Empat

68 5 1
                                    


"Dek bangun. Ada temenmu di luar" Ketiga kalinya suara elek khas kakakku masuk gendang telinga. Tapi siapa peduli? Ini hari libur, dan siapa suruh menganggu Aditya sang kebo.

Aku masih tetap memejamkan mata, berusaha tak terusik dengan suara-suara yang menghancurkan konsentrasi tidurku. Sampai tiba-tiba, aku merasa selimutku di tarik paksa, gulingku ikut serta. Lalu "Kak Adyit bangunn" Tes. Dahiku berkerut ketika merasakan ada cairan di sana, apa di luar hujan dan kamarku bocor? Tapi mana mungkin. Apa mungkin ac-nya bocor? Seingatku letak ac bukan di atasku. Cukup lama berpikir sampai aku menemukan kenyataan pahit. Bahwa cairan yang berada di dahiku berasal dari seorang bocah. Dimana saat membuka mata, bocah ini tengah duduk di sampingku dengan senyum konyol dan coklat meluber di bibirnya.

Refleks aku bangkit dan berlari kewastafel terdekat. Membasuh wajahku secepat kilat untuk menghapus cairan kental bercampur saliva adik sepupuku. Sepintas aku melihat adik dan kakak perempuanku tertawa terbahak-bahak. Ah sial, ini pasti ulah mereka. Awas saja kalian.

Setelah selesai dengan acara mensucikan dahi dari cairan nista. Aku berniat untuk melanjutkan tidur yang sempat terganggu, tapi sebelum niatku terlaksana, sebuah suara lagi-lagi mengagalkan. "Temenmu ada di luar" Lalu, aku harus apa? "Sudah nunggu dari tadi" Ya lalu? Aku menatap datar pasangan muda dihadapanku. "Ya Tuhan, Adit kenapa masih disitu? Cepet ditemuin, kasian." Oh ya ide bagus, aku harus menemui mereka dan menyuruh mereka pulang agar aku dapat melanjutkan tidur. Tumben sepupuku ini pintar.

Aku nyaris melotot sempurna ketika mendapati segerombolan manusia beserta armadanya tengah berada disana, di halaman depan rumah. Membuat halaman rumah tampak sangat amat sempit. Oh God!

"Adit"

Mataku menatap horor sosok-sosok yang meneriakkan namaku bersamaan. Ya Tuhan mimpi apa aku semalam, mengapa di pagi indah ini Kau hadihkan hambamu monster-monster mengerikan.

**

Aku bernafas lega, mengetahui manusia-manusia yang memakai label "Teman Adit" telah pulang keperadaban. Kulirik jam dinding, menunjukan pukul empat siang. Oh bagus, jadi aku sudah melewatkan jam tidur siang di hari libur? Dan kabar bahagianya, orang-orang rumah keluar. Baiklah, anggap ini sebagai sisa waktu membahagiakan di hari libur. Tanpa perlu menunggu lagi, bergegas aku menuju ruang pribadi. Bersemedi di sana.

Mataku terpejam, mencoba mencari kenyamanan untuk beristirahat. Semenit, dua menit rasa kantuk tak kunjung datang menghampiri. Kubalik posisi tubuhku menghadap jendela, mencoba mencari kenyamanan lain, begitu seterusnya tapi nihil. Sepertinya rasa kantuk murka padaku, Ck! Akhirnya kuputuskan untuk ke pantry mencari makanan berjenis apapun.

Aku menemukan beberapa snack, yang memang selalu disedikan oleh ibu. Mengingat anak tengahnya selalu kelaparan tanpa tahu waktu. Jadi setidaknya aku tidak perlu repot-repot bersepeda kedepan gang hanya untuk membeli snack. Kupilih ruang tengah sebagai tempat bersantai sore, tak lupa menyalakan televisi.

Biasanya sore-sore begini, Alya–adik perempuanku dan kak Agil akan beradu mulut untuk menguasai televisi. Kadang salah satu dari mereka ada yang mengalah, dan menurut. Tapi kadang tidak ada yang mengalah, hingga suara ayah atau ibu pun terdengar. Aku? Tentu saja menjadi penonton setia yang tak pernah absen. Mengingat mereka, membuatku tersadar. Ini sudah pukul lima sore, mereka belum kembali. Ah Ya Tuhan, apa yang sebenarnya mereka lakukan di luar sana? Apa mereka lupa ada salah satu anggota keluarga yang tertinggal di rumah? Nasibku saat ini benar-benar mirip seperti apa yang sedang kutonton, Home Alone 2.

***

Senin adalah hari yang sangat panjang dan melelahkan. Panjang karena mulai hari ini jam belajar akan ditambah. Melelahkan? Karena diawali oleh upacara hari pertama setelah libur. Begitu kira-kira ungkapan hari senin versi anak kelas 8.

Tapi sepertinya ungkapan itu tidak untukku. Senin merupakan hari paling menguntungkan dengan adanya upacara bendera. Menguntungkan karna akan ada pemotongan waktu di setiap jam pelajaran. Selain itu, senin selalu identik dengan rapat. Jadi akan ada kesempatan dimana kau bisa merasakan membeli makanan diantrian pertama.

Seperti itulah sekarang yang terjadi. Guru sedang rapat di luar sekolah, bebas tugas. Ini merupakan hadiah khusus untuk kami di awal minggu.

Tentunya aku dan teman-teman tidak akan membuang waktu sia-sia, kami bergegas ke kantin membeli makanan secukupnya dan kembali ke kelas. Kenapa kami tidak makan di taman? Jawabannya karena mulai dari hari ini, keadaan sekolah diperketat. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang ketahuan bolos dijam pelajaran semester kemarin.

Aku duduk dibangu kelas sambil memakan snack yang telah ku beli tadi, masih dengan tanpa memperhatikan teman-teman yang sedang berceloteh ria. Sebagian dari mereka tidak kukenal, ya karena mereka adalah wajah-wajah baru. Itu karena disekolahku setiap kenaikan kelas, akan mendapatkan teman yang berbeda, bagi yang beruntung mereka akan mendapatkan teman yang sama tapi mungkin hanya satu atau dua. Dikelasku ini, aku lumayan mengenal sebagian dari mereka. Tapi tetap saja aku kurang nyaman untuk berbaur dengan mereka, ya karena mereka masih baru.

"Mel, Dava kelas 8.1 kan?" Mendengar nama orang yang ku sukai, pendengaranku menanjam.

"Iya wi"

Oh jadi sekarang kelas Dava bersebelahan dengan kelasku. Tandanya setiap hari aku bisa memperhatikannya tanpa dia tahu. Good

***

All I ever think about is you
You got me hypnotized, so mesmerized

"Hati-hati kalau jalan Dav" Aku terkikik geli melihat gadis yang sedari tadi ku perhatikan. Dia tersandung kayu, andai saja teman-temannya tidak segera meolong mungkin dia akan mencium lantai. Ceroboh. 

Pipinya merah menahan malu, bagiku dia malah tampak sangat menggemaskan. Saking gemasnya aku sampai tidak sadar kalau Dava sudah menghilang, sepertinya dia masuk kelas. Padahal baru sebentar aku melihatnya, dia sudah pergi lagi. Kalau saja aku punya nyali untuk menyapanya, mungkin tidak akan terasa kosong seperti sekarang.

Aku berjalan gontai menuju lapangan, meneruskan latihan Peraturan Baris Berbaris. Sudah sejak 2 bulan lalu latihan ini berlangsung. Waktuku terbuang hanya untuk latihan, latihan dan latihan. Sampai waktu belajarku berkurang, bahkan seringnya hal wajib bagi siswa tersebut terabaikan. Lagi, rencana yang kubuat tidak berjalan mulus. Rencana untuk mengamati seorang Davanya Latief. 

Kadang setan-setan disekitar memintaku untuk menampakkan diri didepannya dan memperkenalkan diri bahwa aku, Aditya Baguswangsa adalah penggemar beratmu dan aku menyukaimu sejak pertama kali bertemu. Hell ya! Pasti Dava akan mengira aku ini sinting. Tentu aku tidak akan melakukan hal sebodoh dan setolot itu. Aku akan berpikir 1000 kali sebelum melakukannya. Mungkin . . .

"Adit lo denger gue gak sih!"

Lamunanku buyar ketika seorang perempuan berbadan tegap dan berkulit asli kuning langsat yang agak gosong memanggilku dengan nada tinggi. "Maaf Ri" Aku tersenyum sungkan karena ternyata sejak tadi dia berbicara padaku, sedangkan aku mengabaikan ucapannya dan memilih asyik dengan pikiranku sendiri. "Tadi lo ngomong apa?" Dia mendengus sebal dan berjalan menjauh dengan langkah besar-besar tanpa mau menjawab pertanyaanku. Aku hanya meringis karena diabaikan, tapi masa bodohlah. 

Ketika baru saja akan melangkah menuju lapangan, telingaku kembali mendengar suara teriakan khas laki-laki yang berasal dari tengah lapangan. Aku mengernyit heran melihatnya karena segerombolan anak Peraturan Baris Berbaris baik laki-laki maupun perempuan-hampir seluruh anak Peraturan Baris Berbaris sedang menuju kearahku. Kenapa mereka kemari? dilihat dari mimik wajahnya seperti ada masalah besar. 

"Dit, lo ngapain Riana?" Aku melongo mendengar pertanyaan Meta yang sama sekali tidak ku mengerti. Memangnya aku berbuat apa dengan Riana? Aku semakin binggung ketika anak-anak Peraturan Baris Berbaris menampilkan wajah 'kita dalam masalah besar'.

Nino menepuk bahuku dramatis dan mengucapkan kata-kata yang rasanya membuatku lemas seketika "Kita bakal latihan sampai sore". Disusul dengan pernyatan-pernyataan lain.

"You know, dia cewek super sensitif ketika menstruasi"

"Sedikit ga diperhatiin berubah moodnya"

"Sekarang dia ngambek ga mau latihan"

"Lombanya 1 bulan lagi"

Tolong pegang aku, rasanya mau pingsan.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang