7 - Kebetulan yang Terulang

9.6K 970 91
                                    

[edited]

ps : ini langsung copas dari ms word tanpa editing di wattpad, oleh karena itu tabulasi, cetak miring/ tebal... ilang semua.

**

"DEK, mau roti?"

Nadine menggeleng tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan di luar jendela mobil. Mama Nadine menghela napas dan memasukan kembali roti yang ia keluarkan ke dalam kantung plastik.

"Tadi di rumah nggak mau sarapan. Ntar kalo sakit gimana?" tanya Mama Nadine, Naren, khawatir.

"Aku nggak laper, Ma."

"Adek keliatan nggak semangat banget. Adek sakit?" tanya Papa Nadine dari balik kemudi, beliau melihat ke jok belakang tempat Nadine duduk lewak kaca di atas dashboard mobil.

"Nggak. Cuma lagi males aja."

"Tumben males. Biasanya kalo diajak ke Bandung kamu antusias banget," heran Naren.

"Adek ngantuk." Nadine meraih bantal berbentuk kepala doraemon. "Adek mau tidur, ntar bangungin kalo udah sampai," tambah Nadine. Dia memilih tidur daripada terus diinterogasi kedua orangtuanya. Lagi pula kemarin, semalaman dia nggak bisa tidur gara-gara kepikiran omongan Vita.

Mengingat nama Vita, dada Nadine jadi sesak.

Nadine memejamkan mata erat-erat, berusaha keras untuk tidak memikirkan masalah itu dulu dan beranjak tidur.

**

Tepat saat jarum panjang menunjuk angka dua belas dan jarum pendek menunjuk angka delapan. Mobil yang dikemudikan Felix, Papa Nadine, memasuki pekarangan sebuah rumah. Rumah yang didominasi cat abu-abu itu tampak ramai. Ada tiga mobil lain yang terparkir di depan sana.

"Dek, bangun, udah sampai," kata Naren membangunkan Nadine. Nadine menggeliat, matanya mengerjap. Masih setengah sadar, Nadine merubah posisinya menjadi duduk dan mengisik pelan kelopak matanya.

"Dek, ayo, turun!" ajak Felix, dia dan Naren sudah turun duluan.

Nadine menguap. Masih memeluk bantal Doraemonnya, Nadine membuka pintu mobil dan keluar dengan langkah terkantuk-kantuk.

"TETEH DIDIN!" Nadine menoleh, belum sempat melihat siapa yang memanggilnya, tubuh Nadine sudah ditabrak dan satu pelukan super erat ia terima. Nadine menguap.

"Angel, kangen, Teteh!" ucap anak kecil yang memeluk Nadine. Nadine membalas pelukan Angel dengan menepuk-nepuk kepala Angel. Dia bergumam tidak jelas sebagai tanggapan antusiasme Angel dengan mata terpejam. Nadine masih mengantuk.

"Angel, kamu dari mana aja?" pertanyaan dengan nada khawatir sekaligus panik itu keluar dari bibir Ibu Angel. Dia Theresa, adik Naren, tantenya Nadine. Theresa berjalan menghampiri Angel.

Angel melepaskan pelukannya pada Nadine. Nadine yang masih sangat mengantuk kehilangan keseimbangan. Dia buru-buru mencari sandaran. Lalu berdiri memeluk bantal Doraemonnya masih dengan mata terpejam.

Angel melompat-lompat riang di depan Theresa. "Tadi Angel main ke rumah Dedek Danis, terus baliknya dianter Kakak sepupunya Dedek Danis." Jari telunjuk Angel menunjuk cowok berkemeja kotak-kotak biru yang dijadikan sandaran Nadine. "Kak Iqbaal beliin Angel ice cream, Ma!" Tangan kanan Angel yang menjinjing kantong plastik bertuliskan nama salah satu minimarket terangkat. Memamerkan ice cream pemberiaan Iqbaal.

Mata Theresa tertuju ke arah yang Angel tunjuk. Seorang cowok seumuran Nadine yang kata Angel bernama Iqbaal tersenyum kikuk padanya.

"MASYAALLAH, NADINE, KAMU NGAPAIN NEMPEL-NEMPEL SAMA IQBAAL?!"

**

"Kak, Dedek Danisnya lucu banget, ya?"

Iqbaal tersenyum dan mengangguk menanggapi pertanyaan Angel. Gadis kecil yang tinggal di perkomplekan yang sama dengan Omnya, Benny. Rumahnya hanya berjarak dua blok dari sini.

Hari ini Iqbaal memang tidak masuk sekolah, dia sekeluarga mengunjungi kediaman Benny di Bandung. Selain untuk silaturahmi, Iqbaal juga ada sedikit urusan dengan Omnya itu.

"Angel main daritadi udah ijin sama Mama belum?" Ibu Danis datang membawa sebotol susu. Danis yang duduk di pangkuan Iqbaal bergerak-gerak, tangannya meraih-raih udara kosong. Atau lebih tepatnya ingin meraih botol berisi susu formula yang dibawa Ibunya.

Angel nyengir, dia menggeleng.

"Dedek Danisnya mau bobo siang dulu. Angel pulang, ya. Besok main lagi," kata Ibu Danis lembut.

Angel manyun, tak urung dia mengangguk juga.

Ibu Danis mengambil alih Danis. Anak itu langsung menggeliat-geliat kegirangan.

"Oh ya, Baal. Tolong beliin kecap di minimarket deket perempatan ya?"

Iqbaal mengangguk, dia bangkit berdiri dan berjalan menuju meja.

"Kak, Angel ikut boleh?" pinta Angel penuh harap.

Iqbaal menoleh. "Boleh," jawab Iqbaal sebelum memakai masker. "nanti Kakak anterin sekalian."

**

"Ada acara apa, Ngel? Rumah kamu kok rame banget?" tanya Iqbaal. Melepaskan masker yang tadi dia pakai, Iqbaal meletakan masker itu diruangan kecil di bawah stang motor.

Motor matic yang Iqbaal naiki sudah berhenti di depan gerbang rumah Angel. Di dalam sana ada tiga mobil yang terparkir rapi. Empat jika mobil yang baru saja berhenti itu masuk hitungan.

Angel melompat turun dari motor. "Ada arisan keluarga, Kak," jawab Angel menoleh ke arah Iqbaal dan tersenyum lebar. "Ayo Kak, masuk sebentar. Aku kenalin sama Mama aku!" ajak Angel, dia menarik tangan Iqbaal.

Beruntung Iqbaal sudah menyetandarkan motornya. Langkah terseret-seret Iqbaal mengikuti Angel.

"TETEH DIDIN!" Genggaman Angel pada tangan Angel terlepas. Dapat Iqbaal lihat Angel berlari kencang menghampiri cewek yang baru saja turun dari mobil. Cewek itu memeluk bantal Doraemon hingga menutupi sebagian wajahnya. Tanpa Iqbaal sadari kakinya bergerak mendekati cewek yang dipanggil Angel Teteh Didin itu.

"Angel, kangen, Teteh!" Angel sudah memeluk erat cewek tadi. Cewek itu menepuk-nepuk kepala Angel, bantal Doraemon yang menutupi wajahnya melorot membuat Iqbaal bisa melihat wajah cewek itu.

Dorongan untuk melotot dan membuka mulut lebar-lebar langsung Iqbaal rasakan.

Itu Nadine!

Iqbaal menahan diri. Dia berusaha menjaga ekspresinya untuk tetap tenang.

"Angel, kamu darimana aja?" Seorang wanita berhijab menghampiri Angel, dari raut wajahnya ia terlihat khawatir.

Angel melepaskan pelukannya pada Nadine. Dia menghampiri wanita tadi dengan langkah riang.

"Tadi Angel main ke rumah Dedek Danis, terus baliknya dianter Kakak sepupunya Dedek Danis."

Iqbaal tidak terlalu memperhatikan gerak-gerik Angel selanjutnya. Beban berat yang menimpa bahunya mengalihkan perhatian Iqbaal. Iqbaal menoleh. Otaknya langsung blank. Jantungnya berdetak kencang, memukul-mukul rongga dadanya.

"Kak Iqbaal beliin Angel ice cream, Ma!" pekikan antusias Angel menarik perhatian Iqbaal lagi. Sejenak Iqbaal mengalihkan pandangan dari Nadine. Ketika dirinya beradu pandang dengan wanita –yang sepertinya Ibu Angel, Iqbaal tersenyum kikuk. Bingung mau nyapa atau ngomong apa.

"MASYAALLAH, NADINE, KAMU NGAPAIN NEMPEL-NEMPEL SAMA IQBAAL?!" teriakan heboh Ibu Angel membuat Nadine menggeliat.

Iqbaal melirik Nadine yang mulai mengerjap. Mata cewek itu terbuka setengah. Mereka beradu pandang. Nadine masih bersandar dipundak Iqbaal.

Our Distance After Backstreet (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang