Jangan lupa lihat video An..
***
Menikah adalah sebuah pekerjaan, suami yang menjadi pekerjanya dan istri adalah tempat suami bekerja...
Aditya
Batal sudah acara kopi daratku hari ini dengan para srikandi. Setelah tadi mendapatkan tantangan dari gajah tua, maksudku dari calon mertua, pikiranku menjadi tidak menentu. Mau mengabarkan orang kampung rasanya kok takut. Trauma masa lalu masih sangat jelas terasa.
Yang waktu perempuan itu memaksa ingin mempercepat pernikahan sampai-sampai kedua orangtuaku terburu-buru datang, tapi kenyataannya aku gagal menikah.
Ya Allah jangan sampai itu terjadi lagi.
Akhirnya dengan berani aku berusaha menghubungi ibuku di kampung. Memang kurang sopan rasanya memberitahukan kabar penting ini lewat telepon, tapi waktu yang sudah kubuat sulit aku ulur kembali.
Kan tidak lucu minta dispensasi waktu.
"Assalamu'alaikum, Bu."
"Wa'alaikumsalam cah bagus. Pie kabarmu toh, Mas? Apik-apik wae?"
"Alhamdulillah Bu, Mas di sini baik."
"Kenapa toh tiba-tiba telepon Ibu?"
Benar aja, feeling ibuku memang kuat. Mungkin bukan ibuku saja yang seperti ini, semua ibu di dunia ini pasti punya ikatan batin sama anaknya kalau anaknya kenapa-napa.
"Bu, besok Ibu bisa ke Jakarta sama Bapak? Mas udah siapin tiket pesawat pagi." Kudengar suara napas rentan Ibu begitu jelas di telingaku.
"Mas, kamu ndak buat masalah kan? Ibu kok khawatir dengernya."
Kepalaku reflek menggeleng kuat.
"Jangan geleng-geleng dong Mas, Ibu kan ndak liat." Tapi kok Ibu bisa tahu aku geleng-geleng.
"Nanti Mas jelasin kalau Ibu sama Bapak udah sampai Jakarta."
"Yowes, Ibu sama Bapak siap-siap dulu."
Selepas mengucap salam, kurebahkan tubuh ini di atas ranjang apartemen yang setia menemaniku beberapa tahun ini.
"Mudah-mudahan ini pilihan tepat," gumamku sambil menatap langit-langit kamar.
*****
Langkah kaki ini terburu-buru. Bahkan berkali-kali hampir saja tersungkur. Kalau sudah gugup aku selalu seperti ini. Alih-alih mau jemput Ibu sama Bapak pagi-pagi, tahu-tahunya aku kesiangan. Gara-gara semalaman wajah An mengganggu pikiranku terus.
Cepet-cepet halalin dia deh, rasanya tidak bisa ditahan lagi. Berharap setiap bangun tidur wajahnya lah yang pertama kali kulihat.
Hm, mengkhayal memang enak. Tapi masalahnya bagaimana caranya aku menjelaskan pada Bapak dan Ibu? Mereka pasti kaget, anak perjakanya mau melepas masa lajang.
"Assalamu'alaikum, Bu." Kupeluk tubuh rentan Ibu yang tingginya hanya sebatas dada. Ya Allah, Ibuku sudah tua sekali. Tapi lihat aku, apa aku sudah berhasil membahagiakannya?
"Wa'alaikumsalam Mas, kamu gimana sih? Bilangnya mau jemput Ibu pagi-pagi, kamu ndak lihat ini jam berapa?" gerutunya kesal. Ya ampun maafkan anakmu ini Bu, tolong jangan marah-marah lagi.
"Maafin Mas, Mas kesiangan," cengirku dengan wajah tak berdosa. Lalu kuhampiri Bapak yang memandangku dari atas sampai bawah.
Memangnya ada apa dengan gaya pakaianku?
KAMU SEDANG MEMBACA
InstaLOVE
RomanceSiapa bilang sesuatu yang berawal dari dunia maya tidak bisa menjadi nyata? ____________ REPOST ULANG. Cerita pernah selesai di tahun 2016