Pendekatan

829 56 18
                                    

Sejak beberapa hari lalu ketika Ara berbicara dengan perempuan yang mengaku sebagai penyebar gosip. Gosip tentang dirinya dan Dio perlahan reda dan sekarang tidak ada yang mengungkitnya lagi.

"Okelah gak sengaja. Tapi gimana pun caranya, lo harus ngilangin gosip yang lo bikin. Karna- ya, itu bener - bener ngeganggu gue."

Perempuan di hadapan Ara mematung dan seketika menunduk dalam. "Maaf ya, Ra."

Ia lalu mengangkat wajah bersalahnya. "Sebisa mungkin bakal gue hapus gosip itu. Sekali lagi gue minta maaf ya. Maaf.... banget...."

Ara tersenyum kaku lalu menatap Feni yang ada di sampingnya. Feni menaikan alisnya tak mengerti. Ara kembali menatap perempuan didepannya.

"Oke. Yaudah gue duluan," ucap Ara dan dibalasi dengan anggukan oleh perempuan di depannya.

"Oh iya, nama lo?" tanya Ara.

"Mila."

☆☆☆☆

"Lo gue cariin taunya disini."

Mata Ara menyipit, dan seketika dia tertawa terbahak memegang perutnya. Sedangkan perempuan dihadapannya cemberut.

"Feni? Ini elo?" tanya Ara di akhir tawanya yang membahana.

"Kunciran lo kemana? Lengan baju lo yang di lipet kemana? Rok seatas lutut lo kemana? Yaampun, lo berubah drastis," ucap Ara tak percaya.

Feni tersenyum hingga matanya menyipit. "Fauzi suka cewe yang kayak gini."

Ngerubah penampilan karna cowo yang di suka? Boleh gak sih kalau gue bilang lo tolol?

"Jadi diri lo aja sih, Ni. Cantik kayak biasanya. Natural." Ara menatap Feni.

Feni menatap Ara.

Mendadak hening.

"Anjay, gue tau bahwa gue emang cantik," ucap Feni histeris.

Ara melotot."Gue khilaf ngomong kalau lo cantik. Ember, please."

Feni melirik Ara. "Yeu, udeh jujur aja. Gak usah di boonglah ya. Lagian kenyataannya gue emang cantikkan?" tanya Feni dengan menaik turunkan alisnya dan mengedip - ngedipkan matanya. Najis.

"Lo mah belom ada apa - apanya. Mau liat orang cantik yang sesungguhnya?" tanya Ara dengan senyum miring.

Feni menyipitkan matanya. "Cantik sesungguhnya kayak gimana emang?" tanya Feni begitu idiot.

"Bener - bener cantik. Badai dah."

"Hah? Seriusan?" tanya Feni antusias. Dia melihat ke kanan ke kiri untuk mencari - mencari orang yang Ara maksud. Kali aja ada disini, begitu pikir Feni.

"Ada disini?" tanya Feni yang masih celingak- celinguk.

"Depan lo."

"Berak sekebon."

☆☆☆

Perpustakaan sekolah ternyata nyaman. Itu yang Ara rasakan sekarang. Sepulang sekolah, ia langsung ke perpustakaan mengerjakan tugas untuk hari rabu besok. Sekalian menunggu Mamanya yang telat menjemput karna ada acara arisan. Biasa lah ibu-ibu. Ara iya - iya saja saat disuruh menunggu.

"Gue laper."

Di perpus Ara temani oleh Feni yang sedang menelungkupkan wajahnya di atas meja perpus.

"Makan sana," ucap Ara yang masih sibuk membaca buku Biologi.

"Lo gak apa - apa gue tinggal?" tanya Feni yang kini ingin bangkit berdiri.

DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang