Setelah membaca surat itu , aku segera menutupnya . Jadi , inilah alasan mengapa Clara membullyku . Clara pernah mengatakan bahwa ayah telah merenggut segalanya darinya .
Pertama , surat ancaman dengan simbol X itu , tertera pengirimnya adalah Huntington .
Kedua , saat kuberitahu Adelle , tiba - tiba wajah Adelle pucat .
Ketiga , Clara selalu membullyku dan pernah mengatakan bahwa ayah telah merenggut segalanya .
Keempat , surat ini menceritakan asal - usul kematian Mrs. Ellen Huntington (Ibu Clara) .
Apa karena itu ? Hidup ini seperti labirin dan aku tidak pernah bisa menemukan jalan keluarnya .
Aku meraba perban yang ada dikepalaku . Perlahan aku membuka perbannya . Aku beranjak dari ranjangku dan berjalan menuju meja rias , duduk disana , dan memperhatikan luka goresan ku .
Aku menyisir rambutku yang pirang dengan perlahan , tatapanku tetap tertuju ke luka goresan yang amat lebar dikepalaku .
"Halsey , kau sudah pulang ?" Tiba - tiba Ibu datang ke kamarku .
"Ya , dikarenakan rapat mendadak yang melibatkan semua guru untuk hadir , dan Mr. Antoine masuk ICU ." jawabku .
"Oh ... baiklah . Kertas apa itu ?" tanya Ibu yang mau menarik surat itu .
Aku segera menjauhkan tanganku yang sedang memegang surat itu agar ibu tidak bisa meraihnya .
"Mmm ... Rahasia ya ? Berikanlah aku tidak akan membongkarnya pada orang lain ." Ibu tetap memaksa .
Astaga , bagaimana ini ? Maaf aku terpaksa berbohong . Uh ... Mmm ... Owh , aku dapat ide .
"I ... Ini ... S ... Surat ... Dari ... B ... Ben ." jawabku berbohong dengan terbata - bata karena takut ibu tahu bahwa aku sedang berbohong .
"Owh , benarkah ? Kurasa kau sudah remaja sekarang , nak . Kau akan merasakan kisah cinta . Dan pipimu berubah menjadi merah merona , sayang ." kata Ibu sembari tersenyum dan ia segera meninggalkan kamarku .
Aku kembali ke ranjangku dan berbaring . Phew , syukurlah aku selamat . Tapi , tunggu , "Dan pipimu berubah menjadi merah merona , sayang " , tunggu benarkah ? . Aku berdiri dan menghadap ke kaca . ASTAGA ITU BENAR ! Aku kembali berbaring di ranjang .
Memangnya aku mengatakan apa kepada ibu ? Kenapa tiba - tiba jadi begini ? Aku mencoba mengingat apa yang baru saja aku katakan . Owh aku ingat . Yang tadi kukatakan pada Ibu adalah "I ... Ini ... S ... Surat ... Dari ... B ... Ben ." . TUNGGU , APA ?! APA AKU BENAR - BENAR MENGATAKANNYA ?
Uh ... Kenapa aku jadi ... Uh , sepertinya ada yang tidak beres ... Tapi ... Jika kupikir - pikir , Ben lumayan juga . Kulit putih pucatnya bagaikan salju , rambut nya coklat pekat dan mengilap , matanya yang berwarna biru menjadikan setiap tatapan Ben selalu tajam , bibir tipis merah merona alami Ben , tubuhnya yang kelihatan gagah , dan hati lemah lembutnya , dia bagaikan malaikat .
Suara yang berat tapi merdu didengar , itulah hal yang paling kusuka darinya . Setiap kali ia berbicara , suaranya merdu sekali , layaknya aku sedang berbicara dengan Troye Sivan atau Shawn Mendes , Connor Franta , Cam Dal .
Ia pintar dalam segala hal . Dia pintar menyanyi , pintar beatbox , pintar di semua pelajaran , pintar dubstep . Dia memang sempurna , banyak sekali siswi sekelas maupun luar kelas yang menyukainya . Tapi tak ada yang pernah bisa menaklukan hati Ben .
Tunggu , mengapa aku membayangkannya ? Aku sama sekali tidak menyukainya ! Sungguh , dia tidak tampan ! ARGH ! Mengapa aku jadi seperti ini ? Tidak , aku tidak mungkin menyukainya . Dia hanya temanku , hanya teman . Uh ... aku jadi kaku begini . Tapi entah kenapa , mulai saat ini selalu terbayang wajahnya di pikiranku .
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wheel of Life
Teen FictionInilah hidup yang mau tidak mau harus ku jalani ... Keluarga yang sangat kacau Kehidupan sosial yang rasis Krisis ekonomi Aku muak dengan hidupku . Hidupku kelam penuh masalah . Aku ingin kehidupan ku penuh keceriaan seperti anak-anak normal se usia...