PROLOG

853 52 5
                                    

"Berjanjilah pada Ayah, kau tidak akan menemuinya lagi. Jangan pernah berhubungan lagi dengannya."

Aku hanya terisak saat Ayah mengatakan hal itu.

"Berjanjilah pada Ayah, Faith."

"Ayah."

"Kau harus menjauhi dia. Berjanjilah pada Ayah. Semua demi kebaikanmu."

Aku kembali terisak saat teringat permintaan terakhir Ayah.

"Ayah, Faith berjanji ..., demi Ayah."

Aku menatap nanar nisan bertuliskan nama Rahardian Hutama. Air mata semakin deras mengalir ketika Hyden melingkarkan lengannya di bahuku.

"Ayo kita pulang, Faith," bisik Hyden di telingaku. Aku menggeleng kuat.

"Semua karena aku, Hyden. Bagaimana aku bisa kembali ke rumah? Bagaimana aku harus menghadapi keluargaku?" desahku di sela-sela isak tangis.

"Siapa yang mengatakan semua ini karena kau? Semua sudah ditakdirkan oleh Tuhan." Kali ini Hyden mendekapku erat, aku makin terisak di dada bidangnya.

"Ada aku, Nikki, dan yang lain. Kau tidak sendirian, kami ada untukmu." Hyden mengusap pelan kepalaku.

Aku menggeleng kuat-kuat. Bagaimana bisa kuhadapi semua? Aku yang menyebabkan keadaan ini. Semua salahku. Andai saja aku tidak bertemu dengan lelaki itu, andai aku tidak terpedaya dengan rayuan gombalnya, andai aku tidak jatuh cinta padanya, semua ini tidak akan terjadi. Keluargaku pasti masih baik-baik saja. Ayah pasti masih bisa tersenyum sambil membelai kepalaku dan kami tidak akan tinggal di rumah kontrakan itu.

Semua karena aku.

"Kita pulang ya, biarkan Ayah beristirahat dengan tenang."

"Kata Ayah, semua karena dia. Semua karena lelaki brengsek itu. Katakan Hyden, apakah semua ini bukan salahku? Andai saja aku tidak mengenalnya, andai aku tidak jatuh cinta padanya ...."

"Sshh, sudahlah. Bukan salahmu ..., bukan salahmu."

"Semua gara-gara aku ..., semua karena aku."

"Faith, tenanglah. Hyden, bawa dia ke mobil saja." Kudengar suara Nikki menginterupsi.

Aku menggeleng kuat-kuat, berusaha meronta dari dekapan Hyden. Aku masih ingin di sini, ingin menebus kesalahan pada Ayah, ingin menemani Ayah.

"Faith." Hyden mendekapku lebih erat.

Aku meronta saat Hyden berusaha menenangkanku, hingga kegelapan tiba-tiba menyelimuti dan membawaku entah ke mana.

Destiny FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang