my journey - by atyampela

332 31 4
                                    


1 Tahun Kehidupan

"Ayoo sayang kamu pasti bisaa" seru seorang wanita di hadapanku. Ku coba untuk melangkahkan kakiku untuk meraih tangannya meski dengan berkali-kali jatuh tersungkur hingga akhirnya aku dapat mendaratkan tubuhku dalam pelukannya

"Pintarnyaaa" pujinya sambil menghujami wajahku dengan kecupan yang bertubi-bertubi hingga membuatku tertawa karena geli

Sesosok pria kemudian muncul dari balik pintu. Ia mengecup singkat dahi wanita yang sedang memelukku sebelum akhirnya ia mengambil alih tubuhku

"Kamu sudah bisa apa sayaang" tanyanya sambil menggesek-gesekkan wajahnya ke perutku membuatku merasa kegelian karenanya

Aku berusaha mengentikannya dengan menggeliat kesana-kemari sambil sesekali menepuk-nepuk kepalanya "Aiaaa!" seruku

***

5 Tahun Kehidupan

"Aku mau itu! Pokoknya mau itu!" Rengekku pada seorang pria disampingku

Ia tampak menghela nafas panjang sebelum akhirnya membawaku mendekat pada sebuah kedai es krim. Ia mengeluarkan dompet dari saku celananya kemudian memberikan selembar uang sepuluh ribuan pada si pemilik kedai untuk kemudian ditukar dengan semangkuk ice cream

Mataku berbinar menatap kilauan ice cream yang begitu menggiurkan itu. Aku pun lantas langsung melahapnya begitu ia memberikan mangkuk ice cream itu padaku

"Makannya sedikit-sedikit, jangan dihabiskan" pesannya namun tak kuhiraukan. Ice cream ini terlalu nikmat jika hanya harus dicicipi sedikit saja

Malamnya aku merasakan hawa panas di sekujur tubuhku. Bajuku pun basah karena keringat yang terus mengalir "I...buu" rengekku terputus-putus.

Ibu sendiri sudah berkali-kali mengganti air kompresan namun suhu tubuhku tetap saja tidak mengalami perubahan. "Tahan yaa nak ayah sebentar lagi datang" ujarnya berusaha menenangkanku

Dalam hati aku berpikir, mungkinkah ini karena aku tak mendengar ucapan ayah dan justru malah memakan habis semangkuk ice cream pagi tadi?

Pintu kamarku terbuka kemudian menampilkan sosok yang ditunggu. Ibu segera menghampirinya. Entah apa yang mereka bicarakan tapi kemudian yang jelas ayah langsung menghampiriku dan menggendongku menuju taxi yang tiba-tiba sudah bertengger manis di depan rumah kami. Setelah ayah menyebutkan alamat sebuah rumah sakit, taxi itu pun dengan cepat melaju membelah ibukota

"Mas... apa kita masih ada...."

Belum sempat Ibu meneruskan ucapannya, ayah sudah terlebih dahulu memotongnya "itu urusanku"

***

8 Tahun Kehidupan

"Ibuuu, Ayaaahhh! Aku dapat juara satu!" Seruku dengan antusias sambil berlari memasuki rumah

Ibu langsung menyambutku dengan pelukan hangat sambil mengecup puncak kepalaku "Hebat kamu sayang. Selamat yaa" pujinya

Sedangkan Ayah hanya tersenyum padaku dari tempat ia duduk sambil menganggukkan kepalanya

Selalu saja begitu. Masih kurangkah prestasi yang kuraih? Masih kurang lengkapkah piala-piala yang kudapatkan? Kenapa ia tak pernah mau memberiku ucapan selamat atau setidaknya sebuah pujian? Ayaahh... kumohon lihat aku.

***

13 Tahun Kehidupan

Aku menatap nanar pada sosok yang tergulai lemah dalam balutan alat-alat medis. Tangannya perlahan mengangkat memberi isyarat padaku untuk mendekat.

Tawa Tangis KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang