Tiga

289 12 2
                                    

"Oh--oh iya, teh ya, oke gue ke dapur dulu," kata Sheila segera meninggalkan Duta.

*

Ini hari apa? Hari Sabtu kan? Wah kok jadi hari tersial bagi Sheila sih? Udah lah pagi-pagi mesti galau melihat Duta meng-upload fotonya bersama pacar barunya. Tambah lagi, ternyata cowok itu udah bertamu kerumahnya. Dan sekarang, Sheila dipaksa ikut Eross dan Duta.

Selesai Eross mandi, dia malah memaksa adiknya itu untuk mandi dan siap-siap. Katanya disuruh ikut bareng dia dan Duta entah kemana.

"Gak mau! Gue gak mau, mau kemana sih?" kata Sheila duduk di depan tv. Peduli amat disitu ada Duta yang melihat Sheila lagi ditarik-tarik kakinya oleh Eross. Sheila gak rela weekend santainya ini dirampas sama dua cowok ganteng itu. Ya, menurut kebanyakan cewek mah, kapan lagi kan diajak dua cowok ganteng buat jalan-jalan di weekend gini.

"Oke, Ross bilang aja sih mau kemana," kata Duta santai.

"Oke oke! Temenin gue ama Duta nyari kado. Tuh, pacarnya Duta entar malam bakal ulang tahun. Kita butuh cewek buat milihin kadonya apaan. Kita mana ngerti selera cewek," kata Eross.

Wajah Sheila menegang, dan dia malah diam dengan tatapan kosong.

What the hell, dia harus menemani Duta mencari kado buat pacarnya? Kurang sakit apa lagi sih?

"Woi, malah ngelamun lo. Cepetan mandi," kata Eross. Akhirnya Sheila bangkit lalu menuju kamarnya.

"Gitu dong, orang nanyain kemana aja , apa susahnya jawab sih?" kata Sheila sebal. Ya, sebal karena ceweknya Duta yang bakal ulang tahun nanti malam.

*

"Ini bagus gak sih Sheil?" kata Duta memperlihatkan boneka beruang berwarna cokelat keemasan.

"Boneka. Cewek kalo ulang tahun dan dikasih boneka, itu udah klise banget. Udah biasa," kata Sheila.

Duta meletakkan boneka itu. Selanjutnya Sheila tidak lagi mengikuti kemana Duta melangkah. Matanya terkunci pada sebuah gelang rantai dengan mainan liontin kupu-kupu berwarna perak. Indah banget deh.

"Lo suka itu? Bagus juga," kata Duta yang tiba-tiba ada disamping Sheila. Sheila kaget sekali.

"I--iya bagus banget. Keren," kata Sheila polos.

Duta memanggil pelayan yang ada di toko serba cewek itu. Dan pelayan itu datang. "Saya mau yang ini ya mbak," kata Duta meminta mbak-mbak pelayan itu untuk mengambilkan gelang yang Sheila puja-puja.

Sheila tertegun, apa Duta akan membelikan gelang itu buat dia? Hah? Serius ini?

"Wah keren juga kalo jadi kado ulang tahunnya Vionna," kata Duta sambil menyebut nama pacarnya yang akan ulang tahun nanti malam itu.

Seketika senyum Sheila pudar. Sesak. Sakit. Perih. Apa lagi sih ini? Aduh Sheila harusnya tahu, kalo mereka kesini mencari kado buat Vionna, bukan untuk nya.

"Udah dapet Dut? Ayo, gue laper nih," kata Eross yang sedari tadi menunggu di luar toko. Duta mengangguk, lalu berjalan menuju kasir. Sheila hanya melengos pergi mengikuti Eross yang sudah berjalan duluan.

Capek!

*

Sheila membanting pintu kamarnya. Ia marah. Ia benci. Pokoknya Sheila sebal setengah mampus! Gelang yang Sheila puja-puja itu malah dijadiin kado buat pacarnya. Dasar ya, cowok itu gak punya hati. Jahat banget. Sheila menghempas badannya ke ranjang empuk itu. Ia membenamkan wajahnya di bantal. Sheila menangis.

"Huaaaaa!" jeritnya, untung saja wajahnya dibenamkan di bantal sehingga suara jelek nya saat menangis tak terdengar.

Kenapa sih Duta sejahat ini? Kenapa juga Sheila harus suka sama cowok tua itu? Ya enggak tua tua banget lah. Cukup lah buat cewek seumuran Sheila. Tapi, ya sudahlah, Sheila sekarang lagi kesal. Semuanya jadi hancur, ini weekend yang harusnya jadi hari terbaik yang Sheila punya. Seharusnya Sheila bisa tidur nyenyak, tapi karena peristiwa tadi? Sheila sendiri gak yakin bisa berhenti menangis.

"Sheilaaaaa! Buka pintunya, lo ngapain sih?" Terdengar suara Eross memanggil Sheila sambil menggedor-gedor pintu kamar Sheila. Buru-buru Sheila mengusap pipinya yang basah dan memerah. Ah hancur banget, bakalan diledek Bang Eross nih.

"Apaan sih? Gue baru aja memejamkan mata buat tidur!" kata Sheila sebal. Eross cuma meringis melihat wajah kusut, kucel dan... Sembab?

"Lo nangis?" kata Eross memegang wajah adiknya dengan dua tangan nya.

"Apaan sih? Gue kan udah bilang, gue hampir tertidur dan lo ganggu! Apa sih, kenapa manggil-manggil gue?" kata Sheila masih dengan nada sebal.

"Nih," kata Eross menyodorkan sebuah kotak persegi berwarna perak dengan pita emas di atasnya.

Sheila mengernyitkan dahinya. "Apaan nih?" kata Sheila heran. Ya, kali ini apaan sih?

"Ini dari Duta. Dia bilang tadi, dia ngeliat lo lagi mandangin gelang-gelang gitu. Dan Duta beliin ini buat lo. Tadi, dia gak sempat ngasih karena lo keburu masuk ke rumah," jelas Eross.

Mata Sheila terbelalak, masa sih? Sumpah? Beneran ini?

"Udah, jangan baper. Gue ingetin ya, Sheil. Lo gak boleh baper. Gue lihat gejala-gejala, Duta sama lo bakal deket. Ya boleh deh deket, tapi lo jangan baper pokoknya! Jangan pernah suka sama Duta!'' perintah Eross saat melihat Sheila senyum-senyum gak jelas.

"Enggak. Gue gak baper. Gue cuma bahagia, gelang ini keren banget. Dan Duta beliin buat gue. Baik banget gak sih? Gak kayak lo, pelit!" ujar Sheila.

"Tunggu, sejak kapan lo manggil Duta tanpa embel-embel 'kak'?" tanya Eross. Sheila mendelik sebal ke arah kakaknya itu.

"Ya tadi, gue dilarang manggil 'kak' ke dia. Sewot banget sih lo," kata Sheila lalu menutup pintu kamarnya.

"Inget, jangan baper!" teriak Eross dari luar. Membuyarkan semua senyum dan khayalan indahnya.

*

Linda heran melihat Sheila yang datang dengan senyuman merekah di wajahnya. Menghampiri Linda yang berkutat dengan bukunya. Apa Sheila begitu senang dengan ujian yang bakal dihadapi nanti? Ya, mungkin karena Sheila termasuk orang yang otaknya encer.

"Gue takut lihat lo, Sheil," kata Linda dengan tatapan horror. Sheila cuma mendengus kesal. Lalu memainkan pergelangan tangannya di depan mata Linda. Niatnya ingin memamerkan gelang pemberian Duta.

"Bahkan gue tahu lo bukan anak-anak yang bahagia dikasih gelang," kata Linda semakin risih. Tapi, tetap Sheila memainkan pergelangan tangannya di depan wajah Linda.

"Oke, gue akuin, Sheil. Gelangnya keren!" kata Linda lagi.

"Tanya dong, siapa yang beliin," kata Sheila lalu duduk dengan normal--tidak lagi memamerkan gelang itu.

"Emang siapa?" tanya Linda.

"Du-ta!" kata Sheila dengan perlahan seolah mengeja nama cowok itu.

"Kyaaaaaa! Serius lo? Wahhh!" kata Linda histeris. Sheila hanya tersenyum lebar.

"Gimana bisa sih Sheil?" kata Linda lagi.

"Ya, sebenarnya agak miris sih, Lin. Masa pagi Sabtu itu gue dipaksa ikut Bang Eross dan Duta buat nyari kado. Dan lo tau, kado buat Kak Vionna, pacarnya Duta!" kata Sheila dengan wajah kusut. Kusut banget, sampai dahinya berkerut tujuh.

"Hah? Kakak yang cantik, yang fotonya diupload di Instagramnya Kak Duta?" tanya Linda.

"Iya, nyebelin banget gak sih s
Si Duta itu," kata Sheila.

"Lo gak manggil Kak Duta dengan embel-embel 'kak'?" tanya Linda heran.

"Enggak. Duta yang minta," jawab Sheila santai.

"Fix! Kak Duta pasti mau deketin lo," kata Linda. Ngasal aja nih anak!

"Enggak mungkin Lin, Duta itu udah satu bulan sama Kak Vionna. Dia kayaknya sayang banget sama Kak Vionna. Udah deh, gue tahu dimana batas buat gue bermimpi," kata Sheila.

Lalu obrolan mereka berakhir saat jam mata kuliah dengan dosen killer itu sudah tiba.

Yaaa, Sheila tahu kok sampai mana batas dia buat bermimpi.
Yaa, bahkan Sheila beraninya CUMA bermimpi.

***

Pemuja RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang