Oh no!

159 14 3
                                    

Gue langsung cepet cepet masuk ke mobilnya Louis.

Dan gue tanya..

"Louis!! Loe inget nggk ini alamat rumahnya siapa?" Tanyaku.

Louis sepertinya sedang berpikir.
And then..

"Guys! Ini kan alamat rumahnya-"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"ZAYN!" sahut kami bersamaan.

"Eh gila, buat apa Zayn nyulik El?" tanya Niall.

"Kayaknya ini kerjaan mantan gue deh.." sahut Louis.

"Hah? Mantan loe? Siapa?" Sahut Harry.

"Ya siapa lagi kalo bukan.. Briana." Sahut Louis dengan wajah kesal.

"Tapi, kenapa bisa Zayn sama Briana kerja sama? Kan mereka nggak kenal deket." Ujar Liam.

"Nah, itu gue juga bingung.." sahut Louis.

"Okay, kalo gitu ayo kita kerumah Zayn sekarang.." kataku sambil masuk mobil dan mengendarainya dengan laju yang sangat kencang.

==========

Rumah Zayn.

"Guys, ini beneran rumahnya Zayn?!" tanya Liam.

"Ya beneranlah.. tapi, kok bangunannya aneh banget gini ya?" Sahut Niall.

"Gue rasa ada yang gak beres nih.. rumah Zayn kan nggak pernah sekotor ini. Apalagi liat tuh tamannya, panjang panjang semua rumputnya." Ujar Liam.

"Udah deh masuk aja.." ujarku.

==========

Eleanor POV.

Aku tersadar.
Aku terikat di sebuah kursi.
Ruangan ini pengap.

"Zayn?!"

"Iya, kenapa? Loe kaget? Haha. Biasa aja sayang.." kata Zayn sambil memegang daguku.

"LEPAS!"

"Ups, slow down babe.." Jawabnya.

Louis dimana? Aku sudah mengirim pesan padanya beberapa kali tapi dia masih tidak membalasnya. Hanya membacanya saja.
Aku benar benar takut...

"Udah gue peringatin sama loe, jangan deket deket Louis. Tapi apa?! Loe berani sama gue, hah?" kata wanita ini padaku. Ia mulai menjambak rambutku.

"Ah.. loe siapanya Louis sih?" Kataku sedikit membentak.

"Gue mantannya. Emang kenapa? Salah kalo gue masih cinta sama Louie?!!!" Katanya mulai membentakku dengan suara yang lebih kencang.

"Loe.. Briana? Yang sering neror gue lewat beberapa pesan singkat itu?" tanyaku.

"Iya! Gue neror loe, karena gue nggak suka ada cewek lain deket deket sama Louis. Termasuk, LOE!" katanya mulai menjambakku lagi.

"Ahh, sakit. Gue nggak takut sama loe. Loe cuman bisa neror gue lewat pesan singkat, tapi gue yakin kalo loe tuh lemah!!" Jawabku tak mau kalah.

"Loe berani sama gue? Hahaha. Pisau ini tajam, El. Loe nggk akan bisa ngehindarin sasaran gue." Jawabnya.
Mengingat kalo aku masih terikat di sebuah kursi. Dia bisa melakukan apa saja terhadapku.

Our Moments (Elounor Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang