The Wheel of Life - Part 4

145 33 90
                                    

Setelah membaca surat itu , aku segera menutupnya . Jadi , inilah alasan mengapa Clara membullyku . Clara pernah mengatakan bahwa ayah telah merenggut segalanya darinya .

Pertama , surat ancaman dengan simbol X itu , tertera pengirimnya adalah Huntington .

Kedua , saat kuberitahu Adelle , tiba - tiba wajah Adelle pucat .

Ketiga , Clara selalu membullyku dan pernah mengatakan bahwa ayah telah merenggut segalanya .

Keempat , surat ini menceritakan asal - usul kematian Mrs. Ellen Huntington (Ibu Clara) .

Apa karena itu ? Hidup ini seperti labirin dan aku tidak pernah bisa menemukan jalan keluarnya .

Aku meraba perban yang ada dikepalaku . Perlahan aku membuka perbannya . Aku beranjak dari ranjangku dan berjalan menuju meja rias , duduk disana , dan memperhatikan luka goresan ku .

Aku menyisir rambutku yang pirang dengan perlahan , tatapanku tetap tertuju ke luka goresan yang amat lebar dikepalaku .

"Halsey , kau sudah pulang ?" Tiba - tiba Ibu datang ke kamarku .

"Ya , dikarenakan rapat mendadak yang melibatkan semua guru untuk hadir , dan Mr. Antoine masuk ICU ." jawabku .

"Oh ... baiklah . Kertas apa itu ?" tanya Ibu yang mau menarik surat itu .

Aku segera menjauhkan tanganku yang sedang memegang surat itu agar ibu tidak bisa meraihnya .

"Mmm ... Rahasia ya ? Berikanlah aku tidak akan membongkarnya pada orang lain ." Ibu tetap memaksa .

Astaga , bagaimana ini ? Maaf aku terpaksa berbohong . Uh ... Mmm ... Owh , aku dapat ide .

"I ... Ini ... S ... Surat ... Dari ... B ... Ben ." jawabku berbohong dengan terbata - bata karena takut ibu tahu bahwa aku sedang berbohong .

"Owh , benarkah ? Kurasa kau sudah remaja sekarang , nak . Kau akan merasakan kisah cinta . Dan pipimu berubah menjadi merah merona , sayang ." kata Ibu sembari tersenyum dan ia segera meninggalkan kamarku .

Aku kembali ke ranjangku dan berbaring . Phew , syukurlah aku selamat . Tapi , tunggu , "Dan pipimu berubah menjadi merah merona , sayang " , tunggu benarkah ? . Aku berdiri dan menghadap ke kaca . ASTAGA ITU BENAR ! Aku kembali berbaring di ranjang .

Memangnya aku mengatakan apa kepada ibu ? Kenapa tiba - tiba jadi begini ? Aku mencoba mengingat apa yang baru saja aku katakan . Owh aku ingat . Yang tadi kukatakan pada Ibu adalah "I ... Ini ... S ... Surat ... Dari ... B ... Ben ." . TUNGGU , APA ?! APA AKU BENAR - BENAR MENGATAKANNYA ?

Uh ... Kenapa aku jadi ... Uh , sepertinya ada yang tidak beres ... Tapi ... Jika kupikir - pikir , Ben lumayan juga . Kulit putih pucatnya bagaikan salju , rambut nya coklat pekat dan mengilap , matanya yang berwarna biru menjadikan setiap tatapan Ben selalu tajam , bibir tipis merah merona alami Ben , tubuhnya yang kelihatan gagah , dan hati lemah lembutnya , dia bagaikan malaikat .

Suara yang berat tapi merdu didengar , itulah hal yang paling kusuka darinya . Setiap kali ia berbicara , suaranya merdu sekali , layaknya aku sedang berbicara dengan Troye Sivan atau Shawn Mendes , Connor Franta , Cam Dal .

Ia pintar dalam segala hal . Dia pintar menyanyi , pintar beatbox , pintar di semua pelajaran , pintar dubstep . Dia memang sempurna , banyak sekali siswi sekelas maupun luar kelas yang menyukainya . Tapi tak ada yang pernah bisa menaklukan hati Ben .

Tunggu , mengapa aku membayangkannya ? Aku sama sekali tidak menyukainya ! Sungguh , dia tidak tampan ! ARGH ! Mengapa aku jadi seperti ini ? Tidak , aku tidak mungkin menyukainya . Dia hanya temanku , hanya teman . Uh ... aku jadi kaku begini . Tapi entah kenapa , mulai saat ini selalu terbayang wajahnya di pikiranku .

The Wheel of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang