Chapter 2

261 17 7
                                    

***

"Ngga usah deket-deket sama anak baru itu lagi ya?" Ucap Erlan pada Alfina setelah Erlan mengantarkan Alfina pulang kerumahnya. Alfina hanya mengangguk kecil, tak ingin memperpanjang masalah dengan Erlan. Lagipula sudah tugasnya bukan sebagai anggota OSIS untuk mengenalkan sekolahnya pada setiap anak baru. Terlebih Andre adalah murid kelas X. Sudah sepantasnya Alfina bertanggung jawab atas Andre.
"Jangan ngangguk-ngangguk aja dong?" Tukas Erlan kesal. Alfina menghela nafas berat, tak suka dengan sifat cemburuan Erlan yang ternyata tidak pernah berubah.
"Iya! Udah deh, mending sekarang kamu pulang. Udah sore juga. Lagian kamu harusnya ikut pemantapan, bukan malah maksa nganterin aku pulang!" Timpal Alfina tak kalah sengit.
"Ya wajarlah, aku kan pacar kamu."
"Lan, pacar ngga berarti harus ikut kemanapun aku pergi. Apalagi sampai kamu harus korbanin waktu belajar kamu. Ingat, kamu itu udah kelas XII. Masa depan di depan mata. Bersikap dewasa dikit bisa kan?" Ujar Alfina. Bukan bermaksud ingin sok menasehati yang lebih tua. Tapi bagaimanapun juga Erlan perlu diberi tahu agar tidak selalu berjalan sesuka hati. Terlebih menyadarkannya dibalik sifat bossynya itu.

Kali ini Erlan yang menghela nafas, "ya udah deh. Masuk sana." Pengusiran secara halus, sebagai alibi untuk tidak memperpanjang masalah.
Setelah menggunakan kembali helmnya, Erlan segera menggas motor besarnya menjauh dari rumah Alfina. Meninggalkan Alfina yang lagi-lagi hanya bisa menghela nafas.

***

Semua anggota OSIS 39 disibukkan dengan kegiatan Pentas Seni yang akan diadakan beberapa hari lagi. Pentas Seni atau yang biasa disingkat Pensi ini memang biasa diadakan setahun sekali dan eksul Seni bertugas sebagai panitia. Bedanya, tahun ini anggota OSIS ikut bertugas sebagai panitia.
"Eh Ti, lo udah periksa lagi semua peralatan. Dari mulai panggung, sound system, dan lain-lain?" Tanya Chika selaku Ketua Panitia pada Tia yang bertugas sebagai seksi logistik.
"Udah kok. Kemarin gue sama Dhea udah check lagi, dan panggung bakal dipasang sore ini kayaknya. Dan untuk sound system mungkin besok." Jawab Tia.
"Oke, bagus." Chika kembali membuka lembaran proposal. " Tin, gimana masalah keuangan? Ada masalah?" Tanya Chika lagi. Kali ini pada Tina selaku bendahara.
"Untuk sekarang belum ada kekurangan sih. Kalaupun kurang kita bisa ambil dari anggaran eksul Seni. Itu udah disetujui Alfina kok." Jawab Tina.
"Bener Fin?" Tanya Chika pada Alfina. Alfina hanya mengangguk. "Terakhir, Dewo! Surat udah nyampe alumni?" Tanya Chika pada Dewo yang bertugas sebagai Humas.
"Belum semua sih, kemarin gue kejebak hujan soalnya. Nanti sore gue lanjut lagi." Jawab Dewo.
"Gue harap secepatnya, karena Pensi tinggal 3 hari lagi. Dan buat semua panitia yang merasa tugasnya belum tuntas, gue harap secepatnya selesaikan. Ini bukan kali pertama kita ada kerjasama dengan ekskul Seni. Tapi ini kali pertama dalam sejarah gue sebagai OSIS bekerja sama dengan ekskul Seni. Jadi gue harap semuanya bekerja serius. Ini bukan hanya sebagai nama baik OSIS, tapi juga 39 is High School. Dan untuk hari ini, rapat gue tutup." Jelas Chika.

"STOP!" Pintu ruang OSIS terbuka lebar. Menampakan 4 sekawan wanita yang menganggap dirinya 'The Most Wanted Girl'. Katanya sih, agar sederajat dengan Erlan Cs. Tapi...
"Gue disini mau protes! Sebagai alumni ekskul Seni yang paling eksis, gue mau nanya siapa yang ngatur jalannya acara Pensi nanti? Kenapa nama gue dan teman-teman gue ngga masuk list buat jadi guest star? Ini sih penghinaan namanya!" Seru wanita itu yang ternyata adalah Angel. Ketiga temannya, Vero, Mela, dan Lena hanya menggangguk-angguk centil membenarkan ucapan Angel, si leader Gank.
"Maaf kak. Tapi peraturan dari Kepala Sekolah memang seperti itu. Kelas XII dilarang ikut serta dalam kepanitiaan maupun pengisi acara." Sahut Alfina yang bertugas sebagai Sekretaris OSIS.
"Heh lo! Baru kelas XI aja belagu banget." Tukas Vero pada Alfina.
"Iya nih. Baru kelas XI aja sok kuasa. Ngga ngehargai banget sih!" Mela ikut mengompori.
"Mentang-mentang pacarnya Erlan, ya? Eh keceplosan!" Lena ikut nimbrung sambil menutup mulutnya seolah mengejek.
"Maaf ya kakak-kakak. Ini bukan tentang saya pacar Erlan atau bukan. Tapi ini tentang peraturan yang dibuat Kepala Sekolah. Dan saya hanya menjalaninya." Tegas Alfina berusaha menahan amarahnya agar tidak keluar.
"Udahlah! Lagian peduli banget lo siapanya Erlan. Sekarang, siapa Ketua Pelaksananya?" Tanya Angel lagi. Dengan cepat Chika mengacungkan tangan. "Lo, gue ngga mau tahu. Apapun alasannya masukin gue dan temen-temen gue sebagai pengisi acara! Paham?"
"Tapi kak.."
"Paham?!" Chika hanya mengangguk pasrah. Dengan gaya bossynya, 4 sekawan itu bergegas meninggalkan Ruang OSIS.

ObsessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang