10

2K 92 0
                                    

Selama Oliver kenal Via baru sekarang ini Via meracau dan menangis menumpahkan segala kekecewaannya. Olver tau jika orang tua mereka tak pernah memperdulikan Via dan Gabriel bahkan mereka hanya akan pulang hanya beberapa bulan sekali bahkan setahun sekali, yang terpenting adalah uang selalu lancar terkirim namun menurut pandangan Oliver uang tak akan memberi segalanya kasih sayang orang tualah yang terpenting terlebih usia mereka yang masih remaja dan membutuhkan bimbingan. Oliver sadar jika Via sekarang sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang mempunyai hati sensitif dan kesensitifan hati Via akan menjadi parah dan membahayakan diri Via jika Oliver biarkan. Apalagi perbedaan Via dan Gabriel hanya satu tahun mereka masih sama - sama labil. Mungkin sekarang tugas Oliver bukanlah menjadi seorang kakak saja namun menjadi seorang ayah juga untuk menggembleng mereka agar tak terjerumus dengan masa remaja yang tak baik.

"sekarang kita pulang, kamu pulang ke rumah kakak sementara oke? Jangan ngomong kayak gitu lagi kakak gak suka apala sampai sebut diri kamu sendiri pelacur" kata Oliver melepaskan pelukannya. Via mengangguk nurut dan segera mengikuti Oliver masuk ke dalam mobil.

@@@@@

Oliver masuk ke kamar dimana saat dulu Ify harus terbaring dengan di bantu oleh alat - alat medis walaupun Cuma sehari namun itu cukup membuat Oliver takut. Dan sekarang Oliver menyaksikan sendiri bagaimana adiknya itu menahan sakit, bagaimana adiknya itu ketakutan sekarang Oliver harus menyaksikan lagi adiknya terbaring dalam kamar dengan di bantu alat medis bahkan waktu tidur Ify lebih panjang. Sudah tiga hari ini adiknya belum bangun, satu lagi Oliver sudah tau siapa orang yang Ify cintai dan berani melanggarnya hanya karna pria itu. pria yang tak ada rasa perduli pada Ify di mata Oliver.

"udah berapa kali kamu gak nurut sama kakak hem? Hanya karena pria itu kamu berani menahan sakit? Bodoh!!" maki Oliver pada Ify yang belum juga membuka matanya. Oliver tak tau adiknya itu dengar atau tidak cacian Oliver.

Pelan - pelan Ify membuka matanya dengan menahan sakit pada bagian kepala. Sedangkan Oliver hanya diam melihat reaksi Ify yang kesakitan seperti itu. Oliver bukan tak perduli ia hanya ingin tau sekuat apa adiknya itu ia berpura - pura kuat di depan pria yang ia cintai dan di hadapannya apakah adiknya itu akan berpura - pura kuat.

Ify melihat ke arah Oliver yang menatapnya dingin pelan - pelan Ify menangis di depan Oliver bertanda ia tak kuat untuk menghadapi sakitnya yang menjalar, ia membutuhkan obat dari kakaknya ia membutuhkan alat medis yang sudah di lepas Oliver bebeapa saat yang lalu. Oliver masih diam menatap dingin Ify dengan tanpa kata - kata Oliver bangkit kemudian beranjak meninggalkan Ify

Brukk

Oliver tau itu adalah suara Ify yang jatuh karna tak mampu menopang tubuh mungilnya. Oliver masih membelakangi Ify dengan menggigit bibir bawahnya menahan air matanya agar tak meluncur. Oliver hanya ingin adiknya itu sadar bahwa sakit itu tak enak bahwa sakit itu menyiksa. Oliver hanya ingin Ify sadar selama ini Oliver sering melarang - larang Ify karena itu semua untuk kebaikan Ify. untuk kesembuhan Ify namun seoalh - olah adiknya itu tak pernah peka seolah - olah adiknya itu tak menghargai usaha Oliver yang mati - matian menjaga Ify.

"maaf kak Ify salah"

"sadar kamu hah?" tanya Oliver masih membelakangi Ify

"sakit"

"berapa kali kakak harus bilag sama kamu untuk jangan sok kuat? Berapa kali kakak harus bilang sama kamu untuk pikirin diri kamu sendiri? Berapa kali kakak harus bilang sama kamu untuk nurut sama kakak? Berapa kali kakak harus bilang kalo jangan nyiksa diri sendiri? Berapa kali Ify berapa kali? Kakak tanya sama kamu hah?" amuk Oliver kini ia sudah berbalik menatap Ify yang tertunduk dengan posisi duduk di bawah bangsal. Ia tak memperdulikan air matanya yang terus mengalir di pelupuk mata Oliver.

The Light Of Love For Ify Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang