Second Chance ~ END

942 32 2
                                    

Sebulan sudah dilewati Lily tanpa Hendra, sepertinya Hendra sudah benar-benar melupakannya atau mungkin Hendra sudah menemukan penggantinya. Seharusnya Lily minta maaf pada Hendra karena telah menuduhnya yang tidak-tidak. Waktu itu mungkin ia terlalu takut kehilangan Hendra. Apakah tidak ada kesempatan kedua untuknya?

"Lily, lw baik-baik aja kan?" Wajah Lily terlihat pucat, Vita tahu sahabatnya itu tidak bisa capek sedikit saja.

"Vit, bisa minta tolong beliin air mineral? Tadi pagi gw lupa minum vitamin."

Vita segera menuju kantin meninggalkan Lily sendiri di taman.

Harusnya Lily tidak boleh lupa minum vitamin apalagi akhir-akhir ini ia dibuat sibuk oleh tugas kuliahnya untuk persiapan menyusun skripsi. Kepalanya terasa berat sekali, pandangannya terlihat kabur, ia merasa ada yang mengalir dari hidungnya. Saat jarinya menyentuh hidungnya, ia melihat darah segar dan itu cukup membuat Lily tidak sadarkan diri. Lily paling takut melihat darah.

Vita yang baru kembali dari kantin berlari cepat menghampiri Lily saat menyadari Lily pingsan di bangku taman. Vita segera meraih handphonenya dan menghubungi seseorang untuk meminta bantuan.

***



Hendra duduk tidak jauh dari samping ranjang dimana Lily terbaring. Hendra terus menempelkan minyak kayu putih di dekat hidung Lily. Sudah lama Hendra tidak melihat Lily dari jarak sedekat ini. Selama ini ia hanya terus diam-diam memperhatikan Lily saat di kampus. Rasa rindu yang selama ini ia pendam seakan pecah begitu saja melihat wajah polos Lily saat tertidur. Seandainya saja hubungan mereka masih bisa diperbaiki namun Hendra belum mau memulainya tapi melihat Lily seperti ini, Hendra rasa ia harus mulai memperbaiki hubungannya dengan Lily.

Rasa sayang dan cinta Hendra pada Lily tidak berkurang sedikitpun meskipun sebulan lalu Lily lebih memilih untuk mengakhiri hubungannya. Mungkin waktu itu dirinya juga salah karena tidak peka . Entahlah, Hendra sudah terlambat atau belum tapi yang jelas saat ini Hendra ingin kembali menjadi bagian penting dalam hidup Lily.

"Kamu sudah sadar, Ly?" Hendra segera membantu Lily beranjak dari tidurnya.

"Hanya kamu yang disini?" Tanya Lily, karena saat mengamati seisi ruangan tidak ada siapapun selain Hendra.

Hendra mengangguk. "Vita tidak bisa menemanimu karena ia tidak bisa meninggalkan remedial."

"Maaf merepotkanmu, seharusnya kamu nggak perlu capek-capek menungguku." Lily menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Aku tidak pernah merasa direpotkan." Hendra tersenyum tipis.

Sudah lama Lily tidak melihat Hendra dari jarak sedekat ini. Matanya berkaca-kaca, mencoba untuk kuat, mencoba untuk tidak menangis. Inilah alasan Lily menghindar dari Hendra sejak mereka berdua putus. Lily sangat merindukan Hendra dan saat melihatnya sedekat ini, Lily tidak bisa menahan rindu yang selama ini ia pendam. Semua tumpah begitu saja, sebulir air mata akhirnya jatuh juga. Lily harus mengakuinya, ia masih sangat mencintai Hendra.

"Kamu kenapa, Ly?" Hendra khawatir melihat Lily menangis. Hendra segera mendekat dan menghapus air mata Lily dengan tanggannya. Detak jantungnya masih sama seperti dulu, berdetak tidak karuan saat melihat wajah Lily dari sedekat ini. "Apa masih ada yang sakit?"

Lily tidak menjawab, ia hanya menunduk dan menangis sesenggukan. Lily tidak bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa di depan Hendra, Lily tidak bisa melupakanbetapa bodohnya dirinya karena telah menuduh Hendra dan Vita dan ia juga tidak bisa membohongi dirinya kalau ia masih sangat mencintai Hendra, perasaannya tidak berkurang sedikitpun. "Maafkan aku, Hend. Maafkan kebodohanku ini. Maafkan aku yang menuduhmu tidak-tidak dengan Vita. Aku tidak berani menemuimu hanya sekedar mengucapkan maaf. Aku memang pengecut, aku cuma bisa menghindar." Belum selesai ia mengatakannya, Hendra sudah memeluknya.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang