3. Across the Citylights

271 28 1
                                    

Dengerin part ini pake lagu A.M deh, sumpah gue baper pake lagu itu masa.

***

Harry mengenggam tanganku. Oh astaga, "Uhm.. Harry kau memegang tanganku." Setelah berbicara begitu Harry langsung melepaskan tanganku.

"Maaf." Aku diam. Kurasa, Harry sebenarnya bukanlah berandal. Hanya saja dia terjebak dalam lingkungan ini. Ya, itu menurut first impressionku.

Tapi kau tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilan awalnya. Kau tahu, kau harus mengenalnya lebih dalam. Ugh, apa yang kupikirkan?

Harry memasuki kamar, lalu membuka jendela dan dia duduk di atap. Aku mengikutinya dan duduk disebelah Harry. Harry diam dan menyalakan rokoknya.

"Kau bukan dari sini?" Tanya Harry tiba-tiba.

"Apa maksudmu? Tentu saja aku dari sini." Ucapku tertawa garing dan menyangkal pertanyaan Harry.

Harry lalu melihatku, tidak maksudnya lebih tepatnya dia menatap mataku, "Kalau kau memang dari sini. Sikapmu tidak mungkin akan aneh. Asal kau tahu, kau terlihat sangat kaku. Lagipula kau terlihat seperti gadis baik-baik." Ucapnya aku diam dan mengangkat bahuku.

"Aku berasal dari sini." Ucapku mantap pada Harry.

Harry memandangku sepersekian detik sebelum akhirnya berbicara, "Buktikan kalau kau memang berasal dari sini."

"Lebih baik tidak usah bicarakan tentang diriku. Bagaimana denganmu? Kenapa kau justru menemaniku?" Tanyaku pada Harry mengelak dari pertanyaannya. God, Harry benar, aku memang terlihat kaku.

"Entahlah. Aku juga tidak tahu." Ucap Harry mengangkat bahunya lalu meminum birnya. Rokoknya telah habis? Cepat sekali.

Apa semua anak-anak frat adalah perokok berat? Well, bahan ini bisa menjadi bahan skripsiku. Ugh, Alice! Focus!

Harry memainkan lintingan rokok di jarinya, "Apa kau depresi, Alice?" Tanya Harry lagi.

Entah mengapa, walaupun aku tidak begitu suka lelaki perokok, tapi melihat seseorang memainkan lintingan rokok atau meniup asap rokok terlihat sangat keren. Apa hanya aku yang berpikir seperti itu?

Aku memutar mata mendengar pertanyaan Harry, "Apa bagimu aku terlihat depresi? Seseorang yang depresi pasti akan tinggal di rumah sakit jiwa. Lagipula aku ini calon psikiater tahu!" Ungkapku pada Harry.

Harry terkekeh, "Yaa kalau begitu maafkan kebodohanku mengira seorang calon psikiater sebagai orang yang depresi. Hey.. kau tinggal dimana? Biar kuantar pulang?" Tawar Harry padaku. Dia tersenyum dan memunculkan dimplesnya.

Dimples itu membuat Harry terlihat sangat manis.

"Aku tak ingin pulang. Lagipula aku baru saja sampai." Ucapku pada Harry.

Harry diam, "Hm ... Kau benar. Kalau begitu ikut aku." Harry menarik tanganku dan menautkan tangannya yang besar lalu kami masuk kembali ke dalam rumah. Saat akan keluar dari kamar aku menjumpai Zayn dan wanitanya yang half naked.

"Oops maaf." Ucapku membuat Zayn menghentikan aktivitasnya.

"The fuck, Allison!" Zayn membentakku kesal dan Harry langsung menarikku dan membawaku keluar.

"God, A--Alice. Maaf. Aku pikir di kamar tadi tak ada Zayn atau.." Ucap Harry terlihat gelisah dan canggung, kurasa.

Criminals • h.s (AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang