Prolog

599 10 0
                                    

 Aku mencintainya, Davanya Latief.

Aku jatuh cinta kepada gadis yang sama sekali tidak kukenal. Aku sering melihatnya di sekolah, tapi entah mengapa aku sama sekali tidak memiliki keberanian untuk berbicara bahkan bertegur sapa pun aku tak punya keberanian, padahal dengan gadis lain aku bisa, malah berani menggoda. Cemen? Memang sepertinya kata itu pantas kusandang.

Aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Mungkin terdengar freak, namun begitulah.

Dia bukan gadis cantik dengan body seksi, bukan pula gadis populer dengan kepintaran di bidang akademis maupun non-akademis. Bukan juga dari keluarga kaya raya. Dia hanyalah gadis biasa dengan wajah pas-pasan, tubuh pendek, hidung pesek  argh... pokoknya jauh dari kata ideal. Otak? Seperti yang ku bilang tadi dia bukan anak pintar, dia jauh di bawah rata-rata IQ-ku. Bukannya aku sombong tapi ini memang faktanya, dia ada di bawahku, Sangat-sangat di bawahku. Tapi juga jangan mengira dia bodoh, walau dengan otak berkapasitas cukupan dia bisa lolos masuk SMP dan SMA terfavorit di kota kami, keren kan? Sepertinya faktor luck mendukungnya. Dan perlu kalian tau bahwa dia adalah gadis pendiam dan pemalu di sekolah.

Dari semua yang kutunjukkan, dia bukanlah tipeku. Tentu, pastinya tipeku adalah gadis cantik dengan kelebihan di bidang akademis atau non-akademis. Menurutku ini tak muluk-muluk toh ini sepadan dengan diriku, aku tampan, pintar di bidang akademis maupun non-akademis. Sekali lagi bukannya mau menyombongkan diri tapi memang begitu, aku tampan dan menawan. 

Namun sepertinya aku salah. Harus kuakui ungkapan yang berbunyi 'Cinta tak memandang wajah, derajat. Kaya miskin, buruk tampan' itu benar, Aku mencintainya. Berkali-kali aku mencoba menyangkal, namun hasilnya? Aku malah semakin mencintainya. Ck, sial!

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang