part 4

281 11 0
                                    

Aku kemudian mengambil dompetku dan kembali ke penginapan dan ke kamarku dan tertidur

Setelah itu di pagi harinya, aku terbangun.
"Yes, hari ini hari libur!"teriakku. "Kau telah membangunkan ku dari mimpiku yang kunanti nantikan."ucap Marcello.
"Tidak... aku tidak bermaksud begitu."
"Apa kau merindukan Axhiang lalu membangunkanku agar menemanimu ke rumahnya." Ucap Marcello dan bangun dari tempat tidurnya.

"Sebenarnya juga mau ke rumah Axhiang sih." Gumamku dalam hati.
"Aku mau ke rumah Axhiang dulu deh." Ucapku.
"Jangan bilang kamu mau ke rumah Axhiang ya."teriak Marcello dari kamar mandi.

"Kau ini seperti tau saja apa yang ku omongkan." Ucapku dalam hati.
Marcello keluar kamar mandi.
"Sudah, daripada pagi pagi begini ke rumah Axhiang, lebih baik kita jalan jalan keluar menikmati udara segar."

"Bagus juga idemu tuh."

Aku pun dan Marcello keluar penginapan. "Wah, musim semi ini sangat indah."

Albert POV

Aku akan mengemasi barang barangku.
"Yey, sebentar lagi aku akan bertemu dengan sepupu ku." Gumamku.

"Bagaimana rumah ayahku di Beijing ya?"

"Pasti sangat menyenangkan berada di sana."

William POV

"Saatnya bersenang senang nanti sore."

"Pasti sangat menyenangkan bertemu sepupuku, mengajaknya jalan jalan, dan tinggal di rumah paman." gumamku dalam hati.

------------------------- ------------------------

"Marcello, kita kembali ke penginapan ya.

"Iya."hanya kata itu yang keluar dari mulut Marcello.

Setelah sampai di kamarku. Aku melihat dua bungkus roti tawar berada di atas meja lengkap dengan selainya.
"Loh, kamu beli roti ya." Tanya Marcello kepadaku.
"Bukan. Tapi tau saja orang yang mengantarkan roti ini kalau kita sedang lapar.

"Nah ini ada tulisan from Axhiang."ucap Marcello sambil menunjukkan kertas di samping roti.

"Ternyata Axhiang perhatian banget sama kamu."
"Berarti kamu gak boleh makan roti ini ya."ucapku.
"Eh jangan dong. Iya deh maafkan aku ya." Kata Marcello.

"Memang sebenarnya aku juga perhatian dengannya." Gumamku dalam hati.
"Haha beruntung aku ..... dengannya."gumamku.

"Woi udah jam 4 kita ke bandara. Palingan sepupumu sudah nunggu." Ajak Marcello.

Ing x ada telepon dari Axhiang.
Katanya dia sakit. Jadi pesta hari dibatalkan.

"Ya sudah ke bandara aja nanti habis itu kita jenguk Axhiang."

Setibanya di bandara aku melihat Albert keluar.
"Albert.....!!!!" Teriakku sambil melambaikan tangan ke arah Albert.

"William....!!!" Teriak Albert dan berlari ke arahku.

"Hei Albert, sebelum ke rumah paman. Kita ke rumah temanku dulu ya." seruku
"Baiklah."ucapnya.

Kami pun sampai di rumah Axhiang.
"Hai Axhiang." Ucapku.
"Wil, ini siapa?" Pacarmu ya?" Tanya Albert.
"Ah ... bukan. Cuma teman kok." Ucapku.
"Dia bohong. Sebenarnya William ini suka dengan Axhiang." Sambung Marcello.

"Emang...eh bukan bukan. Dia bukan pacarku." Ucapku.
"Tuh kan keceplosan lagi."ucap Marcello.

Selesai menjenguk Axhiang. Aku keluar rumahnya untuk menyetopkan taksi.

Kami sampai di rumah pamanku atau ayahnya Albert.

"Paman Koyo kami datang."
Paman koyo datang seperti ini.
dan istrinya.

"Paman dan bibi kok pakai pakaian kayak gitu sih. Gaje..."ucap Marcello sambil tertawa.
"Apa yang Gaje. Lu gak boleh tinggal disini." Ucap paman Koyo kepada Marcello.
"Maaf ye angkel Koyo." Ucap Marcello sambil tertawa.

Hari ini hari pertamaku tidur di rumah paman Koyo.
Nyyyk... Aku tidak bisa tidur karena terus memikirkan Axhiang.
Aku memikirkan bagaimana keadaannya sekarang.
"Tidak...tidak mungkin aku menelponnya. Aku takut ia terganggu tidurnya." Ucapku.

Sudahlah lebih baik aku tidur .
"Hei bangun, nanti kau terlambat ke kampus." Marcello membagunkanku.
"Padahal tadi aku sedang memimpikan.....huh padahal aku hampir berbicara soal mimpiku dengan Axhiang." Ucapku dalan hati.

"Mimpi apa?"tanya Albert yang tiba tiba datang.
"Mimpi...mimpi...naik roller coaster yang menyeramkan."
Albert hanya menggeleng gelengkan kepala

"Hey, apa kau sudah siap" tanyaku dari bawah.
Aku, marcello, dan Albert diantar Paman Koyo ke kampus.

Setibanya di kampus aku melihat di lokerku. "Wah ada surat lagi."ucapku.
Padahal aku tau kalau Axhiang tidak ada di kampus. Juga gaya tulisannya berbeda.
"Kira kira siapa ya yang menulis surat ini?" Tanyaku.



Seru kan. Penasaran? Tunggu part 5 nya. Vote and coment ya

1001 Cahaya di Langit BeijingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang