Bagian Lima - Toko Perhiasan

2.1K 180 5
                                    

Gerald, dia mulai bergerak dan bahaya semakin mengejarnya. Posisi musuh berada di titik terdekat Emerald. Mereka berhasil melacak keberadaannya. Sekarang yang kita lakukan adalah mengacaukan sistem jaringan mereka. Kerahkan peretas yang handal untuk melaksanakannya.

Sesungguhnya aku sedikit menyesal melibatkan kejadian ini pada Emerald. Tak seharusnya kau menyeretnya. Dia bahkan tak tahu apa-apa, Gerald. Bukan hanya putrimu yang menjadi korban mereka dan berhasil menemukan jejak Emerald melalui foto yang dipegangnya saat itu. Sekarang posisi kita mulai tidak aman. Berbagai orang berbahaya mengepung di setiap titik. Cinnamon meneror dengan pembunuhan itu. Sementara pihak organisasi lain mengejar Emerald. Setidaknya Cinnamon belum mengetahui keberadaan Red Circle, itu bagian baiknya. Bagian buruknya, kelompok lain mulai mengendus keberadaan Red Circle dan membahayakan nyawa Emerald. Perlindungan kita terhadap dua obyek itu akan sia-sia apabila mereka berhasil menjaring keduanya.

Tolong. Beri kami instruksi apa yang harus dilakukan selanjutnya. Anggota kita semakin berkurang. Mungkin sebentar lagi Cinnamon sampai pada jejak selanjutnya. Setelah kulihat rekaman kejadian pembunuhan itu, dia berhasil memperoleh pesan di atas kertas bertuliskan bahasa Latin yang ditulis Elias. Tandanya, dia berada dekat dengan Emerald.

Sekarang Emerald dikepung dua organisasi rahasia. Kita tak boleh diam.

 

-Shank

Justin Point of View

(Playing: Stranger-Secondhand Serenade)

Matanya begitu indah. Baru pertama memandangnya secara langsung, seolah aku tidak lagi berdiri di medan gravitasi, manik mata sewarna zamrud menawan dengan sedikit sentuhan biru, bagaikan magnet yang berhasil menarik serpihan-serpihan besi dalam diriku. Betapa indah makhluk di depanku saat ini. Kulitnya bersih, matanya lentik, bibirnya menawan, tubuh yang sintal, rambut cokelat berkilauan. Aku tidak yakin apakah saat ini yang kuinjak adalah bumi lantaran aku melihat sesosok malaikat cantik di hadapanku. Dan, namanya Christalique Lutherwood. Dia cukup memintaku memanggilnya Chris atau Chrissie saja.

Bahkan caranya bicara begitu santun dan terdidik. Lelaki mana yang tak terpaut oleh daya tarik gadis ini? Dibanding ratusan anak turunan Dewi Aphrodite pun gadis ini menjadi ikon tersendiri bagiku. Sungguh torehan Tuhan yang begitu sempurna.

“Kau sering berkunjung kemari, Chrissie?” tanyaku berusaha mengakrabkan diri.

Christalique menyelipkan sebagian rambutnya di belakang telinga. “Tidak. Aku baru berkunjung ke museum Louvre. Kau sendiri?”

“Aku sering kemari hanya sekedar mengagumi mahakarya artistik besar sepanjang abad.” Aku mencebikkan bibir. Padahal aku kemari hanya untuk melihat lukisan Mona Lisa, mencari tahu seberapa pentingnya senyuman simpul yang disunggingkan Mona Lisa serta makna kode LV dan lainnya yang ditinggalkan Da Vinci di balik lapisan cat minyak.

“Oh, kau pecinta seni juga rupanya.” Christalique tersenyum lebar. “Aku juga.”

Tidak. Aku sangat membenci seni. “Ya. Aku suka karya-karya Da Vinci dan Pablo Piccaso.” Dan, aku hanya mengetahui dua nama pelukis itu ketika masih duduk di bangku SMP.

Christalique mengangguk-anggukkan kepalanya antusias. “Karya yang paling kausuka?”

Aku menggaruk tengkukku karena tidak tahu harus menjawab apa. Yang terkenal dari karya Da Vinci adalah Mona Lisa. Sementara hasil karya Picasso tidak kuketahui satu pun. “Mona Lisa adalah yang terbaik.” Aku hampir menahan tawa mengeluarkan jawaban macam itu.

Red  Circle (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang