PM 3

151 23 5
                                    

Pulang sekolah hari ini aku pulang bersama Ires, awalnya aku diam tak bergeming sedikit pun. Sampai pada akhirnya satu kejujuran muncul memecahkan keheningan di angkut itu.

"Sas kayaknya kalo ada Uki pasti ada elu, kalo ada elu pasti ada Uki, Uki ya Sasas, Sasas ya Uki."

"Ko bisa res ?"

"Ya karena lo itu deket banget gitu udah kaya yang di lem, anak-anak satu kelas aja nyangkanya lo pacaran, sensei wali kelas kita juga nyangka begitu."

Aku senang mendengar kata itu membuat aku merasa puas dan selesai sudah untuk mendekati Uki untuk membuat Ires berkata seperti itu.

"Ya ini gua res gua bisa gini dan bisa juga gitu." aku mulai dekat lagi dengan Ires setelah masa pendekatan palsu aku dengan Uki selesai.

Semakin hari aku tidak menyadari kalau sebenarnya aku menyukai dia, aku hanya diam dan diam. Saat itu aku,Opa,Herna,Din,Cha,jane,Uki dan teman-temannya juga ikut main dirumah Opa. Mereka main PS sedangkan aku dan anak perempuan lainnya main TOD permainan masa kini. Dan sialnya aku yang harus melakukan suatu tantangan.

"Sas kalo dari gua sih cukup bilang Uki I LOVE YOU !" aku terbelalak mendengar jane temanku menantangku seperti itu, jantungku seketika berdegup sangat kencang keringat mulai melewati pipiku.

"Ya gua juga sama kayak jane" ucap temanku yang lainnya. Dengan sangat gugup aku memberanikan diri menjawab tantangan mereka.

"Ki maaf ya, I LOVE YOU." suara menjadi hening seketika, anak-anak diam mendengar ucapanku itu. Saat aku akan mulai kembali permainan TOD terdengar suara pria mengatakan.

"I LOVE YOU TOO" Uki yang mengatakan hal seperti itu sungguh sulit dipercaya, entah hanya sebuah lelucon atau serius tapi aku hanya tersenyum. Sorakan dari teman-temanku mulai terdengar.

"Cie cie..."

"Tembak atuh ki tembak"

"Janganlah nanti gua mati atuh." itu jawabanku secara spontan.

"Ki seandainya Sasas jadi pacar pertama lu gimana ?" Pertanyaan itu terlontar dari Cha temanku juga, itu sangat membuatku gugup akan jawaban yang akan terlontar di mulut Uki entah jawaban baik atau jawaban buruk.

"Gua masih belum mau pacaran soalnya sikap gua belum begitu dewasa." jawaban itu sama dengan prinsipku selama ini.

"Lagian juga pacaran ga ada dalam Islam kan ?" Aku menambahkan jawaban Uki.

Sepulangnya dari rumah Opa aku pulang kerumah, dan sudah kutebak pasti aku kena marah. Karena ya kau tahu lah, aku ini orang biasa yang hidup pun masih numpang dirumah bunda. Aku langsung mengerjakan semuanya, cuci piring, dan lainnya.

Aku duduk dimeja belajarku, mendengar musik sambil bernyanyi. Bundaku merasa heran ada apa denganku hari ini?, lagu yang aku nyanyikan sungguh aneh karena aku tak pernah menyanyikan ini dengan nada serius.

' Awalnya ku pura-pura
lama-lama ku jadi suka
oh tuhan ini kah yang namanya cinta
Tadinya biasa saja sekarang ku benar-benar cinta '

Lagu yang dipopulerkan oleh girlband indonesia yang cukup terkenal dikalangan remaja. Aku sempat berpikir bahwa diriku ini munafik! Mengapa? Karena aku pernah bilang pada Ires kalau aku tak suka pada Uki. Tapi, aku malah terjebak dalam rasa itu.

"Kamu kenapa de ? Ko nyanyi lagu itu terus ?"Ucap bunda heran padaku.

"Ga ko bun hehe."

"Udah minum obatnya belum ?"

"Udah bun tadi."

Entah mengapa aku merasa aneh pada diriku sendiri, inikah yang namanya CINTA? Kenapa harus muncul disaat aku sedang fokus untuk mendapat beasiswa kuliahku nanti. Biasanya aku tak pernah merasakan hal ini walau kebanyakkan temanku adalah pria. Kenapa ini berbeda? Ah aku bingung. Dia kah CINTA PERTAMA ku ? Kenapa harus dia? Hanya tuhan yang dapat menjawabnya.

Kurasa aku bisa hidup tanpa obat asalkan ada dia, tapi itu tak mungkin terjadi. Karena aku sadar dia siapa, sedangkan aku wanita jelek, berkacamata, berkulit coklat, orang kampung, yang jelas aku bukanlah tipe wanita yang di inginkan para pria.

tuhan ternyata seperti ini namanya cinta, dulu aku sering merendahkan teman-temanku yang sedang jatuh cinta. Tapi, kenapa aku sekarang terjebak dalam situasi ini?.

Sudah sekitar 4 bulan lebih aku berada dikelas ini, tak ku sangka sebentar lagi orang yang aku suka akan pergi. Tapi hubunganku dengannya sangat buruk untuk saat ini, aku menjauh darinya berniat untuk menjauhinya. Tetap saja aku tak mampu melakukan itu. Hari selasa kemarin aku dibuat kecewa olehnya yang membuatku tersadar dia tak mungkin menyukaiku.

selesai olahraga, seperti biasanya aku dan yang lainnya selalu pergi kerumah Opa. Karena rumahnya yang lumayan dekat dengan sekolah jadi tak perlu pulang kerumah, soalnya kami masuk kelas jam 12:45 WIB. Bila pulang kerumah pun aku pasti kesiangan datang kesekolah, ya kau tahu lah rumahku yang berada dipelosok daerah bahkan tak ada dalam peta.
uangku saat itu benar-benar pas untuk pulang kerumah nanti, dompetku tertinggal dimeja kamar. Akhirnya aku 'Nebeng' itu bahasa anak sekarang,
"Ki gua nebeng sampe rumah Opa dong?" Rumah Uki dan rumah Opa satu komplek jadi wajar kan kalau aku ikut dimotornya.

Setelah sampai dirumah Opa apa yang terjadi? Mereka seolah tak menganggapku, biasanya kalau dirumah Opa aku selalu dengan Jane dia sahabat baikku setelah Ires ada apa ini mengapa mereka diam seolah membuatku tersadar dengan perkataan kakakku.
"Teman sejati hanya akan ada disaat lu susah maupun senang bukan disaat lu senang doang dan disaat dia susah doang"

Apakah mereka seperti itu? ah aku tidak peduli lagi. Sekarang prinsipku adalah "aku ya aku mereka ya mereka , aku sekolah bukan untuk mencari teman tapi mencari ilmu untuk anak-anakku nanti."

Benar saja apa yang aku pikirkan mereka memanggilku hanya saat mereka membutuhkanku saja. Aku hanya diam dan mencoba menjauh dari mereka tapi sedikit demi sedikit saja, niatku hanya satu agar mereka sadar bahwa aku bukan mainan yang sudah tak di ingin mereka taruh. Oh ya, karena uangku saat itu sangat pas-pasan jadi aku berniat untuk berangkat bersama dengan Uki. Namun apa yang aku dapat, SMS ku sama sekali tak dihiraukan. Aku pikir ia tak memiliki pulsa untuk membalas pesanku dan aku pun berdiri menunggunya didepan rumah Opa.

Sampai akhirnya wajahku lesu saat meliat jam dinding yang sudah menunjukan pukul 12:30 WIB . Saat itu juga satu kata terlintas dipikiranku ' BODOH ' aku ini bodoh menunggu orang yang jelas-jelas tak perduli padaku. ' Ayolah sadar Sas dia itu bagaikan bintang dan kau bagaikan dasar lautan yang begitu tak mungkin disatukan. Terkecuali bila ada bintang jatuh kedasar lautan haha '

"Sas lu dari tadi diem mulu, nunggu siapa sih ?" Tanya Herna

"Hmm nggak kok Na , yuk berangkat sekolah nanti kita telat lagi"

Aku berjalan dibelakang mereka semua, rasanya aku ingin menangis sangat keras dan ingin pergi ke tempat pemakaman Nenekku dan menceritakan semuanya. Setiap aku kesal, aku sedih tempat curhatku hanya satu yaitu makam Nenekku. ' Aku akan melupakannya menganggapnya tak pernah ada, menganggap rasa ini hanya permen karet yang harus dibuang karena permen karet tak selamanya kita kunyah. 'Ayo Sas lu pasti bisa '

Sampai dikelas mataku tertuju pada pria itu ' dasar pengecut 'gumamku kemudian pergi kedepan kelas dan mendengar lagu menggunakan earphone. Seandainya aku tahu bahwa CINTA itu seperti ini aku tak ingin memiliki rasa itu apalagi untuk dia yang tak menghargai perasaanku. Setiap jam pelajaran dimulai mataku selalu sinis melihatnya, diam membisu tak menghiraukannya, dan bencinya mengapa saat pelajaran Bahasa Indonesa aku harus satu kelompok dengan pria ini. Sungguh menyebalkan. Melihat wajahnya saja aku sudah muak, mulutku mengatakan ' Benci ' tapi tetap saja hatiku mengatakan ' aku suka dia '.

++******++

haha gaje yahh hahahah maaf yah soalnya gitu aja yang terlintas diotak Author saat inii hihiii... jangan luoa vomentnyaa lohh yahh harus harusss wajib pokonamahh

ig: dwina_subuh

Putri Malu (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang