Rinduku Pada Belaimu (5)

15.9K 176 10
                                    

Kalau mau jujur, hari-hari paling sulit yang kualami adalah hari-hari sekarang ini. Tugas kuliah semakin banyak, tugas kerja part time-ku juga tak kalah banyak, mulai persiapan skripsi dan kegalauanku pada sosok Yoanes yang mulai menghilang dari hadapanku.

Ya, setelah ia berhasil menyelesaikan TA-nya dan akan diwisuda, mendadak saja sosok bernama Yoanes itu menghilang begitu saja. Raib entah kemana. Padahal bukan aku saja yang mencari, dosen, teman-temannya bahkan ibu kos mencarinya. Konon, Yoanes sudah membayar untuk dua tahun ke depan. Tapi, ternyata sudah lebih dari beberapa bula ini, dia tak pernah terlihat ada di kos-kosan itu.

Hilangnya Yoanes ini sungguh menyiksaku. Menyiksa rinduku. Terlebih menyiksa birahiku. Aku seringkali kehilangan kendali untuk menahan nafsu ini. Tak ada yang tahu, malam-malam gelap aku menangis sambil mengelus sendiri sekujur tubuhku. Tersiksa sangat aku ketika ingatan kembali pada sosok yang menghilang itu.

Ada dimana kamu?

Terasakah aku merindu dan begitu tersiksa lama tak tersentuh bibirmu di sekujur tubuh ini?

"Aku kan sudah pernah bilang ke kamu, Di, Yoanes itu aneh... Sekarang deh kamu baru bisa percaya," komentar Gina begitu mengetahui kegelisahanku.

Aku tertunduk sedih. "Bukan aku tak percaya padamu, Gin... Selama ini Yoanes kan begitu manis padaku. Kamu tahu sendiri itu."

Gina menepuk bahuku pelan. "Aku tahu. Sangat tahu. Maka aku ingin kamu tidak terbawa gelisahmu. Lupakan Yoanes. Dia sudah lebih dari dua tahun ini tak mengontakmu lagi kan? Lebih baik konsetrasi saja buat skripsimu atau cari pacar baru?"

Aku bergeming. Tak hendak berkomentar apa-apa.

Perjalanan cintaku dengan Yoanes terasa singkat sekali. Tak bisa terulang. Aku merasa tak ada lagi sisa dari perjalanan itu selain kesakitan pada rinduku yang kian tak bertepi. Bahkan ketika ada beberapa laki-laki yang kemudian mencoba mendekatiku. Aku tak peduli.

Sebenarnya diantara mereka ada yang memang lebih dari Yoanes. Lebih dari segalanya. Aku sempat terpana padanya. Terutama saat ia berhasil menciumi bibirku dengan gaya yang mirip dengan Yoanes.

Tapi, dia tetap bukan Yoanes.

Aku tak bisa membuatnya bisa gagah bertahta di hati.

Tidak bisa.

Aku memilih tersiksa dalam rindu dan onani.

^^^^^

Ibu kos Yoanes menyambut kedatanganku. "Eh Neng Claudia. Terimakasih lho bisa mampir ke sini..." Ia memelukku sebentar.

"Sama-sama, Bu...," jawabku. "Kalau boleh tahu, ada apa ya, Bu. Mendadak dan penting sekali nampaknya."

"Iya.... Ini lho, kan sudah lebih dari dua tahun kamarnya Yoanes nggak pernah Ibu masukin. Paling buka jendelanya dikit. Bukan apa-apa, soalnya Yoanes bayar kos untuk dua tahun ini. Nah... Ibu denger Neng Claudia setelah lulus kuliah mau pergi dari kota ini. Sebelum pergi Ibu minta tolong supaya bantu Ibu membuka kamar itu. Supaya ada saksi gitu..," cerocos Ibu Kos.

"Oooo.... Gitu, Bu... Boleh, Bu..." Dengan semangat, kami pun menuju kamar yang dulu pernah ditempati Yoanes. Kamar itu ada di tingkat dua paling pojok. Jadi sebenarnya tidak akan ketahuan apakah ada yang menghuni atau tidak.

Begitu pintu dibuka, aku membaui khas Yoanes.

Aaahhhh.... Bau itu menumbuhkan birahiku seketika.

Ibu Kos meminta izin untuk mengambil plastik, siapa tahu ada barang-barang Yoanes yang harus dibungkus.

Sendirilah aku memasuki kamar kos penuh kenangan itu. Semua yang pernah terjadi di sana mendadak seperti merasuki tubuhku tibat-tiba. Tanpa sadar aku menyentuh payudaraku sendiri lalu meremas payudaraku sendiri sembari membayangkan itu yang melakukannya adalah Yoanes.

Aaaaaahhhhh.....

Kamar yang masih terjaga bersih seolah hadir sosok pemuda gagah yang memiliki senyum manis itu. Ia mengulurkan tangannya lalu merebahkan tubuhkan di atas ranjangnya. Kembali kami memadu cinta di sana. Aku merasa itu semua nyata seperti waktu itu. Begitu nyata. Sentuhan Yoanes sungguh terasa selayaknya saat-saat itu. Aku kembali terlena.

Tanpa bicara.

Hingga ketika mencapai puncaknya, mendadak mataku terbuka.

Aku sempat terpana karena ternyata semua masih bersih dan rapi. Padahal ketika semua kurasa nyata itu, aku dan Yoanes (atau bayanganya itu) seperti berguling-guling memberantakkan semua. Nyatanya bahkan kasur yang sedang kutiduri ini seperti tak tersentuh sedikit pun. Tetap rapi.

Saat aku tanpa sengaja menyentuh kembali dadaku yang ternyata masih tertutup kaon biru, tidak seperti habis dibuka, aku menemukan barang bulat dingin sudah ada di bagian leher.

Aku coba lihat, dan.... hei sebuah liontin dan kalungnya.

Milik siapa?

Kenapa ada di leherku?

Aku kaget dan langsung terduduk.

Saat terduduk itu aku sedikit merasa ada benda putih bening kenyal di sekitar kasur yang masih rapi seperti tak tersentuh itu.

Sperma?

(silakan membaca terus di https://www.wattpad.com/myworks/53674259-prince-of-darkness-love)

Setubuhi Aku Dengan RindumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang