesempatan saja? posisi kita sedang terdesak,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana kalau kita berikan kesempatan saja? posisi kita sedang terdesak,"

seorang pria dengan kemeja bercorak bunga berwarna cerah dengan bawahan jeans biru yang mencolok mengeraskan suaranya di depan pria lain.

Suasana bising di bar membuat keduanya harus mengeraskan suara untuk dapat berkomunikasi satu sama lain. Pria lainnya dengan setelan hitam yang terlihat mewah hanya diam mendengarkan ocehan rekannya sembari melipat tangannya di dada sementara tubuhnya bersandar pada meja bar.

"Memangnya Irene tidak mengatakan apapun sebelumnya?"

Kim Junmyeon selaku pemilik bar dibuat pusing oleh penyanyi tetap di bar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Junmyeon selaku pemilik bar dibuat pusing oleh penyanyi tetap di bar itu. Irene menghilang tanpa kabar, wanita itu sering kali membuat masalah di momen yang penting. Terakhir kali dia menghilang saat mereka kedatangan tamu special, seperti para selebriti yang menyewa bar untuk kencan diam-diam. Kini dia melakukannya lagi saat mereka akan kedatangan tamu penting dari Amerika.

"Apa dia punya pacar? aku lihat dia sering diantar-jemput oleh seorang pria akhir-akhir ini, mungkin itu penyebabnya dia jadi tidak fokus,"

Chen menyimpulkan, sementara pria lain memelototinya seolah tidak senang dengan ucapannya.

"Jangan sembarangan bicara, Irene-ku pasti punya alasan lain,"

Junmyeon mencela, dia menatap tajam ke arah Chen sembari menyentakkan kakinya keras ke lantai.

"Sial, kau masih menyukainya? Ini sudah hampi 5 tahun, kau bukan tipenya hyung (sebutan untuk laki-laki yang lebih tua/kakak laki-laki),"

Chen memeberi jeda pada omongannya lalu menepuk bahu Junmyeon pelan,

"Kau harus sadar diri, lalu mundur saja dengan tenang,"

nada bicaranya seolah mengejek yang membuat Junmyeon menepis tangannya kasar. Kim bersaudara itu jarang sekali terlihat rukun.

"Baiklah, kali ini aku akan membiarkan posisi Irene-ku dipinjam. Hubungi pria itu, siapa namanya? Baekyung? Baekmong?"

"Baekhyun, hyung,"

"Ah terserah, siapapun dia, katakan untuk menemuiku besok malam, jam 7 tepat, tidak boleh terlambat!"

Junmyeon mengeraskan suaranya, lalu pergi meninggalkan Chen yang menatapnya tanpa ekspresi. Hal ini sudah biasa, obsesinya pada Irene lah yang membuatnya terlibat masalah seperti ini. Andai saja tidak begitu, Irene pasti sudah lama dipecat.

"Dasar budak cinta!"

Chen memutar bola matanya malas, lalu merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Tangannya gencar mencari nama seseorang di kontak, lalu menekan tombol panggil sembari berjalan keluar bar melalui pintu belakang untuk menghindari suasana bar yang bising oleh penampilan penyanyi trot (genre music khas korea selatan yang populer dikalangan orang tua. Memiliki kemiripan dengan genre music dangdut di Indonesia) yang membosankan untuk ukuran penampilan di bar. Penyanyi itu dipilih oleh Junmyeon untuk menggantikan Irene-nya malam ini. Chen menemukan alasan kenapa Irene tidak menyukai Junmyeon, sudah jelas karena dia sangat ketinggalan jaman dan memuakkan.

• • •

"Baek, koper mu sudah siap,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baek, koper mu sudah siap,"

ucap Taeyeon sembari menenteng koper milik Baekhyun yang terlihat berat dari lantai dua. Dia menuruni tangga perlahan, meletakkan koper satu per satu ke pijakan tangga, lalu melangkahkan kakinya, lalu memindahkan kopernya lagi, dan memindahkan kakinya.

Baekhyun memperhatikannya dari bawah, sembari menyeruput tehnya yang masih hangat. Dia tertawa geli melihat gadis itu.

"Terima kasih, aku tidak tau bagaimana aku bisa hidup tanpamu."

Setelah berhasil membawa koper turun ke lantai utama, Taeyeon berjalan ke Baekhyun yang kini mencuci gelasnya di dapur. Dia menghentikan langkahnya tepat di belakang Baekhyun yang berdiri memunggunginya.

"Akhirnya seseorang menghubungimu, kau pasti senang. Tapi kenapa aku malah sedih?"

"Astaga Tae, aku bisa mengunjungimu kapanpun. Terima kasih untuk semuanya selama ini, kau banyak membantuku,"

Baekhyun tersenyum manis, tangannya bergerak mencapai tangan gadis yang lebih pendek darinya. Dia menggenggam pergelangan tangannya erat, lalu tersenyum lebih lebar.

Walaupun Taeyeon jauh lebih tua darinya, walaupun dia terlihat rapuh dan ceroboh, tetap saja dia orang yang bisa dipercaya dan diandalkan. Selama ini Taeyeon yang memasak dan mencuci pakaiannya, membersihkan rumah dan halaman, dan menemani Baekhyun dimasa-masa sulitnya.

"Jaga rumah ini, pindah kesini dengan ibumu. Kondisinya memburuk karena rumahmu dingin. Tempati kamarku, dan biarkan ibumu menempati kamar yang satunya."

"Tidak perlu Baek, kau tidak harus sejauh ini,"

"Tidak, lakukan seperti yang aku katakan. Kalau kau merasa terbebani, anggap saja aku mempekerjakanmu disini, kalau rumah dibiarkan kosong terlalu lama bisa berdebu dan barang-barangnya bisa rusak. Kau tau kan? aku suka jika barang-barangku tertata."

Taeyeon hanya mengangguk pelan, matanya berair. Dia tau Baekhyun tidak akan berkunjung dalam waktu yang dekat. Sekali dia melangkah keluar dari desa ini, kita tidak pernah tau kapan dia akan kembali. Dia berbohong kalau dia akan berkunjung karena nyatanya, sertifikat rumah atas namanya telah dialihkan sepenuhnya atas nama Taeyeon. Dia juga membawa seluruh pakaian di lemarinya.

"Tae, kau tau kan aku sudah menunggu lama untuk saat ini? aku tidak ingin melewatkan kesempatan, sekecil apapun peluangnya. Aku mengendarai bus berjam-jam untuk mengantarkan surat lamaran ke tempat manapun yang membutuhkan penyanyi untuk live music. Aku sudah berlatih keras, jadi... jangan mencoba menghentikanku."

Terdapat jeda beberapa menit sebelum suasana hening dipecahkan oleh Taeyeon. Dia mengangkat wajahnya yang menunduk menahan air mata sedari tadi, lalu beralih menatap Baekhyun tepat di matanya. Tangannya bergerak ragu, sampai akhirnya menyentuh lengan pria di depannya, mengusapnya beberapa kali dan tersenyum.

"Baiklah, kalau kau tidak mengunjungiku, aku bisa mengunjungimu. Noona (sebutan untuk perempuan yang lebih tua/kakak perempuan) juga tau jalanan di kota,"

ucap Taeyeon sembari tertawa kecil yang terlihat dipaksakan.

"Aku akan menghubungimu,"

"Hm, baiklah, aku akan menunggu. Sekarang pergilah, mobilmu sudah menunggu,"

"Jaga dirimu, Tae,"

"Jaga dirimu, Baek."

TBC
Please leave any good comments, I'm bad dealing with bad comments kkk. Thank you

The Promised We Said That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang