Detik detik terakhirku

1.3K 64 16
                                    

Yaa, makasih yaa, atas vote nya kemarin saya bahagiaaaaaaaaaaaaaaa*capslockjebolcoeg* sekali, terimakasih yaa...
Dan sepertinya, chap ini chap terakhir deeh kayaknya, tapi tenang, aku bisa buat cerita lagi kok...( kalau mau silahkan komen).
Okedeh, jangan lama lama, silahkan baca!!

~~''~~~''~~~''

Selama seminggu disana, taufan hidup bahagia, ia merasakan kembali apa itu keluarga, ia sangat ceria disana, seperti melupakan penyakitnya. Orang tuanya pun merasa bangga pada taufan karena bahagia kembali, dan taufan merasa, ia sudah mengabulkan semua permintaan keluarganya, dimulai dari sang kakak yang ingin tidur bersamanya, sang bunda yang ingin di temani masak olehnya. Dan sang ayah...yang ingin taufan tinggal disini. Mereka melupakkan penyakit yang diderita oleh taufan, sedangkan taufan juga merasa melupakan penyakitnya itu...

Di pagi hari, halilintar merasa heran kenapa taufan belum turun juga, karena penasaran, ia pun masuk ke dalam kamar taufan.
Dilihatnya taufan sedang tidur dengan posisi yang memunggungi halilintar.

"Taufan, bangun dulu yuk, sarapan kan dah jadi.." bujuk halilintar.

"..." tak ada respon dari taufan
.
"Heyy, ayolah, aku lelah, membangunkan mu teruss.." keluh hali.
"..." tetap tak ada respon dari taufan.
Pada saat itu, hali merasakan suatu yang berbeda...ia merasa...

'Kehilangan'

Halilintar yang menyadari bahwa taufan tak kunjung bangun langsung membalikkan tubuh taufan yang sebelumnya membelakanginya itu,
Saat di balik...

Halilintar merasa kaku dan terkejut juga khawatir keadaan taufan! Wajah taufan pucat pasi, dengan hidung dan bibir yang mengeluarkan darah cukup banyak sehingga baju dan spring-bed pun juga kena.

"Taufan! Hey! Bangun.." bujuk halilintar sambil menepuk nepuk pipi taufan dan segera mengambil tissu untuk mengelap semua darah taufan. Dilihatnya, kelopak mata taufan bergerak.
"Taufan? Kau...akhirnya,..." ucap hali lega, ia masih menatap taufan yang melihatnya dengan sayu.
"Hali..." panggil taufan dengan suara yang lemah.
"Apa?" Tanya hali dengan suara yang parau.
"Makasih..." kata taufan sambil menutup kembali mata nya. Halilintar pun kaget dan segera membujuk taufan untuk bangun. Namun percuma, taufan tidak bangun. Hali pun segera memberitahu ayahnya taufan yang kemarin bisa melihatnya...
.
.
"Bagaimana keadaannya dokter?" Tanya sang bunda khawatir
"Uhm..kondisinya...sangat mengkhawatirkan bu, lebih baik, kalian bertemu dengannya..." ucap sang dokter, lalu segera berlalu dari hadapan mereka.
Hali masuk duluan, melihat taufan lirih sekali.
'Apakah Taufan akan pergi..hari ini? Lalu apakah aku akan bertemu dengannya nanti?'

Krieet...

Pintu dibuka menampilkan sesosok bunda yang sedang menangis melihat keadaan taufan, sang ayah yang sedih dari raut mukanya, dan sang kakak yang ingin menahan tangisannya.
Hali pun mundur dan membiarkan mereka bertemu dengan taufan untuk terakhir kalinya.

"Taufan, bangun nak.." lirih bunda,
Taufan membuka matanya perlahan.
"Eh...bun-da..k-kok nangis??" Tanya taufan sambil meringis.
"A-ayah...kok..sed-ih??" Tanya taufan lagi.
"Lalu..kakak kenapa..ma-ta nya...sem-bab?" Tanya taufan lagi.

" taufan. Sudahlah, lupakan itu..sekarang, kamu harus berjuang untuk penyakitmu ini. Agar kau bisa sembuh dan kembali lagi bersama kami taufan..." ucap kakak.
"Tidak...b-bisa kak..aku..akan..pergi.." lirih taufan.
"Kau tak boleh bicara seperti itu!" Bentak kakaknya sambil menangis..
"Kau harus yakin kau bisa melawan penyakit mu dan kembali bersama kami taufaan!!" Lanjutnya.
Taufan yang melihat itu hanya tersenyum lemah.
"H-hey...aku akan bertemu...dengan kakak lagi.. kok...di..sana...a-aku bisa mendengar...a-apa yang kakak katakan...saat aku..pergi.." sahut taufan, ia sedikit melirik ke kanan dan ke kiri,

'Hali, kau dimana?'
'Aku disini..'
'Dimana?!'
' di..depan kakakmu..'
'Ouh, iya iya..apa aku akan bertemu dengan mu nanti?'
'Mungkin..'
'Kalau begitu, aku akan pergi secepatnyaaa!!'
'Hush!! Kau tak kasihan pada keluarga mu yang sedih itu hah?!'
'Aku akan pergi hari ini kan? Ya sudah, artinya aku takkan bertemu mereka lagi hari ini, inikan terakhir kalinya...'
'Terserah kamu lah...'

" taufan?" Panggil ayah.
"Ya?"
"Apa keinginan kamu nak?"
"Aku. Tak..ingin..apa..apa..keinginanku semuanya...sudah kalian..lakukan..terima kasih.."

Sedikit demi sedikit mereka berbincang, namun, mereka berhenti saat taufan berteriak kesakitan..

"S-saakiiit!!!!! A-aargh!!" teriak taufan sambil mencekram baju pasiennya, air mata pun lolos dari matanya.

Sang bunda dan ayah melihat itu pun memanggil dokter, tak berapa lama, seorang pakai jas putih dengan suster pun masuk ke ruangan, mereka menunggu di luar ruangan.

"Kondisinya menurun! Tingkatkan kembali!" Seru sang dokter.
"Ambil alat pernafasan!!"
"Ambil alat untuk detak jantung!cepat!!"
Sang dokter terus memerintah, sampai akhirnya, suara ECG terus berhenti tanpa jeda, dokter dan para suster pun menghentikan pertolongan dan menutup taufan dengan kain putih, setelah itu mereka keluar dari ruangan taufan.

"Maaf, kami tak bisa berbuat apa apa, tuhan sudah berkehendak lain, kami turut berduka cita..kami permisi" ucap dokter lalu pergi.
Sang bunda kaku ditempat, sang ayah yang sedikit demi sedikit Mengeluarkan air mata, dan sang kakak yang sudah menangis, sedangkan hali, ia menunggu taufan untuk datang pada dirinya...

"Sudah siap?" Tanya hali
"Su-sudah.."
"Jangan gugup lah, santaii, kau akan bersamaku disana nanti.."
"Yakin?"
"Yap.kau tadi ingin buru buru pergi kan? Gilliran sudah waktunya, kau gugup...aneh.."
"Ehehe..ya sudahlah, ayo.."
"Ayo.."
Dan mereka pergi...

END!!!!!!!
AKHIRNYAAA MASYA ALLAHHH .
SELESAI JUGAK AKHIRNYAA...
WAAHH...
maaf ya, kalau gak nyambung, ata yang lainnya, dan author rencananya pengen buat lagi, buat cerita baru, jika kalian mau, boleh komen..
Terima kasih yaa...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kau milkkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang