My Angel

7.7K 430 21
                                    


Suara itu terdengar mengancam dan terdengar nyata. Bagaimana ia bisa dengan jelas mendengarnya, sedangkan Miller yang di depannya terlihat santai, seperti tak peduli dengan lingkungan disekitarnya. Tubuh Ahran bergetar. Suhu tubuhnya menjadi dingin. Padahal jaket tebal Miller masih melekat di tubuhnya, aneh rasanya. Ia mempercepat langkah kakinya mendahului Miller yang mengangkat alisnya

"Hey hey jangan terburu-buru nona,"

Ahran menoleh menjulurkan lidahnya,"Terserahku!"

"Wanita jadi-jadian,"

"Tutup mulutmu tuan Miller!"bentak Ahran

Miller memilih bungkam. Ia mendahului Ahran. Ia tak menyangka bisa akrab dengan Ahran. Ia memang cantik dan polos. Pasti semua lelaki akan mendambakannya.

Tangan kekar Miller membuka pintu ruangan yang digunakan Michael. Ahran menelan ludah. Ia merasakan aura yang menakutkan di sekelilingnya. Bagaimana jadinya bila ia sudah di tinggalkan di ruangan ini yang hanya dicahayai oleh satu lilin. Kalau tiba-tiba ia jatuh pingsan dan menghilang secara tiba-tiba, bagaimana ia bisa mengalahkan Michael?. Itu tidak boleh terjadi. Ia harus menang tidak kalah. Maju terus pantang mundur.

"Hey dude? Akhirnya kau datang juga"ujar Michael mengambil jeda,"Arrgghh! aku sangat lelah kau tau?"

Michael berdiri sempoyongan akibat terlalu banyak meminum vodka. Dan sekarang ia sedang mabuk berat.

"See? Kuingatkan jangan terlalu banyak meminumnya. Itu minuman berkadar alkohol tinggi,"bisik Miller di telinga Ahran

Ahran mengangguk mantap menuruti Miller. Ternyata dia baik juga mengingatkan Ahran yang sedikit pengetahuan tentang semua ini.

"Hey! Kalian sedang membicarakankukan?"ujar Michael curiga dengan apa yang dibisikan kepada Ahran

"Kau lupa? Jam ini adalah giliranku, pergi sana! Dasar gila!"

Michael menyungging senyumnya,"Maka dari itu buktikanlah. Aku sudah tidak sabar menjadikanmu pembantuku,"

"Ayo Miller kita tinggalkan tempat yang sangat menyeramkan ini,"Michael tersenyum miring lalu merangkul bahu temannya itu,

'Brakk'

'Glek'
Ahran menelan ludah kelu. Dia benar-benar ditinggalkan. Dan sekarang ia sendiri. Ingat! SENDIRI di tempat yang mencengkam dan menakutkan. Perlahan-lahan ia duduk menatap lilin yang semakin menipis. Ia melirik suasana di sekelilingnya. Cukup menyeramkan. Pandangannya beralih kepada sebotol vodka yang hanya tertinggal setengah. Ia harus meminumnya sedikit, bukan? Itu amanah dari Miller. Ahran mencium aroma menyengat dari mulut botol itu. Meskipun sulit ia harus berusaha. Vodka itu mengalir di kerongkongannya. Ada geleyar aneh saat pertama kali meminumnya. Tapi setelah itu ia meminumnya hingga tandas. Ia sudah melupakan pesan Miller padanya. Bukannya ia melupakan, tapi saat pertama kali menengguknya rasanya ia ingin lagi dan lagi, seperti candu baginya.

'Brakkk'

Ahran terlonjak mendengar suara barang yang terjatuh cukup keras. Bulu kuduknya merinding. Tangannya memegang lilin yang sebentar lagi akan redup.

'Wussshhhh'

Sekelebat angin menyambar lilin itu hingga mati. Tubuh Ahran bergetar ketakutan. Ia merasakan hawa dingin menyeruak masuk ke dalam pori-porinya. Ini berbahaya! Ia harus keluar dari ruangan ini secepatnya!. Tangannya menggapai knop pintu dan membukanya. Nihil pintu itu terkunci dari luar.

"Terkunci?"gunamnya

Setahunya Miller tak mengunci ruangam ini tadi. Tapi kenapa terkunci rapat seperti ini. Dengan sekuat tenaga ia mendobrak pintu itu.

Mysterious ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang