Bagian Sembilan - Pemburu Emerald

1.7K 143 7
                                    

“Shank. Lama sekali kau menghilang.”

“Maaf Gerald, aku kira dengan menghilangnya diriku, putriku selamat dari kegilaan ini.”

“Bagaimana mungkin kau berpikir seperti itu? Pemburu dari organisasi pimpinan Trevor sudah berhasil menemukannya.”

“Anak yang bernama Justin? Astaga Gerald, kita harus memperingatkannya agar dia menjauh!”

“Terlambat, Sahabatku. Tapi tenang saja, kalau dari hasil pantauanku, tidak ada sinyal bahaya.”

“Kau bilang tidak ada sinyal bahaya?! Putriku bersama salah satu anak buah Trevor! Gerald, kita harus bertindak.”

“Jangan gegabah, Sahabatku. Yakinlah padaku bahwa dia baik-baik saja. Aku mengenal Justin dengan baik sebagaimana dia pernah menjaga putriku. Aku yakin dia tidak akan mengulangi kesalahannya untuk yang kedua kali. Putrimu akan baik-baik saja. Percayalah.”

Rachel’s Point of View

Sinar matahari yang masuk melalui jendela dan fentilasi udara mampu membuatku terbangun dari tidur lelapku. Aku mengerjapkan mata beberapa kali seraya meraih ponsel yang sedari tadi berdering. Panggilan dari Destiny. Kurasa dia mengkhawatirkan keadaanku.

“Ya, halo?” kataku seraya bangkit dari ranjang.

“Kau tidak memberi kabar padaku. Kemana kau, Rachel?!” pekiknya. Ya ampun, tentu saja dia cemas karena aku belum sama sekali memberitahu keberadaanku padanya.

“Maaf. Aku sedang berada di apartemen Justin.”

“Oh yeah bagus. Kau bersenang-senang di saat aku berteriak cemas mengkhawtirkan keadaanmu.” Terdengar desahan frustrasi di seberang sana. “Sekarang aku sedang keluar untuk meminta bantuan kawanku di Paris. Dia bersedia membuatkanku paspor palsu. Nah, kalau semua urusan kita selesai, mau tak mau kau harus meninggalkan pacarmu dan ikut aku ke Italia.”

“Ya, ya, ya. Aku tidak akan lupa.”

“Baiklah. Selamat pagi!”

Sambungan terputus. Aku menghela napas panjang memikirkan ucapan Destiny. Meninggalkan Justin? Bagaimana mungkin. Tapi, ini sudah konsekuensiku kalau ingin mendapatkan benda yang disebut Red Circle dan mencari tahu siapa dalang pembunuhan anggota organisasi PHI.

Segera aku beranjak menuju kamar mandi sebelum mencari Justin di depan.

“Hai, selamat pagi,” sapa Justin dengan senyuman favoritku sambil menyibukkan diri di dapur.  “Aku sedang bereksperimen. Kuharap kau tidak muntah mencoba masakan ini.”

Aku tertawa mendengarnya. Kurebahkan tubuhku di atas sofa seraya memandanginya. “Kau belum pernah memasak?”

Justin menjatuhkan tempat sendok dan garpu hingga terdengar bunyi gemerincingan gaduh yang membuatku tertawa geli.

“Pernah…” Dipungutnya sendok dan garpu yang berserakan di atas lantai itu, lantas menaruhnya di tempat cuci piring. “Tapi Barbara muntah setelah makan makanan buatanku.” Dia membalikkan badan dan tersenyum lagi padaku.

“Barbara?” ulangku sembari menautkan kedua alis.

“Sahabatku yang tinggal di sini.”

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku. Justin masih sibuk dengan urusan dapur sampai bisa kulihat ekspresinya yang menggambarkan bahwa dia tengah kesulitan di sana. Aku beranjak dari sofa menuju dapur untuk membantunya.

“Lebih baik kubantu kau daripada aku juga muntah,” candaku.

Dia tersenyum berlebihan sambil menggerakkan tangannya ala pelayan seorang bangsawan. “Silakan, Yohaness.”

Red  Circle (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang