Ajeng baik-baik saja. Tetap terlihat biasa saja.
Bahkan saat Rizal tak mengiraukan nya pun, justru menjadi suatu kebiasaan.Ajeng tidak bisa memungkiri bahwa kenyataan nya ia benar-benar mencintai Rizal.
Sangat mencintainya-
Rizal begitu ayah yang baik untuk Dion.
Mengantar nya sekolah, membelikan mainan, menyempatkan diri bersenang-senang dengan dion mengajak nya jalan-jalan seperti saat ini .Ajeng hanya berjalan di belakang Rizal yang menggandeng Dion yang sibuk menunjuk semua mainan yang menurut nya bagus .
"Kamu kenapa?"
Rizal menoleh ke belakang. Melihat ajeng yang justru tatapan nya seperti kosong tidak ada kebahagiaan yang terpancar di raut wajah nya."Hmm, gapapa. Cuma sedikit pusing aja"
Jawab ajeng dengan santai dan menunjukan sikap biasa saja.Rizal hanya mengangguk pelan, lalu kembali fokus dengan Dion yang sudah menarik-narik lengan kemeja nya.
***
"Kondisinya gimana Lex?"
Rio terlihat sangat cemas,
Beberapa hari ini Ree sering sekali pingsan.
Awal nya Ree selalu menenangkan Rio bahwa dirinya baik-baik saja.
Ree hanya mengatakan diri nya terlalu lelah.Dan kali ini Rio memanggil sahabat nya Alex yang kebetulan juga berprofesi sebagai dokter.
"Dia rajin minum obat gak sih?""Rajin ko Lex, gue suka ingetin buat jangan lupa minum obat"
"Yaudah bagus kalo gitu"
Alex merapihkan peralatan medis nya ke dalam tas khusus yang ia bawa, di bantu dengan asisten pribadi nya."Masa mau begini terus sih?"
Rio menatap cemas Ree yang terlelap di tempat tidurnya.Alex diam, lalu berjalan keluar dari kamar di ikuti Rio di belakang nya .
"Kondisi jantung nya agak sedikit gak stabil yo, lu pastiin aja dia jangan terlalu capek, apalagi banyak pikiran"
Alex seolah menenangkan Rio,"Iya itu pasti Lex"
Rio berusaha tenang lalu mengantar Alex sampai ke dalam mobilnya ."Makasih Lex"
"Sama-sama yo"
Kaca mobil pun tertutup,dengan cepat mobil Alex meninggalkan halaman rumah Rio yang besar.Rio kembali masuk ke dalam rumah nya,
Melihat kondisi Ree yang masih tergeletak lemas di atas ranjang nya.Menatap wajah cantik itu penuh cinta.
Rio begitu sangat mencintai Ree, jauh sebelum Ree mencintai nya.
Dan perasaan itu terus tumbuh tanpa berkurang sedikit pun."Aku mencintai mu..."
Rio mengusap pipi putih Ree,
Kelopak mata kubil nya perlahan-lahan terbuka.
Memperlihatkan iris berwarna coklat nan indah .Ree tersenyum hangat, saat mengetahui Rio sedang menatap nya dengan raut wajah cemas .
Ia seolah ingin menjelaskan semuanya baik-baik saja."Hai"
Lagi-lagi Ree tersenyum, melihat Rio yang tidak sedikit pun berkedip menatap nya dan tidak mengatakan apapun ."Hai juga"
Bibir tipis Rio akhir nya mengulum senyum.
Lalu mengecup kening istrinya itu .
"Kamu baik-baik aja kan?"
Tanya nya penuh cemas"Iya. Emang nya aku kenapa coba? Aku kan gak kenapa-napa"
Rio mengusap tangan rio yang masih mengusap pipi nya ."Aku takut kamu kenapa-napa"
"I'm fine ok. Aku cuma pingsan aku kecapean doang"
Ree duduk bersandar, menatap rio."Bener? Kalo kamu sakit kamu bilang aku. Jangan ada sedikit pun yang di tutup-tutupin ya?"
"Iyaaa"
Ree mengulum senyum. Ia menunduk tidak sedikit pun menatap Rio.
Ia sadar ia telah berbohong.
Membohongi orang yang sangat mencintai nya.
"Maafkan aku Rio" bisik Ree dalam hati nya .Beberapa hari ini ia memang sering pingsan.
Ia tau betul diri nya tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Kelainan jantung yang idap nya dari lahir ternyata sedikit tak bekomproni dengan fisik nya saat ini .
Semakin lama jantung nya semakin tak stabil.
Fisik nya mungkin semakin lemah, entah ia bisa bertahan lebih lama lagi atau tidak ."Kamu ko ngelamun? Kamu kenapa?"
Rio yang menyadari Ree sedang melamun membuyarkan keadaan yang tadi sedikit hening."Gapapa ko. Aku mau cari Riana"
Ree beranjak dari tempat tidurnya."Riana udah tidur Ree" Rio masih duduk di sisi tempat tidur.
"Yaudah aku mau ke kamar Riana dulu, Kamu tidur duluan aja"
Ree berjalan keluar kamar.
Meninggalkan Rio sendiri di kamar