Part 9

7.8K 541 0
                                    

"Bagaimana kak? Apa ada sidik jari yang ditemukan?" Kelly memasuki ruangan detectivenya. Sudah ada Karel dan beberapa body duard lainnya disana. Lagi-lagi Kelly terlambat. Saat ini Kelly sudah menggunakan sebuah gaun berwarna biru langit dengan aksen yang sederhana. Wedges yang berwarna seperti kayu jati dan sebuah pita yang bertengger dirambutnya. Kelly sebelumnya sempat terbingunh. Kenapa lemari pakaiannya berisi gaun semua dan sepatunya hilang entah kemana digantikan dengan flatshoes, wedges dan high heels.

"Sepertinya pelaku itu terlalu pintar untuk meninggalkan sidik jari." Karel menggeleng pelan. Kelly menghembuskan nafasnya. Harapan Kelly adalah agar mudah mencari tanda-tanda. Seperti kata Karel, pelaku itu terlalu pintar untuk meninggalkan jejak yang mudah diketahui. Sepertinya pelaku ini sudah berpengalaman.

"Tetapi aku mendapatkan sehelai rambut tersangkut di bom itu. Mungkin kita bisa mencari DNA orang yang melakukan pengeboman. Kemungkinan besar perempuan." Karel mengetuk-ketukan pulpen yang ada ditangannya keatas meja yang ada dihadapannya sambil berfikir.

"Apa iya seorang wanita bisa-,"ucapan Kellu terputus.

"Nona Kelly, " Kelly menoleh menatap salah seorang body guard yang memanggilnya diambang pintu. Ruangan ini hanya boleh dimasuki oleh para body guard. Jika terlihat seseorang selain body guard memasuki ruangan ini akan diberi sanksi.

"Ya, ada apa?" Kelly berjalan menghampiri body guard itu.

"Kau dipanggil oleh tuan muda Iqbaal."

"Baiklah. Karel aku duluan." Karel hanya berdeham dan fokus dengan komputernya. Kelly berjalan menjauhi ruangan detectivenya. Kelly tersenyum menjawab sapaan maid-maid yang melewati dirinya. Kelly merasa tubuhnya sangat lelah dan banyak fikiran yang menghantuinya, tetapi ini kerjaan Kelly dan Kelly harus menanggung resikonya.

"Ada apa tuan muda?" Kelly sedikit membungkukan badannya saat sudah berada didepan Iqbaal yang masih di ruang makan bersama keluarganya. Keluarga Iqbaal tidak terbingung dengan pakaian Kelly karena itu semua sudah persetujuan keluarga besar Dhiafakhri.

"Begini, hari ini Iqbaal akan memulai bekerja dan langsung berkeliling mall untuk mereview keadaan mall DR Group. Apa kau bisa menjaga Iqbaal selama disana? Dan bawa anak buah kepercayaanmu." Rike menjelaskan semuanya. Iqbaal masih fokus dengan makanannya. Dan Hery sudah pergi ke kantor untuk mengurus sesuatu.

"Tentu saya bisa. Saya akan menjaga tuan muda sebaik mungkin." Kelly menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Kepalanya terasa sangat pusing. Kelly baru ingat, kemarin malam belum makan. Kelly memegang lengannya yang terjahit, terasa begitu sakit. Iqbaal langsung menoleh menatap Kelly yang meringis.

"Kamu bisa suruh sopir untuk menyiapkan mobil dan suruh body guard kepercayaanmu stay di mobil"

"Baik." Kelly berjalan perlahan meninggalkan ruang makan. Sampai di ruang body guard, Kelly langsung duduk disalah satu kursi yang tersedia dan memanggil Karel yang duduk dengan santainya memutar kursi kerjanya.

"Karel, aku meminta tolong padamu agar menyuruh 2 orang body guard terbaik untuk menjaga tuan muda.. shh.. saat ke mall DR Grup nanti. Shhh" Kelly melihat baju disekitar lengannya terdapat sedikit bercak darah. Apa jahitannya terlepas? Kelly harap tidak. Kelly menggigit bibir bawahnya dan memejamkan matanya, menahan rasa sakit yang melandanya.

"Kau kenapa?" Karel yang terlihat panik dengan keadaan Kelly langsung menghampiri Kelly. Kelly menggeleng kecil menatap Karel.

"Aku tidak apa-apa. Cepatlah!" Karel mengangguk dan menghubungi dua orang body guard kepercayaannya. Saat Kelly rasa Karel sudah keluar, Kelly mengunci pintu dan melihat luka dilengannya. Lukanya sedikit menganga. Kelly mengambil kotak p3k yang ada diruangan itu untuk mengobati lukanya walau harus meringis berkali-kali.

"Kell, buka pintunya semuanya sudah siap." Suara Karel mengetuk pintu terdengar saat Kelly selesai membereskan kotak p3k. Tepat waktu. Kelly segera berteriak 'ya' dan membuka pintu seolah tidak terjadi apa-apa. Kelly menutup pintu dan berjalan melewati Karel menuju teras rumah.

***
Kelly baru saja membuka pintu mobil dan tangannya sudah ditarik oleh Iqbaal untuk duduk disebelahnya. Kelly duduk dengan memberi jarak dengan Iqbaal. Iqbaal mendekatkan tubuhnya kepada Kelly dan mobil mulai berjalan. Kelly menghembuskan nafasnya. Iqbaal langsung merangkul Kelly dan menyandarkan kepalanya dibahu Kelly dan memejamkan matanya.

"Jangan coba-coba menjauh dariku." Baru saja Kelly ingin menggeser tubuhnya suara Iqbaal terdengar, masih dengan mata terpejamnya. Kelly mendengus kesal dan menatap keluar jendela. Sudah lama rasanya dia seperti ini bersama Iqbaal yang manja. Bahkan lebih manja dari seorang bayi yang ingin dibelikan mainan.

***
Sudah sampai di parkiran mall. Body guard membukakan pintu untuk Kelly dan Iqbaal. Kelly dan Iqbaal sudah seperti Mr dan Mrs Dhiafakhri. Kelly hanya pasrah saat Iqbaal menggenggam tanganya erat. Apakah Iqbaal lupa jika dirinya akan menikah dengan Cassie, bukan dengan Kelly yang hanya seorang maid? Eh, sekarang Kelly adalah seorang body guard cantik.

"Kenapa kau tidak mengajak sekertarismu?" Kelly masih setia berjalan disebelah Iqbaal sembari menundukan kepalanya. Sebenarnya Kelly risih ditatap oleh para sales, spg, manajer ataupun pengunjung yang berada di mall itu. Kelly tau jika yang ditatap bukan dirinya melainkan ketampanan yang dimiliki oleh Iqbaal, tetapi Kelly risih jika seperti ini dikeramaian orang.

Tiba-tiba suara rusuh terdengar dari utara. Sampainya disana terlihat dilantai bawah ada seorang pria yang berlumuran darah terkapar dilantai. Sepertinya ada sesuatu. Tidak mungkin orang itu jatuh begitu saja. Kelly dapat melihat seseorang berjaket hitam dan menggunakan kacamata hitam serta masker wajah berusaha menghindari keramaian.

Bersambung...

Tuan Muda IqbaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang