Last Chapter

248 17 14
                                    

Sebelumnya, thanks buat yg mau baca :')
Thanks juga buat Mas Er, Depiteh, Alpin, Hanum, Ikhsan yg namanya udah bersedia (dengan paksa xD) untuk dipake :v
Buat yg penasaran sebenernya Andre sama Alfina ngapain diruangan 'terlarang' itu, yuk dibaca

***

"Ndre, lo yakin tempatnya disini? Tempat ini serem banget tahu." Tanya Alfina begitu masuk ruangan terlarang itu. Di belakangnya, Andre mengunci pintu pelan-pelan dan berjalan menyusul Alfina yang memasang wajah ngeri.
"Mungkin. Gue juga ngga tahu." Timpal Andre tenang. Alfina berbalik menatap Andre. Sejak kapan Andre memanggil dirinya 'gue'? Bukankah kata 'aku' yang membuatnya mendapat julukan nerd?
"Ndre..lo.. lo ngga akan macem-macem kan?" Tanya Alfina waspada. Sesuatu yang tidak enak perlahan merayapi dirinya. Rasa takut yang seharusnya tidak pernah ada ketika berada disamping orang lugu seperti Andre mendadak sirna. Semua itu berubah sekejap ketika wajah polos Andre tersenyum sinis padanya. Senyum khas orang jahat yang sulit untuk dideskripsikan.
"Memangnya kenapa kalau gue macem-macem? Bukannya lo udah putus sama si Erlan itu ya?" Mata Alfina terbelalak. Dia benar-benar tidak mengenal sosok Andre yang begitu santun padanya. Alfina yakin, ia pasti salah dengar. Pasti ada sesuatu yang salah. Pasti!
"Ndre, sumpah! Gue ngga tahu apa yang tiba-tiba buat lo berubah kayak gini. Tapi tolong.. jangan bikin gue takut." Alfina berjalan mundur menjauhi Andre yang juga ikut berjalan pelan di depannya.
Andre tersenyum sinis, "jadi lo takut sama gue? Sama orang nerd kayak gue?"
"Andre.. please.." suara Alfina berubah serak. Ia tahu ia berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Tapi ia juga tidak mau ambil resiko untuk sekedar berteriak meminta tolong.

"Oke! Disini gue akan bicara jujur sama lo!" Andre mendorong keras tubuh Alfina agar bersandar pada tembok. Membuat Alfina merasa sakit di bagian punggungnya.
"Seumur hidup, orang-orang anggap gue bodoh! Orang-orang anggap gue idiot! Orang-orang anggap gue nerd! Dan crazy! Gue sadar gue cuma manusia pecundang yang ngga berani ngelawan orang-orang berkuasa kayak cowok lo!" Ucap Andre dengan penuh penekanan.
"Tapi semenjak ketemu lo, gue sadar kalau gue memang terlalu bodoh untuk hanya sekedar diam. Awalnya gue memang ingin diam. Tapi keadaan yang memaksa gue untuk bertindak!" Teriak Andre. Alfina memejamkan matanya ketika wajah Andre mendekati dirinya. Nafasnya tampak memburu pertanda bahwa dia terlalu keras bertindak.

Tangan kiri Andre menopang tubuhnya disamping kepala kanan Alfina. Ini dekat sekali, sampai Alfina berpikir akan sangat percuma jika dirinya mencoba melarikan diri.
"Lo cantik. Lo baik. Lo pinter. Lo ramah. Dan lo apa adanya. Tapi satu kesalahan lo," Andre menatap tajam mata Alfina yang kini kembali terbuka. "Lo memilih orang yang salah." Ucapnya pelan. Namun sedetik kemudian, emosinya malah semakin meluap.
"GUE SUKA SAMA LO, LO SADAR NGGA SIH?!" Bentaknya kasar bersamaan dengan sebuah pisau yang siap ia tusukan ke arah Alfina. Alfina yang tak sempat berpikir apa-apa hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"ARGGGHHHH!!!"

***

"Ruangan terlarang yang Angel maksud tuh dimana sih?" Ujar Erlan panik. Hanum dan Ikhsan yang setia mengikutinya, hanya bisa menggeleng lemah. Pasalnya, tempat ini gelap. Cahaya terbatas dari lampu Pensi pun tak cukup membantu.
"Coba, pada pake handphone!" Seru Erlan pada kedua temannya. Hanum dan Ikhsan menurut. Mereka mulai berjalan menyusuri koridor lantai tiga. Membuka satu-persatu ruangan dan berharap menemukan Alfina.
"Gue ngga habis pikir, senakal-nakalnya lo ya Lan, gue tahu lo ngga mungkin bawa Fina ke tempat gelap kayak gini." Ucap Ikhsan.
"Gue juga sama. Makanya gue khawatir banget!" Timpal Erlan. Ketiganya terus berjalan. Tapi mereka sama sekali tidak menemukan keberadaan Alfina.
"Ya Tuhan, kamu dimana sih, dear." Gumam Erlan resah.

Tiba-tiba saja, sebuah suara keras yang tidak asing menyadarkannya. Itu suara Andre! Bisa-bisanya dia membentak Alfina.
"ARGGGHHHH!!!"
"Brengsek!" Erlan mengikuti arah sumber suara itu berasal ketika teriakan Alfina terdengar jelas. Mendobrak semua pintu ruangan sampai akhirnya dia menemukan satu-satunya pintu yang terkunci.
"WOY! KELUAR LO ANDRE!" Teriak Erlan dari luar. Erlan beralih menatap kedua temannya, "gue minta tolong. Cari bantuan secepatnya. Keamanan, satpam, polisi dan siapapun. Biar gue disini!" Ucap Erlan cepat.
"Terus lo..."
"Lo pergi sekarang! Gue harus nyelamatin Fina dulu!" Seru Erlan frustasi. Tanpa babibu, mereka berdua berlari meninggalkan Erlan sendiri.
"ANDRE BUKA LO! KALAU LO BUKAN PECUNDANG LO HADAPI GUE!" Teriak Erlan tak menyerah. Erlan terus-menerus mendobrak pintu. Meski hasilnya tetap nihil.
"ANDRE! AWAS AJA KALAU LO BERANI NYAKITIN CEWEK GUE! GUE MAMPUSIN LO!" Erlan tetap tak menyerah. Berkali-kali dia mendobrak sampai akhirnya pintu berhasil terbuka.

ObsessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang