Dia kakak angkatanku. Ketika pertama kali kuliah, dialah orang pertama yang menyapaku di kampus itu. Dengan PD dan tidak canggung.
"Yoanes. Kamu?"
"Anit," aku malah meragu dan takut.
"Anak Sastra ya?" suaranya masih sedikit bernuansa bas dan hendak menunjukkan wibawanya.
"Iya, Mas...."
"Habis ini, kamu temui saya di Ruang L.
Yoanes tidak memberikan kode lain selain aku diminta ke Ruang L, yang waktu itu entah ada dimana. Sebagai anak baru, aku mengangguk dan berjanji akan datang. Nurut.
Selepas kegiatan penerimaan mahasiswa baru itu, aku pun bergegas mencari Ruang L. Rada keliling mencarinya meski Satpam dan dua orang senior sudah memberi petunjuk. Ternyata ruangan itu ada di pojokkan diantara dua gedung. Sedikit terpencil. Tapi, ternyata banyak juga yang nongkrong di sana termasuk para penjual makanan.
Saat mataku mencari ke sana kemari, aku melihat seorang tukang makanan yang menjajakan roti kesukaanku. Roti isi kacang dan bakso goreng.
Karena lapar, aku menuju ke sana. Hendak membeli apa yang barusan kuinginkan.
"Mang, mau roti isi kacang satu sama bakso gorengnya juga. Berapa, Mang?" tanyaku
Si Mang tukang jualan segera meladeni apa mauku. Ia membungkus dua makanan itu. "Ini, Neng.... Semua tigaribu."
"Saya yang bayar, Mang Usep..." Mendadak seseorang sudah ada di sebelahku sembari memberikan sejumlah uang yang diterima.
"Makasih, Mas Yoanes..." Si Mang nampak gembira.
Tinggal yang aku bengong.
Ini Maksudnya apa sih? Kenapa tiba-tiba ada kakak angkatan ini di hadapanku dan membayar apa yang kubeli. Apa kata orang yang melihat adegan ini nanti?
"Jangan bengong. Ayo ikut aku..." Yoanes menyadarkanku lalu langsung mengajakku untuk segera masuk ke ruangan itu.
Oh My God....
Detak jantungku lebih kencang dari biasa. Otakku pun mulai menduga-duga apa yang akan terjadi di sana. Apalagi selintar ku lihat ruangan itu mulai sepi... Orang yang tadi nongkrong di depannya, satu-satu pergi.
Aduh....
Kalau ada apa-apa gimana ini?
Mana si Mang jualan itu juga sudah pergi pula.... Aaahhh....
(bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Setubuhi Aku Dengan Rindumu
RomanceAku tak pernah berpikir kalau bisa berjumpa lagi denganmu. Jangankan berpikir, berharap saja tidak. Buat apa? Bukankah kamu sudah jauh dan mencampakkanku? Kamu ingat, waktu itu dengan alasan cita-citamu sudah hampir nyata, kamu tinggalkan aku. Tingg...