"Ra! Bangun! Entar telat loh!" Teriak mama di balik pintu.
Tidak sama dengan hari kemarin, aku sudah bangun dari tadi sebelum mama membangunkanku.
Ceklek,
Aku membuka pintu dan menemui mama.
"Tumben pagi-pagi begini sudah bangun?" tanya mama heran.
"Mama ni apaan sih? Era bangun pagi-pagi emangnya gak boleh?"
"Tentu bolehla, mamakan jadi gak usah bangunin kamu tiap pagi" ucap mama sambil mencolek hidungku.
"Mama apaansih"
"Oh iya, pipi kamu udah kamu kompres?"
"Udah kok ma" kataku sambil mengusap pipiku yang sukses aku tampol pake bedak.
"ya udah cepat turun, kita sarapan sama-sama" katanya berjalan turun menuju kedapur. Akupun berbalik mengambil tas dan berjalan turun.
"Ra, pipi lo kenapa?" Tanya Rio setelah aku menutup pintu kamarku, tapi tak ku hiraukan. Aku terus berjalan menuju ke dapur. Sepertinya dia mendengar percakapanku dengan mama tadi.
"Ra! Lo budeg ya?" tanyanya lagi setelah kami sampai ke dapur.
"Era kena tonjok saat melerai temannya yang berkelahi" ucap mama sambil menuangkan susu kedalam gelas.
"Bener Ra?" tanya papa yang ikut-ikutan.
"Emm.. " anggukku.
"Boong, palingan lo berkelahi gara-gara rebutin cowok atau gak terima di bilangin jomblo ama temen-temen lo?!" ucapnya dengan nada yang mengejek.
Aku menjitak kepalanya "Sok tahu lo"
"Ra, apaan sih? Rambut keren gue kan jadi berantakan lagi!" katanya sambil merapikan rambutnya.
"Rambut landak kayak gitu mana bisa dibilang keren!"
"Asal lo tahu ya! Berkat rambut ini Sofy mau jadi pacar gue, gak kayak lo, miss jomblo!" ucapnya dengan nada mengejek. Lagi.
"Kalian berdua, setiap pagi gak bisa ya kalau gak ribut?" tanya mama dengan nada yang halus.
"Abis dia yang mulai!" ucap Rio sambil menunjukku.
"Lo ya! Jelas-jelas lo yang mulai duluan!"
"Sudah-sudah, papa gak mau telat gara-gara kalian!" ucap papa sambil menyendok nasi gorengnya.
"Pa, hari ini Era naik motor ya?"
"Emangnya kenapa?" tanya papa balik.
"Eng... Era capek jalan kaki" ucapku bohong, mana mungkin aku kasih tau papa kalau aku gak mau ketemu ama preman-preman itu lagi.
"Ya sudah, yang penting kamu hati-hati ya" kata papa mengijinkan.
"Kalau gitu Era berangkat sekarang ya!" ucapku.
"Hati-hati dijalan Ra!" ucap mama.
= Di sekolah, jam istirahat =
Seperti biasa, setelah ke kantin aku pergi ke perpustakaan.
Aku belum mengucapkan terima kasih ke Yogas tadi pagi. Bukan karena aku malu, tapi seperti kemaren cewek-cewek mengerumuninya lagi. Bahkan hari ini kerumunannya dua kali lipat di banding kemaren.
Aku meraih novel dari rak buku dan berjalan ketempat biasa. Saat aku sudah berada di tempat favoritku, aku melihat seseorang duduk di tempat itu, dan ternyata itu Yogas.
"Nga-ngapain lo ada di sini?" tanyaku ke arahnya.
"Gak liat gue lagi baca buku!" katanya tampa memalingkan pandangannya dari buku yang ia baca. Aku jadi terinagat kalau aku ingin berterimah kasih kepadanya.
"Te-terimah kasih" ucapku dengan tulus.
"Sama-sama" jawabnya singkat.
"Eh, itu saja?" tanyaku.
"Bukannya terima kasih di jawabnya sama-sama?" tanyanya balik dengan nada datar.
"Bukan gitu maksud gue. Lo nggak tanya terima kasihnya buat apa?"
"Nggak! Emangnya kenapa?". Uughh, sepertinya orang ini jadi bego gara-gara sering di kerumuni cewek-cewek deh.
"Sudah, lupakan!" jawabku kesal.
Aku mengambil plester luka dari sakuku dan ku berikan padanya "Nih,"
"Ini apa?" tanyanya bingung.
"Plester luka"
"Buat apa?" tanyanya lagi. Nih orang lama-lama gue jitak juga kepalanya.
"Buat ngobatin luka lebam lo itu"
"Lo bego ya? Ini luka lebam bukan luka lecet, plester luka mana bisa ngobatin luka lebam" jelasnya.
Bener juga, kok aku nggak kepikiran ya?
"Y-ya sudah" kataku sambil mengambilnya kembali.
"Heh, kalo suda dikasih ke orang gak boleh di ambil lagi" ucapnya sambil merebut plester itu dari tanganku.
"Bukannya lo gak mau?"
"Gue gak perna bilang".
Ampun deh ni orang.
"Oh iya, nama lo, nama lo siapa?" tanyanya. Iya ya, aku tahu namanya tapi dia tidak tahu namaku siapa.
"Mishella Amarina"
Seketika itu bel berbunyi dengan nyaringnya. Aku segera beranjak menuju ke kelas dan dia mengikutiku dari belakang.
Setibanya di kelas aku duduk sambil menunggu guru yang akan mengajar masuk.
= Sepulang sekolah =
"Ra, kita jalan bareng lagi kan?" tanya Dino.
"Jalan? Maaf Din, hari ini gue bawa motor" jawabku.
"Lah, mala bagus kan? Gue bisa nebeng pulang bareng lo" katanya.
"Terserah kau saja" jawabku malas.
Aku dan Dino berjalan menuju parkiran. Aku memakai helm dan duduk di motor, seketika itu Dino langsung naik dan memelukku.
"Heh, lo lagi ngapain sih?" tanyaku sambil melepaskan pelukannya.
"Gue lagi berpegangan biar gue gak jatoh"
"Hello... ini itu motor bebek bukan motor pembalap, jadi pegangannya udah disediain" jelasku.
"Iya-iya gue ngerti" ucapnya. Aku berbalik menatapnya.
"Apa?" tanyanya dengan nada malas.
"Turun dan tarik! Lo nggak sadar kita masih diparkiran?"
"Oh iyaya, " aku berbalik sambil memutar bola mataku malas menatap tingkahnya.
"Tarik yang benar!" setelah ia menarik motorku, ia naik dan aku mulai memacu kendaraanku.
Di perjalanan aku melihat Yogas membonceng seorang cewek yang bisa di bilang jauh lebih cantik dariku. Cewek tersebut memeluknya dengan erat. Sungguh pasangan yang sangat serasi.
Eh, apasih yang kupikirkan?
"Ra! Konsentrasi ama jalanan, jangan melihat ke arah lain!" tegur Dino.
"Iya-iya gue ngerti kok!"
Hi guys!
gimana ceritanya?
maaf ya kalau ceritanya nggak jelas
buat para readers yang baca cerita yang gaje ini , Zu ucapin terima kasih sebanyak-banyaknya.
salam hangat ~Zu~
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The First!
Teen FictionYou Are The First! Kisah cinta pertama seorang Mishella Amarina, seorang cewek berkacamata yang sangat ceroboh dengan seorang Yogas Pratama, seorang murid baru di sekolahnya yang di pertemukan berkat jasa para preman yang mengejar Shella.