PM 8 | salahkah?

89 6 0
                                    

3 bulan kemudian...

"Hati-hati dijalan yah Sasas?!" Seru kawan baruku Ipeh.

Seperti biasa aku dan Ipeh selalu pulang sekolah bersama, walau jarak rumah kami berbeda arah dan tujuan. Hari ini sungguh melelahkan, belum lagi kekeringan yang daerah ku alami. Rasanya setiap hari selalu saja melelahkan, tapi aku harus menjalaninya dengan ikhlas dan juga rasa syukur. Duh, ini angkot kerumah lama sekali sih! Panasnya matahari sunggu menggambarkan kemarahan bumi dan peringatan bagi kita manusia yang hanya bisa mencemari lingkungan dan mengakibatkan suhu bumi meningkat setiap tahunnya. Setiap pulang sekolah selalu saja ada yang memperhatikan apa yang aku bawa, apa yang salah? Aku hanya membawa 2 box berukuran sedang dan aku pelajar. Apakah sekolah harus selalu modis dengan fashion yang trendy? Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri dengan kerudung panjang yang mungkin membuatku terlihat gendut terus? Aku harus malu bila aku menggunakan ini? Big no!.

Aku tahu hidupku tidak seperti mereka yang bisa dengan bebas membeli ini itu dengan tangan menengadah kepada orangtua mereka. Aku cukup tahu diri untuk menempatkan posisi hidupku, yang jelas aku tak pernah malu dengan semua ini.

"Hai Sasas! Tumben pulang cepat gak kumpul Pramuka?" Tanya seseorang yang seragamnya sama denganku.

"Oh iyah Tya, aku izin soalnya mau istirahat hehe. Bareng yuk pulangnya."

"Angkotnya belum datang dari tadi Sas? Kebiasaan banget deh, ih aku kesel mana panas lagi."

********
Seperti hari-hari lainnya, tak pernah ada yang berbeda dari sebelumnya, rutinas pagiku pun masih aku jalani, selesai beribadah aku langsung bersiap untuk kesekolah. Bedanya hari ini aku akan melakukan pelantikan tingkatan Pramuka penegak 'Bantara'. Entah hanya perasaanku saja atau bukan, hatiku merasa seperti akan ada hal yang mendebarkan nantinya. Aku dan seluruh anggota lainnya sedang bersiap dilapangan untuk memulai acara ini. Setelah dibariskan kami diberikan arahan oleh senior kami, dan memberikan titipan barang yaitu 2 butir telur ayam mentah yang harus kami jaga sampai kami sampai di finis nanti.

"Jadi bagaimana ini? Kedua telur harus kita bawa seperti apa agar tidak pecah?" Seru Mulya temanku dipramuka.

"Pake kos kaki aja gimana? Trus masukin beras mau gak?" Jawab Lia

Setelah semuanya setuju dengan pendapat Lia, kami langsung memasukan telun itu di dua kaos kaki yang sudah dimasukan beras. Tentunya kaos kaki bersih, dan waktu untuk kami berjalan pun telah tiba, kami dengan serempak berjalan sambil membawa tongkat dan ransel berat dipunggung kami. Baru 40 menit berjalan rasanya sangat melelahkan, apalagi dengan teriknya matahari. Tapi kami terus berjalan tanpa memperdulikan rasa lapar, atau bahkan lelah kami. Karena satu yaitu kami mencari masjid untuk kami jadikan tempat beristirahat sekaligus untuk beribadah shalat zuhur, karena aku memegang dasa dharma nomor 1 yaitu 'takwa kepada tuhan yang maha esa' jadi aku harus mengingatkan teman-temanku shalat.

Kamipun langsung bergegas ketika melihat sebuah musholah kecil dipinggir jalan, lantas kami langsung beristirahat diteras musholah tersebut. Aku memakan bekalku dan setelah selesai aku meminum obat yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi. Takut hal yang tidak aku inginkan terjadi makanya aku selalu membawa obat itu.

"Nah gitu dong sai minum obatnya jangan lupa kamu harus minum obat yang rutin kita gak mau kamu kenapa-napa." Ucap salah satu temanku Adin.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Kemudian aku berdiri meninggalkan mereka untuk mencari tempat menyucikan diri. Ternyata letaknya berada dibawah mushola ini, aku menuruni tangga dan mulai melepas jilbab yang melindungiku dari api neraka nantinya. Mulai membasuh diri dengan air untuk menyucikan diri dihadapan sang ilahirabi.

Setelah selesai berwudhu aku kembali mengenakan jilbabku dan menaiki anak tangga yang tadi aku turuni. Aku melihat disana teman-temanku masih asyik dengan canda guraunya, teringat dengan apa yang aku pegang yaitu mengingatkan mereka untuk beribadah selama diperjalanan pelantikan ini.

Putri Malu (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang