BAB 4 RASA ITU MULAI MUNCUL

139 5 0
                                    

Siang yang indah membuatku berjalan melewati rorong asrama pesantren yang sunyi dengan pesasaan yang campur aduk tidak menentu akhirnya aku dapat bertemu dengan sahabat kecilku. Aku tanpa henti berjalan dan membayangkan masa kecilku betapa indahnya, sembari aku mengingat masa kecilku terlintas dipikiranku kata-kata Azzam yang menceritakan tentang sahabat.

Ya allah kenapa aku mengingat Azzam? Astafiruwllah Alma sadar pintaku dalam hati.

Aku terus berjalan tepat didepan kamar Mira dan Alwa aku mengingat dan berhenti kalau aku harus mengajar hadis di kelas mereka, terburu-burunya aku ke kelas mereka di tengah lapangan BRUK.... Aku terjatuh tepat didekat batu besar yang membuat kakiku keseleo entah siapa yang aku tabrak, aku tak sadar dengan sikap terburu-buruku tadi dan membuatku harus terjatuh dan aku menabrak Azzam. Azzam melihatku dengan bingung karna tidak ada siap-siap kecuali aku dan dia dan dia pun mau menolongku tetapi kita bukanlah mukhrim.

"Alme,,,,Ya Allah bagaimana ini kita bukan mukhrim bagaimana saya mau menolong kamu, disini hanya ada kita berdua " katanya dengan sikap yang bingung dan cemas

"Aduh... sakit" kataku menahan sakit dikaki dan memegang kakiku

"Alme saya cari batuan dulu kamu tunggu disini"katanya meyakinkanku

Aku tinggalnya dengan kondisi yang menahan rasa sakit dikaki, sehingga membuatku tidak bisa berjalan dengan baik. Azzam panic mencari batuan terutama dia harus mencari Hafiz kalau tidak santri atau guru putri yang bisa membantu. Azzam pun bertemu dengan Hafiz didepan kelas yang baru saja Hafiz ajar.

"Fiz, kamu ikut Mas bentar iya?" kata Azzam terburu-buru menarik tangan Hafiz

"Eee.. bentar-bentar Mas ada apa? Jangan buru-buru gini dong?" kata Hafiz heran melihat Azzam

"Mbak kamu" Azzam binggung menjelaskannay

"Mbak? Mbak kenapa Mas?" Tanya Hafiz heran

"Mbak kamu tadi terjatuh ketika kami sama-sama terburu-buru" kata Azzam menjelaskan

"Ya Allah,,, Jadi Mbak dimana? Ayo kita kesana" kata Hafiz penasaran

"Iya ayo, Mbak kamu di tengah lapangan santri putrid" kata Azzam

Mereka berdua bergegas menuju ke tempatku, dengan kepanikan Hafiz yang anah aku merasakan kalau adikku ini sangat perduli dengan kakaknya sendiri luar biasa adikku.

"Mbak-mbak tidak apa-apa?" kata Hafiz panic

"Iya Mbak tidak apa-apa, kamu jangan panik kalau kamu panik mbak malah bingung" kataku menenangkan Hafiz dan menahan sakit

"Ayo mbak biar Hafiz bantu ke rumah, Mas Azzam tolong panggil Bapak iya?" kata Hafiz manta tolong dan membawaku ke rumah

Setiba dirumah, kakiku dipijit Hafiz dengan perlahan dan sambil menunggu Bapak, ditempat lain Azzam menemui Kiai yang sedang berbincang-bincang dengan Mas Fadil

"Assalamuallaikum, Pak" kata Azzam

"Waalaikumsallam" kata Bapak dan Mas Fadil

"Maaf permisi pak, Alme jatu tadi di asrama santri putri" kata Azzam menjelaskan dengn sopan

"Masyaallah, ndok kok bisa? Gimana ceritanya" kata bapak panik

"Iya, gimana bisa Zam?" Tanya Mas Fadil bingung

Azzam pun menjelaskan apa yang terjadi tadi kepada Bapak dan Mas fadil. Setelah menjelaskan Azzam mengajak Bapak ke rumah untuk melihat Alwa yang kesakitan. Mereka bertigapun berjalan menuju rumah.

"Eee... Kiai ada apa kok terburu-buru" Tanya Iqa sembari memberhentikan jalan mereka bertiga

"Begini Iqa, Alme tadi jatuh, Bapak mau ke rumah dulu kamu ajak Ode sama Nai kerumah iya? Untuk membantu Bapak" kata Bapak memohon

"ng'ge pak, nanti saya, Ode, dan Nai ke rumah" kata Iqa sembari berpamitan dan menuju ke kamar untuk memanggil Ode dan Nai.

Bapak, Mas Fadil, dan Azzam tiba dirumah dan menjumpai aku yang sedang berbaring menahan rasa sakit. Aku menjelaskan ke Bapak agar Bapak tidak salah faham. Datanglah Nai, Ode dan Iqa ke rumahku mereka membantuku untuk beraktifitas karna aku tidak bisa berjalan. Berita aku jatuh sudah menyebar ke seluruh isi pesantren. Para santri pun kaget mereka memenuhi rumahku. Padahal aku tidak apa-apa malahan aku jadi ngerepotin yang lain dengan kondisiku yang seperti ini.

"Usatad-Ustad?" kata Mira menanggil Ustad Dullah yang akan masuk kerumahku

"Ada apa kamu manggil saya?" Tanya Ustad Dullah melihat Mira memanggil

"Ustad mau ngapain?" kata Mira

"Iya Mau melihat dek Alma lah" kata Ustad Dullah

"Ustad jangan masuk kalau Ustad masuk entar Ustad mengganggu Mbak Alma" kata Mira mengejek Ustad Dullah

"Enak saja kamu, sampean kalau ngomong tu di jaga kalau tidak ada saya pasti Alma tambah kesakitan" kata Alwa menyindir

Tanpa mengihiraukan kata-kata Alwa dan Mira yang mengejeknya Ustad Dullah meninggalkan mereka dan masuk kerumah.

"Dek, kamu nggak apa-apa toh dek?" kata Ustad Dullah perhatian

"Iya tidak apa-apa Ustad"kataku

Santri yang lain bergantian masuk untuk melihatku dan datanglah Hafiz yang tadi mengambil air di dapur untuku.

"Eh.. ada Ode Assalamuallaikum Ode?" kata Hafiz melihat Ode yang hari itu manis sekali

"Eee... bentar, kok hanya Ode saja?" Tanya Bapak dengan sikap Hafiz yang aneh

"Hafiz,,, kamu itu sebenarnya pilih yang mana? Ode atau Ega? Kamu ini harus tegas dong jangan PHP kata anak gaul zaman sekarang, hahaha..." kata Mas Fadil merangkul Hafiz

"Saya bukan PHP tapi wanita yang PHPin saya mas" kata Hafiz melepas ranggulan Mas Fadil

" Kenapa wanita? Iya karna wanita itu susah ditebak, hahaha..." kata Hafiz dengan bangganya

Santripun terus berdatangan tanpa henti sampai malam, begitulah pesantren kami ketika ada yang sakit atau terkena musibah lainnya dan solidiritas kami yang kuat. Aku tidak bisa sholat berjamaah di musolah. Memang ini bukan mauku tapi apa boleh dikata karna kecerobohanku, aku harus tanggung akibatnya sendiri. Aku merenung dikamar dan terfikir bahwa.Aku mengingat Azzam yang tadi panik karna melihatku kesakitan luar biasa

Apa aku jatuh cinta sama Azzam? tapi mana mungkin Azzam suka juga denganku. Ah... aku pikirin apaan sih aneh banget, kataku dalam hati

Ditempat yang berbeda Azzam pun juga memikirkanku

Bagaimana keadaan Alma ya? Aku khawatir dia kenapa-napa, gara-garaku tadi dia jadi terjatuh betapa cerobohnya aku, mudamudahan saja dia tidak apa-apa dan besok pagi bisa beraktifitas lagi, hmm... kenapa aku kawatir sama Alma? Kan dia bukan siap-siapku iya si memang aku tadi salah, iya walaupun bukan salahku sepenuhnya, tapi kok tadi beda banget ya perasaanku tidak menentu, apa mungkin aku ada rasa sama dia?

Kami sama-sama memikirkan perasaan kami yang tidak menentu entah kami saling suka atau tidak yang jelas kami punya rasa yang berbeda dengan rasa teman yang lainnya. Iya.. ini rasa cinta yang perlahan tumbuh. Hanya waktu yang akan menjawabnya sepertinya RASA ITU MULAI MUNCUL.

�C6Q��}


INI BELUM ENDING MASIH PANJANG JADI JANGAN KEMANA-MANA TUNGGU KISAH SELANJUTNYA



CINTAKU KUMULAI DENGAN بسم اللهTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang