Prolog

516 30 8
                                    

Nerd. Satu kata julukan untuk sosok anak lelaki bernama Andre. Siswa baru kelas X di SMA 39 Jakarta yang pada awalnya kedatangannya menghebohkan semua penghuni sekolah. Bagaimana tidak? Gambaran nerd yang seharusnya diberikan kepada sosok culun berkacamata tebal, gigi berkawat dan si kutu buku, malah justru sebaliknya pada Andre.
Andre berpakaian seragam rapi, membawa buku seperlunya dan tidak berkawat. Lantas, apa yang membuat Andre mendapat julukan 'nerd'?

Singkat cerita, pagi itu pada jam istirahat pertama, murid-murid SMA 39 dihebohkan pada sesosok lelaki yang berjalan bebas dilapangan basket. Bermaksud untuk menuju ruang BK, yang menurutnya mungkin lebih mempersingkat waktu jika berjalan langsung ke tengah lapang tanpa harus melewati koridor yang sebenarnya hanya ada dua belokan dari gerbang utama. Tapi sial, dia belum tahu bahwa apa yang dia lakukan adalah hal yang teramat salah.

The Most Wanted Boys of 39's High School sedang berkuasa di area lapangan basket saat itu, bersama kedua temannya yang sebenarnya tidak sepantasnya masuk dalam kategori 'The Wanted Boys' itu.
Dengan langkah sok berani Andre terus berjalan seolah hanya ada dia sendiri disana, tak menyadari tatapan murka dari si empu lapangan saat itu dan tatapan ngeri dari beberapa orang yang menyadari keadaan tak enak akan segera datang.

"Heh!!" Seru lelaki bertampang arogan itu sembari menepuk kasar bahu Andre, membuat Andre yang sedang berjalan refleks berbalik dan menatapnya sesaat sebelum akhirnya menunduk, takut. "Berani-beraninya lo lewat sini! Sejak kapan ada orang yang berani masuk wilayah gue saat gue ada disini?!" Tukasnya tajam. Kedua teman si lelaki yang berada di kanan-kirinya, hanya saling pandang tak mengerti dengan sikap Andre yang tak menunjukan respon.
Cukup lama Andre diam, selama itu juga si lelaki mencoba memperhatikan lelaki yang ternyata asing di matanya.
"Bentar deh, kayaknya gue baru deh liat nih anak. Lo anak baru kan?" Andre mendongak sekilas lalu kembali menunduk dan mengangguk cepat. Lelaki arogan itu dapat melihat jelas wajah ketakutan Andre. Padahal dirinya tidak melakukan apa-apa. Bukan tidak, tapi belum.

Kesal karena Andre tak bicara juga, semakin meluaplah emosinya yang sudah diujung kerongkongan itu, "Heh kalau ditanya itu jawab! Ngomong! Kayak ngga punya mulut aja, atau emang lo bisu?" Lelaki arogan itu dan kedua temannya tertawa mengejek.
"Kelas berapa lo?" Tanya lelaki itu lagi. Kali ini dengan volume suara yang sedikit lembut. Hanya sedikit.
Merasa sudah aman, Andre mengangkat kepalanya dan
memandangi ketiga lelaki di depannya ini dengan sedikit takut, "aku kelas X, Kak." Jawab Andre mulai bersuara.
Ketiga lelaki arogan itu saling berpandangan dengan wajah seolah shock dan tertawa puas setelahnya.
"AKU??" Mereka kembali tertawa, "sejak kapan anak cowok, terutama anak 39 manggil dirinya aku?" Mereka terus saja menertawakan Andre yang kembali tidak memberikan respon.
"Hidup lo ngga gaul ya? Kuper ya? Anak mamih ya? Kasian!" Ejeknya sambil terus tertawa.
"ERLAN!" Suara keras sekaligus tegas terdengar dari arah ruang guru. Pak Rafy selaku Kepala Sekolah sekaligus ayah dari lelaki arogan yang ternyata bernama Erlan itu berjalan cepat ke tengah lapang bersama Ibu Wida, sang guru BK dibelakangnya. Wajahnya tampak marah, memandang Erlan dan kedua temannya bergantian sebelum akhirnya beralih menatap Bu Wida.
"Bu Wid, tolong antarkan Andre ke kelas barunya. Dan kamu, Erlan.. ikut saya ke ruang Kepala Sekolah." Serunya tegas.
"Baik, Pak." Bu Wida berjalan di depan Andre.

Sebelum benar-benar berjalan, Andre berbalik menatap Erlan yang ternyata masih memperhatikannya. Tersenyum licik dan menatapnya terus.
"You are nerd!" Ucap Erlan tanpa suara namun masih bisa dipahami Andre. Andre tahu, ucapan lisan tadi
menyiratkan petaka yang siap menghadangnya di kehidupan barunya. Tidak lama lagi.

***

ObsessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang