Chapter 4

201 14 1
                                    

Entah ada angin apa, tiba-tiba saja Erlan menjemput Alfina untuk pergi bersama ke sekolah. Padahal, biasanya dia hanya akan menjemput jika Alfina sendiri yang meminta. Kecuali saat mengantar pulang, dia akan setia menunggu sekalipun Alfina tak memintanya.
Alfina merasa sikap Erlan berlebihan. Erlan selalu tersenyum manis padanya setiap kali Alfina menatapnya heran. Tapi yang ada, sikap tak biasanya itu malah semakin membuat Alfina bingung. Memangnya ini hari apa? Apakah Erlan sedang mengerjainya? Tapi untuk apa? Bukankah bulan April sudah lama pergi?
Selama perjalanan ke sekolah mereka sama sekali tidak bicara. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya mereka tiba di sekolah, Erlan lah yang memulai pembicaraan lebih dulu.
"Kenapa?" Tanyanya sambil berjalan dan merangkul pundak Alfina. Alfina tersentak, merasa diperhatikan mendadak dia jadi gugup.
"Kenapa? Kenapa.. apa?" Tanya Alfina balik.
"Ya kamu. Dari tadi aku perhatiin kayaknya gelisah banget. Kenapa?" Jelas Erlan.
"Oh.. itu. Ngga kok, ngga apa-apa. Oh ya, nanti malem datang kan?" Tanya Alfina mengalihkan pembicaraan.
"Pasti. Aku jemput ya?" Tawarnya. Alfina buru-buru menggeleng.
"Ngga usah. Aku minta anter papah aja." Balas Alfina.
"Loh, tapi.."
"Andre!!" Ucapan Erlan terhenti begitu Alfina memanggil nama Andre yang kebetulan lewat di depan mereka.
"Bentar ya, Lan?" Pamit Alfina seraya melepaskan rangkulan Erlan di pundaknya dan bergegas menghampiri Andre yang berhenti begitu Alfina memanggil namanya. Tangan Erlan terkepal kuat melihat kekasihnya mendekati lelaki nerd yang sudah lebih dari sekali diberi peringatan olehnya itu.

"Andre!"
"Kenapa kak?" Tanya Andre bingung.
Alfina tersenyum. Lalu ia mengeluarkan jaket Andre yang dipinjamkannya dua hari yang lalu dan memberikannya pada Andre. "Sorry ya telat ngembaliin satu hari? Tapi jaketnya udah gue cuci kok. Sekali lagi, thanks ya Ndre." Ucap Alfina.
Andre menerima jaketnya dan ikut tersenyum, "sama-sama kak. Aku seneng kok udah bantu kakak." Jawab Andre.
"HEH!" Tiba-tiba saja Erlan muncul di belakang Alfina dan langsung mendorong keras bahu Andre. Keduanya kaget melihat sikap kasar Erlan itu.
"Apaan lo deket-deket cewek gue?! Belum puas juga lo nantang gue?!" Seru Erlan keras. Andre menunduk dalam, tak berani menatap kakak kelasnya itu.
"Erlan! Apa-apaan sih? Aku cuma mau kembaliin jaket dia. Ngga usah kasar, bisa?!" Seru Alfina marah.
"Jaket? Sejak kapan ada lelaki lain yang bisa perhatian sama kamu selain aku? Sejak kapan?!" Bentak Erlan kasar.

Mata Alfina membulat sempurna. Setelah hampir 2 tahun berpacaran, ini adalah kali pertama Erlan membentaknya. Erlan tidak pernah tahu bahwa Alfina benci dibentak. Sekalipun dia salah, tapi apa salahnya membicarakan semua dengan ucapan yang semestinya? Tanpa harus emosi. Tanpa harus negative thinking. Dan tanpa harus menuduh sesuatu yang dia sendiri tidak tahu kejelasannya.
Merasa sakit hati dengan ucapan Erlan, tanpa terasa air mata Alfina mengalir begitu saja. Alfina buru-buru menghapusnya dan menatap Erlan kecewa. Di hadapannya, Erlan memasang wajah menyesal. Dia mencoba menyentuh tangan Alfina, tapi Alfina menepisnya kasar. Dia terlalu sakit hati.

"Lan, aku ngga pernah sekalipun punya niat untuk mengkhianati kamu. Sekalipun diluar sana ada lelaki yang jauh bisa ngasih aku perhatian lebih dari kamu dan jauh lebih mengerti aku dari kamu. Tapi kamu tahu... dengan kamu nuduh aku kayak gitu, itu sama aja kamu ngga percaya sama aku." Alfina tertawa sinis sambil kembali menghapus air matanya yang lagi-lagi keluar tanpa permisi.
"Dear, dengerin aku dulu. Aku..."
"Aku kasihan sama semua lelaki yang harus jadi korban kamu. Mereka ngga tahu apa-apa tapi harus jadi korban pikiran negative kamu itu. Sekarang," Alfina menatap sedih ke dalam mata Erlan yang tampak menyesal itu, "lebih baik semuanya semuanya cukup sampai disini aja. Dan kamu berhak melakukan apapun hal yang kamu suka. Permisi." Ucap Alfina serak. Erlan mencoba meraih tangan Alfina, tapi Alfina malah mendorongnya kasar. Alfina berlari secepat mungkin, takut Erlan mengejarnya. Tapi tidak, Erlan malah berdiri diam dengan perasaan menyesal begitu Alfina berlari menjauhinya. Bahkan mungkin menjauhi hidupnya. Tapi itu tidak boleh terjadi. Dia harus bisa kembali mendapatkan Alfina.

ObsessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang